Di Kampus Trilogi, Viva Yoga : Mahasiswa Harus Punya Daya Kritis Dan Jangan Mau Diintervensi
JAKARTASATU.COM— Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi, hadir sebagai Keynote Speaker dalam Seminar Nasional “Transformasi Sosial Budaya dan Kepemimpinan Menuju Indonesia Emas 2045” di kampus Trilogi, Jakarta.
Sebagai pemimpin yang lahir dari embrio aktivis mahasiswa, Yoga berpesan kepada para mahasiswa akan arti penting gerakan mahasiswa dan atau kaum muda terpelajar sebagai agen perubahan.
“Tidak semua mahasiswa itu menjadi aktivis. Kekuatan untuk melakukan perubahan itu selalu mulai dari kelompok yang kecil, yang mempunyai kekuatan luar biasa, seperti seorang nabi yang melakukan perubahan sosial,” kata Viva Yoga dihadapan para mahasiswa.
“Selalu mulai dari kelompok yang kecil . Jadi mahasiswa itu harus mengerti ideologi, mengerti politik. Politik bukan dalam pengertian politik praktis, Kalau politik praktis itu ya, masuk partai politik.” imbuhnya.
Viva Yoga menegaskan mahasiswa harus mengerti politik dimaksudkan tetapi politik exercise, sebagai wacana, sebagai ilmu pengetahuan. Karena seluruh kehidupan manusia itu tidak luput dari politik.
“Kekuatan mahasiswa itu adalah bagian dari kekuatan civil Society. Kekuatan Civil Society itu adalah kekuatan non negara yang punya ciri-ciri berfikir kritis, mempunyai kekuatan untuk bisa menghindari intervensi dari negara dan punya kekuatan perubahan. Itulah kekuatan Civil Society,” papar Wamen Transmigrasi itu di kampus Trilogi.
“Inti dari kekuatan civil Society itu adalah mahasiswa. Mahasiswa itu kaum muda, kaum terpelajar,” Yoga menegaskan.
Dikemukakannya, gerakan mahasiswa selalu muncul setiap zamannya. Gerakan mahasiswa turun ke jalan saat menyaksikan terjadinya ketidakadilan di masyarakat atas kebijakan dan perlakuan sewenang-wenang yang dibuat oleh negara.
Yoga menekankan sebagai agen perubahan dan calon pemimpin bangsa, mahasiswa di tengah era disrupsi dan kebebasan mendapatkan akses informasi, gerakan mahasiswa saat ini dihadapkan pada tantangan untuk mampu menemukan cara baru dalam menyampaikan aspirasi politiknya.
Gerakan mahasiswa di era 90-an berbeda dengan kemunculan gerakan mahasiswa di era demokratisasi yang terjadi sekarang ini.
Aktivis mahasiswa sekarang ini dihadapkan pada kondisi untuk memikirkan banyak hal dan ragam pilihan dalam menyampaikan ekspresi dan segala aktivitasnya.
Sebab, saat ini liberalisasi politik sudah berjalan dengan baik, kebebasan pers, desentralisasi, dan demiliterisasi.
“Untuk itu mahasiswa sebagai agen perubahan mahasiswa harus memiliki ideologi, kritis dan tidak bisa diintervensi,” pungkasnya. (Yoss)