JAKARTASATU.COM– Politisi Demokrat Jansen Sitindaoan mengaku melihat hari-hari ini mobil listrik memenuhi jalanan kita dengan berbagai merek dari negara lain—bahkan diri sendiri sekarang mulai berpikir untuk membeli mobil listrik pertama—jadi teringat kembali Dahlan Iskan (eks Menteri BUMN) dan “5 putra petirnya”. Mereka yang disebut sebagai 5 putra petir adalah: Dasep Ahmadi, Danet Suryatama, Ravi Desai, Ricky Elson, dan Mario Rivaldi.
“Dulu, puluhan tahun lalu, jika bicara mobil listrik, apalagi dikatakan akan menggantikan mobil bensin, memang akan dianggap orang gila. Krn kita belum terbiasa mendengarnya. Bahkan sekedar membayangkannya saja pun tidak bisa,” kenangnya, di akun X-nya, Ahad (8/12/2024).
“Namun pak Dahlan ternyata terbukti benar. Visioner memang putra Magetan satu ini. Pak Dahlan ternyata mampu melihat yg akan berkembang di dunia ini lebih dulu dari kita semua,” lanjutnya.
Namun karena ketika itu kata dia, baru ditahap pengembangan, hasilnya memang tidak langsung benar, maksimal dan sempurna. Mungkin beberapa onderdilnya pun masih dari sana dan sini.
“Tapi karena itu, dia kemudian malah jadi tersangka, dipermasalahkan secara hukum bersama teman2nya. Akhirnya, berhentilah mimpi itu,” katanya.
“Sedangkan di negara lain mimpi itu terus berlanjut, malah skrg produk mereka kita beli dan membanjiri jalanan kita,” lanjutnya lagi.
Jujur ia mengatakan, apa pun yang berbau uang negara memang tidak ramah dipakai untuk riset, tahap pengembangan, melakukan penemuan dan lain-lain. Karena jika hasilnya tidak maksimal atau bahkan gagal, jadi dianggap merugikan keuangan negara.
Namun menurutnya, harus ada sedikit perubahan dalam norma hukum kita terkait hal ini. Termasuk terkait teknis “pengadaannya”.
“Perusahan farmasi saja riset obat di laboratorium bisa bertahun-tahun. Uang hilang, obat yg dicari belum tentu ketemu,” analoginya.
“Namun sekali ketemu dan tokcer, dapat paten, obat itu dijual-didagangkan, dari sanalah uang itu akan kembali,” imbuhnya.
Menurut Jansen, kalau kita ingin mengembangkan ilmuwan STEM, mereka memang tidak boleh takut atau ditakut-takuti, “kalau kamu gagal akan masuk penjara atau diperiksa Jaksa, KPK dan lain-lain”. Pikiran mereka normal dan nyaman saja, kata Jansen belum tentu risetnya berhasil.
“Apalagi ditakut-takuti begitu. Malah jadi tidak ada yg mau dan berani mencoba,” pungkasnya.
“Sehat terus pak Dahlan Iskan dan 5 putra petirnya dimanapun skrg berada. Dan tentu saja utk seluruh ilmuwan STEM Indonesia,” imbuhnya. (RIS)