Ksatria dan Srikandi Advokat Yang Memuliakan Orang Tua, Berbhakti Mengikuti Tuntunan Agama

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat

[Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat  (TA-MOR-PTR)

Senin, 06 Januari 2025 adalah agenda sidang kedua tim advokasi kami melawan oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat. Namun, dalam sidang kali ini kami harus merelakan dua anggota tim kami, yang merupakan ‘Striker’ andalan dalam kegiatan advokasi, tidak bisa turun karena ada udzur.

Dia adalah Azam Khan dan Kurnia Tri Royani. Bang Azam Khan, menyampaikan udzur tidak bisa menghadiri sidang karena sedang mengurusi abahnya yang sakit di Surabaya. Sedangkan Bu Kurnia Tri Royani, masih di Bengkulu dalam rangka merawat ibunda tercinta. Belum bisa dipastikan, apakah bisa ikut sidang kedua.

Penulis kira, tidak lah berlebihan jika melabeli keduanya sebagai Ksatria dan Srikandi Advokat. Bukan berarti yang lain tidak layak, seluruh Tim Advokasi yang kami bentuk adalah kumpulan Advokat-advokat tangguh, yang berani lantang melawan oligarki.

Kisah bhakti kedua advokat ini kepada orangtuanya, di kalangan advokat dan aktivis sudah masyhur. Bang Azam Khan, sudah lama dikenal hangat dan supel, diterima berbagai kalangan, dan sangat berbakti kepada Abahnya. Sudah sering, kami mendengar informasi sakitnya Abah, dah Bang Azam Wara Wiri Jakarta – Surabaya. Kadang juga sampai ke Kediaman Abah di Madura.

Bu Kurnia juga demikian. Pasca gugatan didaftar, Srikandi Advokat ini juga pamit untuk merawat Ibunda yang sudah sepuh. Sebagai anak yang berbakti, kesempatan merawat Ibunda dihari tua, tentu sangat berharga jika sampai dilewatkan.

Sejak lama juga, kami mendengar kisah ini. Dan beberapa hari lalu, Bu Kurnia pamit ke Bengkulu, untuk mendampingi Ibunda yang sedang dirawat.

Kedua advokat ini, meski telah berkeluarga dan memiliki anak, namun dihadapan orang tua anak tetaplah anak. Status anak itu tak akan tanggal, meskipun telah berkeluarga dan memiliki anak.

Penulis jadi teringat guyonan Rasulullah Saw, ketikan menawari seorang sahabat untuk membonceng dirinya bersama-sama menunggangi anak unta.

“Anak unta, Ya Rasulullah?” Pertanyaan sahabat, seolah ingin menegaskan bagaimana mungkin dua lelaki dewasa, menunggangi satu anak unta.

“Bukankah setiap unta, adalah anak dari induknya?” Jawab Rasulullah Saw secara retoris.

Baru disadari, bahwa unta itu sudah besar dan dewasa. Anak unta, adalah kata majazi, untuk menegaskan bahwa meskipun sudah besar, bahkan menjadi induk unta, dihadapan induknya anak unta tetaplah anak.

Begitu juga di kehidupan kita. Kita yang dahulu merasa kecil, hari ini tumbuh menjadi besar, menjadi orang tua dan menua, tetap saja statusnya anak dihadapan orang tua kita. Kewajiban ‘Birrul Walidain’ tidak pernah tanggal dari pundak kita.

Semoga, dimudahkan urusan Bang Azam Khan dan Bu Kurnia Tri Royani. Semoga Abah Bang Azam dan Ibunda Bu Kurnia Tri Royani, segera sembuh dan pulih kembali.

Sedangkan kita, harus siap setiap saat untuk memenuhi seruan birrul Walidain. Kapanpun. Namun, untuk Senin besok, kita penuhi seruan masyarakat Banten yang terzalimi, dengan menghadiri sidang melawan AGUAN dan Anthony Salim, yang membangun kerajaan bisnis properti di atas tanah rampasan masyarakat Banten.

Semoga, Tim FPPI, Tim ARM, Bang Rizal Fadilah, Bang Edy Mulyadi, FTA, dan semua tim advokasi bisa hadir sidang, untuk melanjutkan perlawanan. Semoga, semua diberikan kesehatan dan rezeki yang luas. Amien ya rabbal alamien. [].