JAKARTASATU.COM– Puluhan tokoh yang menjadi delegasi dari Aliansi Ulama dan Tokoh Jawa Barat melakukan audensi dengan Pimpinan DPRD Jawa Barat di Gedung Bamus DPRD Jabar pada Rabu (19/12/2024).
Audiensi dilakukan untuk menyampaikan pepeling atau pesan penting kepada gubernur dan wakil gubernur terpilih Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan.
Koordinator Aliansi Ulama dan Tokoh Jabar Ustaz Asep Syaripudin (UAS) mengatakan, pesan ini disampaikan mengenai hubungan sunda dan Islam.
Pria yang akrab disapa Kang UAS itu menjelaskan, sebagai masyarakat Jawa Barat, hubungan Sunda dan Islam sudah menjadi ruh jati diri Ki Sunda dari generasi ke generasi.
‘’Inilah yang harus dirawat dan dilestarikan serta dikuatkan melalui kebijakan politik pemerintah provinsi Jawa Barat,’’ ujar Kang UAS dalam keterangan persnya kepada media.
Pihaknya menegaskan, hubungan Sunda dan Islam harus tetap dijaga agar menghidari kegaduhan yang disebabkan oleh praktek tradisi dan ritus Sunda Wiwitan yang bertentangan dengan syariat Islam.
Oleh karena itu, kata Kang UAS, sudah menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat untuk selalu menjaga aqidah umat Islam di Jawa Barat.
“Dengan begitu tanah Pasundan ini akan menjadi negeri yang berkah, gemah ripah repeh rapih serta mendapatkan maghfirah Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” harapnya.
Pada keempatan tersebut, Kang UAS menyampaikan naskah pepeling yang berisi pesan penting dari kalangan ulama dan tokoh agama untuk Gubernur terpilih Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan.
Pepeling atau Tadzkirah tersebut disampaikan langsung kepada Ketua DPRD Jabar Buky Wibawa, Wakil Ketua I DPRD Jabar Iwan Suryawan dan Wakil Ketua IV DPRD Jabar Acep Jamaludin di ruangan Bamus DPRD Jabar.
Adapun Pepeling dan Tadzkirah tersebut adalah sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahiim
Asyhadu allaa ilaaha illallah wa ashadu anna Muhammadar rasulullah
Amma Ba’du
Islam memiliki sejarah yang panjang dan kaya di Tatar Sunda. Yang mencerminkan proses akulturasi budaya dan Islamisasi antara Islam dengan tradisi dan adat Sunda. Sehingga Identitas “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam” menjadi cerminan dari keberhasilan proses Islamisasi ini, yang hingga kini masih menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat di Tatar Sunda
Kaum Muslimin etnis Sunda di Jawa Barat menerima identitas Islam dan Sunda sebagai dua eksistensi yang saling mengisi satu sama lain. Islam menjadi bagian dari identitas Sunda. Islam Nyunda, Sunda Ngislam. Sunda dengan Islam merupakan dua hal yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya.
Adalah ungkapan yang penuh makna, bahwa “ngalangkungan Islam Sunda nanjung, ngalangkungan Sunda Islam wuwuh tetep agung” (melalui Islam, Sunda berwibawa, melalui Sunda, Islam tetap agung). Artinya sebagai gambaran bahwa antara Islam dan Sunda memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Dalam realitas kehidupan masyarakat Sunda, akan terasa heran, apabila ada orang Sunda beragama selain Islam. Sunda telah sejak lama ‘branded’ dengan Islam.
Maka, “Islam teh Sunda, Sunda teh Islam” (Mang Endang Saefudin Anshary dalam acara Riungan Masyarakat Sunda di Bandung, 1967, Ajip Rosidi, 2010) sudah menjadi ruhiah jatidiri Ki Sunda era Islamisasi yang akan “mawa Raharja Dunya Akheratna”, sebagaimana masyarakat etnis Minang dengan adagiumnya “Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah”.
Dengan demikian, kami kalangan Ulama dan Tokoh Jawa Barat, memberikan tadzkirah:
1. Bahwa Gubernur sebagai pemimpin masyarakat khususnya di Jawa Barat yang mayoritas etnis Sunda senantiasa mengayomi keimanan dan ketaqwaan rakyatnya yang Muslim dengan bimbingan para Ulama.
2. Bahwa ekspresi jatidiri Sunda di Tatar Sunda, Jawa Barat dengan adagium “silih asah, silih asih, silih asuh,” sejatinya telah mendapat celupan (sibghah) nilai spiritualitas wahyu (al Quran) dengan nilai-nilai akhlaqul karimah dalam Islam yang sudah dijalankan sebagai ‘living al Quran’ berabad-abad lamanya.
3. Bahwa DPRD Jawa Barat sebagai representasi aspirasi dan keyakinan mayoritas masyarakat Jawa Barat, dengan etnis Sunda Muslim berkomitmen memperkuat jatidiri Ki Sunda yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala; yang menghargai perbedaan, namun bersifat seperti ‘lebah madu; yang berprinsip “moal usik mun teu diosok-osok’; bahkan sebaliknya memberikan faedah dengan madunya dan sengatan serumnya menjadi obat.
4. Bahwa kami Ulama dan Tokoh umat Islam di Jawa Barat senantiasa akan mengawal setiap kebijakan politik kebudayaan dan keagamaan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat agar selaras dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam dan nilai-nilai kesundaan yang telah menjadi identitas yang berpadu-padan sehingga selaras dan harmonis mewujudkan Jawa Barat Berkah, Thoyyibah, wa robbun Ghofur dengan Syariah.
Puluhan ulama dan tokoh Jabar yang hadir dalam audiensi tersebut antara lain Dr. KH. Ahmad Rofi’i, Lc, MPd (Pimpinan Ponpes Al I’tishom Karawang), KH. Muhammad Syarif Hidayat (Pimpinan Ponpes Al Hasan Ciamis & Ketua HAMIDA Jabar), Damin Sada (Ketua Jawara Jaga Kampung Bekasi), KH. Nurul Mubin (Pimpinan Ponpes An Najiyah Tasikmalaya & Ketua Mahkamah Front DPD FPI Jabar), KH. Cecep Abdul Halim Musaddad, Lc (Pimpinan Ponpes Darussalam Wanaraja Garut), Dr. KH Saepul Islam Mubarok, Lc, M.Ag (Pimpinan Pesantren Maqdis), Ucin Herfin, SPd, MPd (Ketua PW Hizbul Wathan Jabar), Dr. Memet Hakim (Penasehat APIB), Hidayatullah, MAg (Ketua PW Hidayatullah Jabar), Ir. Abdullah Su’aib, MM (Ketua FSOI Jabar) dan lainnya.*