Dimana Posisi PKS saat “Jokowi Diserang” oleh PDIP di Senayan
Damai Hari Lubis
Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212
(Abstrak, Karma Jokowi dan Gibran paska surat pemecatan semakin dekat)
Secara teori dalam konsep dan kontekstual koridor politis, pintu gerbang untuk mengejar Jokowi oleh para eks rekan separtainya PDIP yang super kecewa di Senayan, sudah dibuka lebar-lebar, melalui kode surat pemecatan Jokowi yang bertanggal 17 Desember dan bernomor 1649-2024.
Lalu, andai ada anggota legislatif PDIP yang sinyalnya ragu-ragu namun terdeteksi oleh tim surveilance fraksi PDIP maka serius bakal kena PAW disertai surat pemecatan.
Pengejaran oleh PDIP kepada Jokowi oleh sebab Jokowi sudah bukan penguasa pejabat publik, ditengarai pendekatan politik PDIP satu diantaranya melalui trek yang mengarah ke biografi, atau riwayat hidup Jokowi yang ditengarai beberapa-nya ada yang dipalsukan dan PDIP sebagai korban utama selain seluruh bangsa ini, atau boleh jadi adalah terkait permasalahan pertanggungjawaban Projek IKN yang tak berkejelasan namun sudah menggunakan anggaran negara belasan trilyunan rupiah, termasuk eksistensi PSN PIK 2 oleh sebab Aguan pernah menyinggung nama Jokowi saat curhat di Majalah Tempo.
Selanjutnya target kedua atau bersamaan dengan Jokowi adalah Putra mahkotanya Gibran yang biografinya juga bermasalah dan nyaris identik (Jokowi) yakni terkait ijasahnya yang melanggar persyaratan khususnya riwayat pendidikannya untuk menjadi Wapres, dan tentu akan berhubungan erat dengan isu fufu fafa.
Artinya pengejaran yang bakal menjadikan karma politik terhadap diri Jokowi semakin dekat adalah PDIP akan memainkan jurus konstitusional melalui gerakan parlemen terkait hak kontrol sebagai wakil rakyat dengan berlandaskan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MD.3 dan Undang- Undang RI. Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik dan finalnya akan menyentuh TAP MPR RI Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Melalui Tap MPR RI dan Keterbukaan Informasi Publik inilah Gibran RR dan Jokowi akan tergusur habis serta TAMAT RIWAYATNYA karena terlebih pintu Senayan bakal di buka (jebol) dimuati publik yang sudah lama geram terhadap sosok anak beranak ini.
Lalu, dimana posisi anggota parlemen PKS? yang akhir-akhir ini banyak dikucilkan pemilihnya dengan bukti kekalahan di kontes Pilgub DKI Jakarta? Apakah PKS bakal berada disisi Jokowi.
Andai PKS berada di sisi Jokowi, maka PKS bakal dijamin luntur dan kempes disapu oleh konstituennya sendiri, karena illogical, jika dalam Kabinet Merah Putih dibawah arahan Presiden Prabowo Subianto, namun malah berkiblat kepada sosok musuh bebuyutannya yang sepengetahuan publik konstituen atau simpatisan PKS selama ini (Jokowi is a sworn enemy) yang beranggapan dosa Jokowi sudah se-abreg-abreg
Tentu pertanyaannya dengan sikap PKS kelak andai berada dikubu partai kroni Jokowi ( PAN, GOLKAR dan PKB), ada apa dengan pimpinan PKS apakah selama ini memang sudah masuk dalam kategori sandera? Mirip beberapa tokoh partai yang bagai kerbau di cucuk hidungnya atau sosok yang sudah terjerat leher, salah satu keahlian Jokowi untuk menundukkan lawan politiknya.
Hanya waktu yang dapat membuktikan, karena sebentar lagi PDIP yang sudah berlaku tegas memecat dirinya hari ini pada 17 Desember 2024 akan menjadi banteng garang yang bakal menubruk sekaligus menanduk siapapun para perisai yang berusaha menjadi penghalangnya untuk meluluhlantakan Jokowi yang sejak pra pilpres 2024 dianggap “sebagai musuh permanen” dan penghianat nomor satu PDIP, yang transparansi justru setelah berkhianat masih mencoba mengkriminalisasi beberapa tokoh tertinggi eks partainya, yang secara umum bangsa ini mengetahui PDIP adalah partai yang jelas-jelas telah membesarkan dirinya bahkan keluarganya namun Jokowi khianati.
Lalu apakah pimpinan aparatur negara juga mau berada dibelakang Jokowi? Karena Ketum Partai PDIP dan Sekjen PDIP bukan orang sembarangan, jangan samakan dengan seorang Thomas Lembong. Siapkah aparatur menerapkan metode Jokowi dengan ala suka-suka? Berani kah penguasa saat ini menanggung resiko besar hanya untuk membela sosok Bapak dari seorang Gibran yang saat ini memiliki nama alias FufuFafa?