Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik, Anthony Budiawan: Rp16.000 per Dolar AS ke Arah Rp17.000, Rp18.000?
JAKARTASATU.COM— Nilai tukar rupiah di pasar spot tembus ke atas Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan hari ini. Jumat (13/12), rupiah spot ditutup di posisi Rp 16.009 per dolar AS
Alhasil, rupiah melemah 0,4% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 15.945 per dolar AS. Ini jadi level terburuk rupiah sejak 7 Agustus 2024.
Hingga pukul 15.00 WIB, mayoritas mata uang di Asia melemah. Di mana, baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah anjlok 0,48%. Dikutip Kontan, “Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.009 Per Dolar AS, Terburuk Sejak Agustus 2024″ (13/12/2024).
Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Anthony Budiawan merespon hal tersebut menyatakan Indonesia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.
‘Ekonomi Indonesia masih tidak baik-baik saja. Pertama, kurs rupiah terus tergelincir, tembus angka psikologis Rp16.000 per dolar AS,” kata Anthony Budiawan kepada Jakartasatu, Ahad (15/12/2024).
“Kurs rupiah ditutup Rp16.009 per dolar AS pada perdagangan spot Jumat, 13 Desember 2024,” imbuhnya.
Sebelumnya kata Anthony, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan cukup yakin, rupiah akan menguat. Mungkin mengandalkan intervensi dari Bank Indonesia, yang menyebutnya intervensi rangkap tiga yang cukup berani.
“Namun, sejauh ini intervensi kurs rupiah sia-sia, tidak berhasil mengangkat kurs rupiah,” ujarnya.
Lanjut dia, Kedua, penerimaan perpajakan sampai dengan November 2024 masih jauh di bawah target. Diperkirakan, terjadi short fall sekurang-kurangnya Rp160 triliun untuk tahun ini, atau sekitar 7 persen dari anggaran. Rasio pajak diperkirakan hanya 9,5 persen. Lebih buruk dari rasio pajak 2019 sebelum pandemi sebesar 9,8 persen.
“Kalau fiskal melemah terus, bisa terjadi krisis fiskal. Dampaknya, pajak akan dinaikkan, defisit dan utang membengkak, menekan pertumbuhan ekonomi, dan bisa meningkatkan kemiskinan,” jelas Anthony.
“Seperti biasa, Sri Mulyani mengatakan ekonomi Indonesia dalam kondisi baik. Yang masalah ekonomi dunia,” tambah dia.
Anthony menilai secara dramatis, Sri Mulyani menggambarkan dunia semakin gelap. Sri Mulyani menceritakan dengan fasih kondisi ekonomi dan keuangan dunia yang semakin gelap, dengan menggunakan bahasa teknis keuangan, yang membuat kebanyakan masyarakat tidak mengerti, dan hanya manggut-manggut saja.
“Bagi masyarakat awam, dunia semakin gelap berarti rupiah semakin terpuruk, ke arah Rp17.000, Rp18.000?” tandas Anthony.
Diketahui, CNCB “Dunia Kembali Gelap, Sri Mulyani Minta Semua Waspada!” ( 11/12/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggambarkan situasi dunia yang kembali gelap karena dinamika politik dan ekonomi serta ketegangan di berbagai kawasan. Ini akan memberikan pengaruh terhadap Indonesia.
“Situasi ekonomi global sungguh saat ini terus mengalami dinamika luar biasa,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (11/12/2024)
Kewaspadaan tersebut meliputi situasi pada negara maju seperti Amerika Serikat (AS) selepas terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden.
Hubungan negara maju dengan blok China dan Rusia juga menimbulkan kekhawatiran karena berkaitan dengan rantai pasok perdagangan dan komoditas. Di sisi lain juga ada ketegangan di Timur Tengah dan gejolak pada negara Amerika Latin.
“Dinamika politik security ini beri pengaruh sangat nyata terhadap tren ekonomi dunia,” jelasnya.
Pada pasar keuangan, Sri Mulyani melihat ada perubahan seiring dengan ketidakpastian suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR).
“Kita selalu dengar sepanjang 2024 bahwa FFR akan higher for longer dan mulai turun dan sudah mulai melakukan beberapa prediksi penurunan sekarang dengan munculnya dinamika politik dan sequrity global penambahan penurunan ini menjadi tertunda,” terang Sri Mulyani.
Ini membuat kebijakan fiskal dan moneter dari beberapa negara akhirnya tertahan, menunggu perkembangan terbaru.
“Semuanya harus tertunda terhenti untuk lihat perkembangan situasi politk yang mempengaruhi demand supply dan dinamika harga maupun nilai tukar tentu ini pengaruhnya ke nilai tukar dan exchange rate,” pungkasnya. (Yoss)