JOKOWI SUMBER BENCANA DAN KALABENDU
Sutoyo Abadi
Gelombang tuntutan rakyat menuntut mantan Presiden Jokowi di adili dengan macam macam tuduhan makin membesar.
Rakyat Indonesia tiba tiba di kejutkan Organized Crime and Corruption Reporting Project ( OCCRP ), Jokowi masuk dalam nominasi finalis dunia sebagai tokoh kejahatan terorganisasi dan korupsi 2024.
Sebagai boneka Oligarki telah mengukir karya besar memberi karpet merah kepada Oligarki ikut mengelola negara, sampai pada perbuatan nekad menjual kedaulatan negara bukan hanya untuk Oligarki tetapi kepada pemilik pihak asing lainnya.
Dengan dalih dan alasan apapun kekuasaan di peroleh dengan cara-cara melanggar etika, moral, hukum apalagi menerjang pakem atau kodrat alam, cepat atau lambat akan mendatangkan bencana. Dalam budaya Jawa di kenal akan memberi karmanya
Wajar Jokowi sebentar sudah kena sinyal peringatan dari alam ghaib ketika seorang abdi dalem dari Keraton Solo rutin melakukan meditasi pada hari hari yang sudah ditentukan.
Pada sepertiga malam dalam meditasi di Songgo Buwono (awal tahun 2024 ) sudah di ingatkan dari sosok Jin Qorin Suharto, memberi tahu bahwa “Jokowi akan menerima “karma nya” akibat dalam mengelola negara telah keluar dari pakem seorang Presiden yang bijaksana, menciptakan keadilan, ketenangan, kerukunan dan kemakmuran rakyatnya.
Sekiranya info tersebut benar, akan menjadi tanggung jawab Jokowi sendiri untuk menerima akibatnya. Memang sangat terasa Jokowi prilakunya keluar dan menyimpang pakem seorang Presiden ( saat itu) telah merusak negara.
Kondisi seperti ini sebaiknya Jokowi sudahlah jangan neko neko yang akan semakin memberatkan dirinya dengan membela diri seperti saat berkuasa mengerahkan Buzer membela dirinya dengan macam macam rekayasa yang menjijikan.
Alam lahiriah bisa di bohongi tetapi dengan Kuasa Tuhan Yang Maha Esa alam ghaib tidak bisa di Bohongi. Semua yang telah terjadi ( baik atau buruk ) tidak akan bisa di hapus. Semua akan berakibat pada dirinya.
Wejangan yang paling populer adalah Manungsa mung ngunduh wohing pakarti yang berarti bahwa setiap orang akan mendapatkan akibat dari perbuatannya sendiri.
Jokowi saat memegang kekuasaan nampaknya melanggar wewaler, kepemimpinannya penuh dengan manipulasi, kebohongan, ketidak jujuran, kesombongan dan licik.
Tidak menyadari bahwa kekuasaannya akan redup, berakhir dan meninggalkan jejaknya baik atau buruk dipastikan beresiko akan memantul balik pada dirinya bahkan menimbulkan terciptalah
era kalabendu.
Dampak ikutannya bukan hanya masyarakat Solo dan Jawa harus menerima beban rasa malu, lebih tragis terkesan hilangnya karisma orang Jawa yang santun, arif dan bijaksana berubah menjadi manusia horor, kejam, sadis, bengis, jauh dari tata krama kehidupan karena dan selama berkuasa seenaknya dan ugal ugalan.
Melelehnya kesan jiwa masyarakat Jawa pada umumnya terkenal dengan tepo seliro, ewuh pakewuh, rasa malu, sungkan, menjaga sopan santun kalem, ramah dan sederhana yang terjadi justru sebaliknya.
Tercoreng oleh Jokowi, menjadi sumber Kalabendu di Tanah Jawa dan Indonesia ..(*)
4/1/2025