Si Pitoeng Kekinian Minta Kejati Agar Kasus Korupsi Dinas Kebudayaan Menjadi Golden Gate Bagi Pemberantasan Korupsi

JAKARTASATU.COM– Penggeledahan yang telah dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Jakarta di Dinas Kebudayaan Jakarta telah membuka jutaan pasang mata yang telah menyorotinya.

Ratusan stempel palsu dan milyaran rupiah yang ditemukan menjadi jawaban dari ribuan pertanyaan yang selama ini belum terungkap.

Masyarakat Jakarta khususnya kaum pegiat seni budaya Betawi seakan melihat petir disiang bolong sekaligus menatap cerahnya matahari yang memberi harapan bagi masa depan.

Ketua umum FORMASI (Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi) telah ditakdirkan menjadi pendobrak serta pembaharu pola perjuangan si Pitung kekinian yang berjuang membela rakyat kecil yang tertindas.

Dengan dibantu oleh tim yang kuat sekaligus memiliki mentalitas dan integritas tinggi serta teruji bebas dari tangan-tangan kotor yang berupaya menodai perjuangan dengan cara persuasif, Jalih Pitoeng terus dengan gigih secara konseptual mengambil peran dalam menjalankan misi mulia pemberantasan korupsi.

Aktivis kelahiran tanah Betawi Jalih Pitung yang dikenal kritis dan berani terus tanpa henti mengambil posisi sebagai pendobrak dugaan korupsi yang terjadi.

Kata Jalih Pitung, ngobrol ala warung kopi, reportase hingga investigasi dalam rangka mengeksplorasi semua informasi baik dari keterangan para saksi sekaligus korban manipulasi dan korupsi terus dilakukannya selama kurang lebih 5 bulan guna mendapatkan dokumen dan data yang memiliki akurasi tinggi.

Menurut Jalih Pitoeng, semua itu menjadi tidak berarti jika kepedulian masyarakatnya rendah. Qodarullah niat-niat yang baik, tulus, ikhlas, luhur serta mulia disambut baik oleh para kaum Adiyaksa yang masih punya wibawa dan imun terhadap upaya penyuapan yang akan menggiring nya ke Neraka.

Ia mengungkapkan bergulir laporan dan aduan masyarakat ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta pun tidak semulus yang diharapkan. Namun usaha keras dengan niat yang ikhlas, Alhamdulillah, Tuhanpun akhirnya mengirimkan orang-orang terpilihNya untuk mengambil alih perkara tersebut.

“Alhamdulillah kini telah bergulir proses yuridisnya. Mulai dari penyelidikan telah meningkat menjadi penyidikan. Sebuah proses yang sebagaimana mestinya dilakukan,” kata Jalih Pitung merasa bersyukur disampaika  keterang tertulis, Ahad (22/12/2024).

Pemeriksaan para saksi. Baik saksi korban maupun saksi pristiwa tentunya sudah dilakukan oleh para kaum Adiyaksa yang memiliki kepedulian sekaligus tanggung jawabnya sebagai penegak hukum yang berintegritas.

Menyikapi fenomena dan pristiwa hukum atas penggeledahan yang terjadi di dinas kebudayaan, menurut Jalih Pitoeng bahwa itu adalah tindakan perampokan besar-besaran di jaman modern ini. Selain itu, dirinya mengatakan akan menggalang kekuatan secara besar-besaran untuk mendukung sekaligus mengawal proses hukum yang sedang berlangsung di Kejaksaan Tinggi Jakarta.

“Kita akan dukung dan kawal proses hukum yang sedang ditangani oleh pihak Kejati” tegas Jalih Pitoeng.

“Kita sudah dan akan terus mendapat dukungan dari ratusan pemimpin sanggar seni budaya yang menjadi korban pat gulipat ditubuh dinas kebudayaan” ungkap Jalih Pitoeng.

“Kita akan terus melakukan penggalangan demi tegaknya proses peradilan sekaligus mencegah terjadinya masuk angin ditubuh kaum Adiyaksa” sambung Jalih Pitoeng menguatkan.

Menurut Jalih Pitoeng, ini adalah momentum bagi pihak Kejaksaan untuk melakukan recovery terhadap rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi penegakan hukum saat ini.

“Semoga ini momentum bagi pihak Kejaksaan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat akibat banyaknya oknum penegak hukum yang berotak cetek dan bermental copet” kata Jalih Pitoeng.

“Yaitu orang-orang yang hanya berpikir untuk kepentingan diri dan keluarga serta kelompoknya dengan cara merampok uang rakyat secara koruptif dan manipulatif” Jalih Pitoeng menandaskan.

Selain mengapresiasi pihak Kejaksaan Tinggi yang sangat sigap melakukan proses penegakan hukum tersebut, Jalih Pitoeng juga menyampaikan terimakasih kepada masyarakat yang telah mendukung dan terus mengawasinya. Baik masyarakat dalam dunia nyata, maupun para netizen dalam dunia maya.

“Kita sangat mengapresiasi atas langkah-langkah strategis dan yuridis yang telah dilakukan oleh pihak Kejati” ungkap Jalih Pitoeng.

“Kita juga mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang sangat peduli terhadap kasus ini. Termasuk para netizen dalam  masyarakat dunia Maya” sambung Jalih Pitoeng.

“Kita sangat bersyukur karena masih ada orang-orang yang peduli terhadap bangsa ini. Khusus terhadap pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Allah telah mempertemukan kita orang-orang yang tulus dan serius dalam upaya membongkar skandal dan sindikat yang selama ini terbungkus rapat” lanjut Jalih Pitoeng menegaskan.

Jalih Pitoeng yang selama ini mengimpikan agar seluruh ormas-ormas Betawi bersatu ini berharap agar kasus korupsi di dinas kebudayaan menjadi pintu gerbang untuk membongkar seluruh kasus-kasus korupsi yang terjadi di Jakarta.

Pendiri FORMASI yang mematok tagline “No Kompromi pada Korupsi” dan sejak awal sudah mendesak agar Kejkasaan Tinggi DKI Jakarta melakukan bersih-bersih di DKI Jakarta, berharap agar pihak Kejaksaan Tinggi tidak berhenti pada kasus korupsi di dinas Kebudayaan saja.

“Kita minta pihak Kejati tidak berhenti pada kasus korupsi di dinas Kebudayaan saja. Akan tetapi lakukan juga upaya penyelidikan dan penyidikan pada dinas-dinas lainnya. Terutama yang memiliki irisan kuat terhadap kebudayaan yaitu Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang sudah tercium adanya dugaan korupsi ‘Double Budget’ atau anggaran ganda” kata Jalih Pitoeng.

“Demikian pula pada dinas-dinas lainnya selaku pengguna anggaran. Karena tidak mungkin kita yang melakukannya. Kita tidak punya kapasitas dan otoritas serta kewenangan untuk itu” sambung Jalih Pitoeng menandaskan.

“Kalo jaman dulu pola seperti ini dilakukan oleh para kompeni atau penjajah, tapi kali ini modus operandi perampokan uang rakyat secara besar-besaran dijaman modern ini justru dilakukan oleh oknum pejabat yang seharus melayani rakyat” pungkas Jalih Pitoeng. (Yoss)