Anies Dendam Ke Muhaimin Dan PKS Rangkul Ahok?

Damai Hari Lubis
Pengamat Hukum & Poltik Mujahid 212

Dengan ramainya kedekatan Anies-Ahok (AA), apakah ini indikasi balasan bad attitude PKS dan Muhaimin?

Muhaimin orang yang diajak olehnya bersanding dengan pola Anies tega “men-campakan AHY” putra SBY, demi merangkul Muhaimin, saat ditengah perjalanan mendekati pemilu Pilpres 2024. AHY pun merangkul Jokowi yang cawe-cawe meng-endorse Prabowo Subianto (sekarang Presiden RI.)

Muhaimin bukan menghibur dirinya pasca kekalahan pilpres 2024, justru seperti mengolok-olok, saat ada rumor Anies akan mendirikan partai, Muhaimin malah menyindir, “ada temannya ingin mendirikan partai, hanya ingin dipanggil sebagai Pak Ketum”.

Anies yang bukan tipikal “asli pejuang” hanya bermodalkan kecerdasan dan inovatif, jujur dalam hal keuangan (akuntabel) tertib dalam administrasi, dan melulu ingin menempuh sesuatu dengan jalur normatif, sehingga tipikal Anies ideal hanya untuk sosok seorang pekerja (ahli) pembantu presiden.

Begitu pula dengan PKS dengan merangkul Ridwan Kamil/ RK, tega melepaskan Anies ditengah persiapan menuju Pilkada Gubernur DKI Jakarta. Walau “suara” Anies telah membantu PKS dengan perolehan kursi terbanyak di legislatif DPRD. DKI. Jakarta.

Dan Muhaimin juga tega meninggalkannya dalam kekalahan dan kesendirian, lalu kembali kepada habitatnya semula.

Untuk perilaku PKS terbalas lebih dulu, PKS dihajar babak belur oleh Anies, PKS kesakitan dengan kekalahan kadernya sebagai cawagub paketan RK.

Kini Anies pun membalas PKS dan Muhaimin melalui peristiwa penampakan dari banyaknya pewarta online, bahwa Anies telah akrab dengan Ahok, dan baiknya kedua sahabat baru tersebut diinisialkan sebagai AA yang awalnya seteru politik di pilkada DKi Jakarta 2017.

Lalu apakah Anies sadar, telah meninggalkan kawan-kawan pendukungnya dari para barisan pengikut ulama?

Karakter Anies memang seperti itu adanya

Anies sebenarnya memang politisi fragmatis, Ia tipikal sanggup menikmati dukungan darimanapun datangnya, walau dari aktivis senior muslim bermodel radikal Dr. Eggi Sudjana eks Ketuanya di HMI MPO, namun tetiba saatnya, Anies yang normatif dan selalu emoh dan menghindar berdekatan dengan Eggi dan Kawan-Kawan dari TPUA/ Tim Pembela Ulama & Aktivis, terbukti Anies tega mencoret nama Eggi dan rekannya yang radikal dalam pandangan Anies, dari Tim Hukum Nasional menuju ranah litigasi saat sengketa pemilu pilpres 2024 di MK.

Namun Eggi dan rekan-rekannya sebenar malas berat mendukungnya (Anies) saat pilgub DKI Jakarta sebelum karma politik skakmat datang mendera Anies oleh PKS.

Hanya karena satu alasan patuh kepada seorang ulama besar HRS. Kecuali aktivis yang dikenal oleh TPUA yang organisasinya yang punya banyak nama, walau suka memanipulasi para anggota organisasi lain, lalu ternyata tanpa sadar mengakui telah mendapat bantuan duit (dana kesbangpol DKI Jakarta) yang dulunya tidak mendapat bantuan dari eks Gubernur Ahok walau “sudah ditagih” dan merasa lengkap administrasi dan giatnya, namun dari Anies mereka dapatkan. Maka mereka mendukung Anies “BAK BABI BUTA”

Demikianlah karakter Anies, namun ini deskripsi realitas dinamika kehidupan laju praktik politik praktis fragmatis, karma vs karma, dengan segala kausalitas karmanya, jadi bukan juga karakter spesialisasi Anies, namun fenomena jamak dari banyak pola leadership dan dalam hubungan geo politik yang bakal terus berjalan sampai jelang the world ends. Walau sebelumnya bakal mampir tanpa sanggup dihindari ke era keemasan bagi “politik identitas”. Salam DHL Ketua KORLABI.