MENYIBAK TABIR MISTERI NUSANTARA – (1)
(Budak Angon)

Sutoyo Abadi

Rasa prihatin atas carut marut yang sedang terjadi di Ibu Pertiwi membutuhkan pencerahan cakrawala pemahaman tentang apa dan bagaimana kejadian yang telah dan sedang berlangsung dan prediksi apa yang akan terjadi di negeri ini membutuhkan kearifan super kehati-hatian sebagai pertimbangan untuk sampai pada tahap minimal kesimpulan awal.

Tidak ada salahnya membedah warisan leluhur yang sarat dengan perlambang sehingga sedikit demi sedikit terkuak tabir misteri jagad Nusantara.

Hal ini sepatutnya bisa dipahami oleh seluruh anak cucu leluhur bangsa ini sebagai pewaris sah tataran surgawi yang bernama Nusantara.

Dalam tulisan ini akan ditulis diambil dari blog literatur yang ada. Ibarat mentari mata rantai yang hilang ( mising link ) nampaknya misteri sekalipun samar samar tetap harus di cari.

Mungkin perlu bantuan dengan dikumpulkannya ahli-ahli Thoriqoh negeri ini yaitu Mursyid yang telah mencapai maqom ma,rifat Mukasyafah. Penanda-penanda agama Hindu, Bhiksu-bhiksu agama Budha yang telah sempurna serta kasepuhan Waskita dari Keraton Jogja, Solo, Cirebon dan sesepuh dari Keraton lainnya di Nusantara.

Bersama sama memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencari siapa sosok yang mampu mengatasi keadaan saat ini dan menjadi jawaban dari misteri yang telah diungkapkan oleh para leluhur kita. Memohon petunjuk – Nya, insya Allah jika mendapat ijin dan ridlo-Nya akan menemukan jawabannya.

Dari tulisan ini akan di coba dituangkan dengan singkat kearifan pemikiran para leluhur kita : Uga Wangsit Siliwangi, Serat Musarar Joyoboyo, Pemikiran ( ramalan ) Ronggowarsito.

Mereka hidup di jaman yang berbeda tetapi perlambang selalu berkaitan, sekalipun karakter penyampaiannya berbeda-beda. Seperti memberi petunjuk bahwa hanya mengandalkan akal ( otak ) akan mengantarkan kita pada jalan buntu. Campur tangan kuasa, pertolongan dan petunjuk – Nya tidak bisa di abaikan.

Sekalipun dalam sebuah pemikiran sering di kenal dengan ramalan para spiritual penuh Riadhah selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sering di sebut pujangga, bisa di maknai berbeda-beda.

Tabir misteri kebenarannya hanya dapat di baca dari nurani yang suci, bersih dan dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai rujukan ramalannya ( bukan dari Iblis yang selalu menyesatkan .

Uga Wangsit Siliwangi:

Di dalamnya menggambarkan situasi kondisi sosial, karakter pemimpin pada masa tertentu dalam kurun waktu perjalanan panjang sebuah sejarah paska kepergian Prabu Siliwangi ( hilang/menghilang ).

Bersamaan dengan menghilangnya Padjajaran dengan mengatakan “kelak kemudian akan banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah orang orang sombong dan takabur”.

Seperti dalam naskahnya tertulis :
“Ti mimiti ieau, Pajajaran lenguit ti alam hirup, Lenguit dayeuhna, lenguit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ngaran pikeun nu mapay. Sebab bukti anu kari, bakal rea nu malungkir !. Tapi engke jaga bakal aya nu nyoba – nyoba, supaya anu lalenguit kapanggih deui. Nya bisa, Ngan mapayna kudu make amparan. Tapi anu marapayna lomba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu aredan heula”

( “Sejak hari ini, Hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan tinggalkan jejak, selain nama yang mereka berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak menolak tapi suatu saat akan ada yang akan mencoba, supaya yang hilang bisa di temukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pinter dan sombong. Bahkan berlebihan kalau bicara”).

Dalam “Wangsit Siliwangi”  tersebut dikatakan bahwa akhirnya yang mampu membuka adalah sosok yang dikatakan sebagai Budak Angon ( anak gembala ). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi, sebagai orang yang baik perangainya .

Sakabeh turunan dia ku ngaing bakal di langlang. Tapi, Ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, anu sarusah, tapi ngan nu hade laku – lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu, mun ngaing nyarita moal kadenge. Memang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancage hatena, ka nu weruh di semu anu saestu, anu ngarti kana wangi anu sejati jeung nu surti lantip pikirna , nu hade laku lampahna. Mun ngaing datang, teu ngarupa teu nyawara, tapi were cere ku wawangi”

( Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tetapi hanya pada waktu dan saat di perlukan. Aku datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, rapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat, apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tetapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang tidak berupa dan bersuara tetapi memberi ciri dengan wewangian” ).

( Bersambung – Siapa Sosok Budak Angon ?)
3/1/2025