Adakah Gosip Perubahan?

oleh Taufan S Chandranegara, praktisi seni, Penulis.

Membaca hati tak serupa membaca pikiran demikian pula sebaliknya. Ada satu hal mendasar barangkali bisa disebut sebuah kepastian, bahwa rakyat sebuah negara sungguh sangat mencintai dan sayang pada negerinya, Ada banyak faktor, antara lain negerinya tak serupa negeri manapun di segala lini tujuan dari cita-cita.

Apakah, sungguh-sungguh mencintai sebuah negeri di posisi lintang manapun berada dengan sepenuh cinta kasih setulus angin membuai pepohonan menari-nari. Setulus awan beratap langit mengikuti kemana pergi angin berhembus. Tak perlu pula komitmen hitam di atas putih dengan notariat bermaterai. Namun toh jatuhnya kepelimbahan jua.; Janji tinggal janji seolah-olah lupa, lantas menyalahkan nasib; padahal sang sas-sis-sus, dengan sengaja menerbangkan gosip; kabar ini kabar itu lantas di alpakan. Raib deh cuy.

Janji, kata-kata diucapkan dalam gegap gempita komitmen, barangkali loh. Mungkin juga mirip namun berbeda teks jumlah huruf atau bunyi konsonan di dalam sengau rongga mulut masing-masing personal dari mana pun asal usulnya. Kata lain di hati entah di mulut. Tiba-tiba saja alpa atau sengaja melupakan janji atawa komitmen, seolah-olah tak pernah ada.

Salahkah makhluk pelaku telah berjanji itu. Tak perlu buru-buru menyiapkan jawaban, sebab akibat hukum alami akan berlangsung tanpa terasa, semisal got mampet akibat perilaku manusia, so pasti tahu akibatnya kan. Lantas salah siapa. Manusia lain atau makhluk lain bakal menjadi kambing hitam, kalau dirasa oleh sistem diperlukan gosip-gosip syalala, ehem.

Ramailah gosip menjadi topik, maka tendangan bola memilih gawang sasaran. Gol! Ramailah upacara kata-kata lintasan pelangi semburat di cuaca-cuaca. Tak terduga tak dinyana akan menjadi akibat telah terprediksi atau nonprediksi. News by news menjadi headline media termodern bermukim di dunia maya.

Ke-maya-an melangitkan kata bermukim di dunia frekuensi; informasi beterbangan menjadi awan-awan kemana pergi bersama angin lantas memuncak menjadi badai, mencipta huru-hara kabar-kabari on the spot di lini pencapaian kehendak pelakunya. Lantas lingkungan dibuat gegar budaya. Laiknya serupa raibnya seekor koruptor bimsalabim abakadabra.; Jreng! Ajaib! Menghilang, tanpa pesan. Gigit jari deh.

Janji tinggal janji, tak selalu mampu berubah menjadi kasidah berjanji seterang biru langit Ilahi. Janji telah terencana terbungkus oleh pakaian keren kepalsuan.; Bagaikan lukisan rialisme abstrak non simbolik. Bisa juga sih menjadi sisi lain dari realisme simbolik. Namun seolah-olah tak tampak mata laiknya siluman siang bolong.

Kemana pergi seumpama seekor koruptor mampu molos meraibkan diri dengan kesadaran akan menjadi buronan alat-alat negara; sang koruptor seolah-olah mampu mengecoh laiknya gocekan pemain bola menuju gawang lawan. Gol! Mungkin tuan koruptor telah menjadi angin, mengintip kesempatan kompanyon lanjutan.

Salam kasih sayang negeriku. Selamat datang tahun 2025.; Akan adakah perubahan menuju kebahagiaan lanjutan? Menunggu jawaban dari rumput bergoyang-goyang ditiup angin sepoi-sepoi. Koruptor raib? Kemana pergi? Entahlah. Eeng iing eeng! Jreng! Gigit jari deh. “Ehem, bye bye love.” Sang koruptor pun telah merubah wajahnya. Ye kale!

***

Jakartasatu Indonesia, 01 Januari 2025.

Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.