Syukuran dan Peluncuran Buku “Kolonialisme AS: Perspektif Indonesia”
JAKARTASATU.COM— Indonesia Consulting Group Dan Global Future Institute gelar Syukuran dan Peluncuran Buku “Kolonialisme AS: Perspektif Indonesia” diselenggarkan di Wisma Daria, Jln Iskandarsyah Jakarta Selatan, Jum’at 20/12/2024.
Berikut paparan Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit dalam sambutannya:
Saat buku ini ada di hadapan anda, sidang pembaca, pastinya memantik satu pertanyaan penting. Pertama tema sentral, kedua apa benang merah yang menyatunafaskan para penulis yang beragam latarbelakang dan profesi keahlian. Kemudian menuangkannya jadi sebuah buku, yang terintegrasi secara utuh?. Untuk tema sentral, akan terjelaskan dengan sendirinya saat anda, sidang pembaca mulai menelisik halaman-halaman buku ini selanjutnya.
Para penulis dengan senang hati dan penuh gairah mencurahkan pikiran dan perhatiannya. Secara bersama menyusun buku ini sekitar empat bulan. Sebagian penulis besar punya pengalaman yang cukup lama bergelut di bidang jurnalisme, meski dalam intensitas yang berbeda- beda. Maka dengan tak ayal, sense journalism atau rasa penghayatannya, dalam prinsip kerja jurnalisme sangat kuat mewarnai keenam penulis. Dalam proses penyusunan buku ini. Sense of journalism menjiwai isi dan sajian buku ini.
Seperti penuturan Satrio Arismunandar, salah satu penulis buku ini, yang sudah malang-melintang berkiprah di jurnalisme sekitar 30 tahun. Bila kita punya ragam minat dan ketertarikan pada beberapa bidang yang berbeda. Namun bisa diekspresikan secara simultan, maka jurnalisme lah profesi bidang keahlian yang yang pas.
Sayangnya, dari keenam penulis yang ikut serta berkontribusi dalam buku ini, tidak seintens Satrio Arismunandar maupun Muhammad Abriyanto, dalam menggeluti jurnalisme. Sedangkan Dina Y. Sulaeman pernah beberapa waktu aktif dalam dunia jurnalisme selama 5 tahun. Sewaktu berkarir di Islamic Republic of Iran Brodcasting (IRIB) pada 2002-2007. Meski saat ini, ia sudah beralih profesi di bidang akademik.
Namun sense of journalism-nya masih terasa kuat dalam beberapa artikel tulisannya. Termasuk tulisan yang dikontribusikan dalam buku ini.
Sementara Rahadi Teguh Wiratama selain sudah ditempa pengalaman jurnalistiknya semasa aktif di pers kampus dan aktif di majalah Politika, Universitas Nasional. Ia saat ini dipercaya menangani bidang keredaksian Jurnal Prisma yang sudah tersohor sejak era 1970-an.
Selain tetap menaruh minat pada kajian-kajian hubungan internasional dan militer. Agung Marsudi D. Susanto, yang pernah aktif bergiat di bidang perminyakan dan menaruh minat besar terkait kiprah korporasi-korporasi minyak asing di Indonesia, maupun mancanegara. Cukup akrab bersentuhan dengan jurnalisme. Saya sendiri, telah 17 tahun di dunia jurnalisme sejak awal 1990-an. Namun sejak 2008, mulai berkiprah dalam kajian-kajian geopolitik, yang lebih condong pada pendekatan akademik. Alih-alih jurnalisme sebagai rutinitas kegiatan.
Begitupun sense of journalism yang, menjiwai para penulis buku ini, tetap berupaya untuk tidak terlalu terpaku pada pendekatan konvensional dalam jurnalisme.
Thomas Friedman, seorang jurnalis senior The New York Times, mengklasifikasi para jurnalis ke dalam beberapa cluster antara lain: jurnalis investigasi, reporter spesialis bidang seperti umpamanya politik, militer atau ilmu pengetahuan-teknologi dan budaya.
Ada pula reporter yang berfokus pada liputan berita terkini, yang bertumpu pada aktualitas dan daya percepatan penyampaian informasi kepada publik pembaca. Namun ada satu lagi aspek penting dari jurnalisme, sepertinya saat ini cenderung diabaikan. Di era serba digitalisasi dan daya percepatan penyampaian data, yaitu, jurnalis penjelasan atau explanatory journalist.
Jurnalisme penjelasan (explanatory journalists) inilah yang menyatukan ragam latarbelakang profesi dan bidang keahlian para penulis buku ini. Sewaktu menelaah, menelisik dan mengurai tema sentral buku ini. Dengan pengertian lain, para penulis tidak sebatas sebagai penonton/saksi berita peristiwa/berita pikiran. Namun jiwa si penulis sebisa mungkin turut hadir dalam sajian tulisannya.
Jurnalisme penjelasan bukan sekadar meliput peristiwa yang sedang atau telah berlangsung. Melainkan juga mencoba menyingkap apa yang ada di balik berita atau peristiwa. Sebab kerap kali terjadi, apa yang terlihat secara kasat mata, belum tentu apa yang sesungguhnya sedang berlangsung.
Selain dari itu, jurnalisme penjelasan juga berupaya memberi makna. Atas peristiwa yang telah dan sedang berlangsung. Sehingga bukan lagi mencari tahu mengapa, melainkan untuk apa peristiwa tersebut sampai terjadi. Dengan implikasinya kini dan kelak.
Dengan dasar pertimbangan inilah, Global Future Institute (GFI) dan penerbit buku ini, Indonesia Consulting Group (ICG), sepakat mengajak serta Hendrajit, Rahadi Teguh Wiratama, Muhammad Abriyanto, Agung Marsudi D. Susanto, Satrio Arismunandar dan Dina Y. Sulaeman, berkolaborasi menyusun buku dengan mengusung tema “Neokolonialisme AS di Asia.”
Kepada para penulis tersebut di atas, GFI dan ICG menyampaikan terimakasih dan apresiasi yang setinggti- tingginya. Juga terimakasih dan apresiasi kami sampaikan kepada Rusman Rusli, yang dengan tekun dan susah payah mengorganisir data dan referensi yang dibutuhkan para penulis. Terimakasih dan apresiasi juga untuk Dedi Triyono, yang sudah mengekspresikan talenta terbaiknya. Untuk mendisain sampul wajah buku, maupun penyusunan tata letak tulisan, sehingga enak dilihat dan nyaman dibaca.
Secara khusus terimakasih dan apresiasi kami sampaikan kepada EkaHindra, yang telah berupaya semaksimal mungkin, dengan penuh antusiasme dan semangat. Dalam tenggat waktu yang singkat selaku editor, berhasil menyunting buku ini.
Sehingga isi materi buku ini, yang menurut kesan sekilas beberapa sejawat kami cukup berat, akhirnya bisa tersaji dengan renyah dan enak dibaca.
(Yoss/RedJaksat)