TENTANG KEMISKINAN
Oleh : Girarda
Alumni YISC Al Azhar
Menarik pernyataan Presiden yang baru dilantik bahwa walaupun kita masuk G20 tetapi harus kita akui bahwa masih banyak rakyat yang miskin. Kemudian, kita memerintah bukan untuk diri, kerabat, atau golongan sendiri. Kita harus bekerja untuk rakyat. Suatu tekat yang mulia yang perlu didukung untuk mewujudkannya. Terutama menteri dan segenap jajaran dibawahnya mesti tanggap dan serius menterjemahkan garis haluan yang dinyatakan oleh Presiden, dalam satuan waktu dan program yang terukur.
Perlu fokus dalam bekerja tidak perlu cawe2 kesana kemari, apalagi cari popularitas pencitraan. Tidak perlu merasa tidak cukup dengan anggaran yang tersedia, hingga menyebabkan kreativitas yang melanggar hukum. Sedang untuk penegak hukum juga mesti mengawal proses agar tidak keluar rel dari visi misi Presiden tanpa harus para pelaksana merasa terkekang.
Pengentasan kemiskinan mesti berangkat dari data yang valid tanpa polesan. Kemudian tetapkan target yang akan dicapai kwantitatif serta kwalitatif berapa lama dan biaya yang diperlukan. Menurut hemat penulis program ini hendaknya berbasis tingkat terendah RT. Karena ditingkat itu semua warga bisa menilai mana golongan miskin sesungguhnya yang perlu diperhatikan dan semua warga bisa berpartisipasi mengentaskannya. Dalam pelaksanaan bisa jadi tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga perlu tindakan koreksi secepatnya.
Kemiskinan antara lain disebabkan minimnya informasi yang diterima mereka. Misal pasir di laut itu tidak ada nilainya, tapi yang tahu informasi bahwa di luar negeri ada buyer, maka jadilah pasir sumber cuan. Contoh lain sapu lidi yang disini barang biasa saja ternyata ada pasar ekspor yang bisa menyerapnya, maka jadilah peluang yang bisa melibatkan lebih banyak orang (miskin) untuk memproduksinya. Dari contoh di atas pemerintah perlu membentuk kelompok binaan orang miskin tingkat RT, mencari peluang pasar sebanyak banyaknya, perlu menyebarkan peluang pasar tersebut kepada kelompok binaan, menyediakan bimbingan teknis yang diperlukan, menyediakan modal dengan syarat ringan, menyerap hasil dari kelompok binaan. Apabila kelompok binaan sudah berhasil mandiri, bisa dilepas untuk berusaha sendiri. Dengan model kelompok binaan yang banyak dan berhasil semoga bisa menggantikan model BLT yang kurang mendidik dan menimbulkan ketergantungan.
Kemiskinan janganlah diturunkan ke anak cucu. Anak anak orang miskin mesti dipacu untuk naik tangga sosial , lepas dari belenggu kemiskinan orang tuanya. Lingkaran kemiskinan mesti diputus rantainya.