MENYIBAK TABIR MISTERI NUSANTARA – (2)
( Kerbau Bule dan Monyet-monyet )
Sutoyo Abadi
Menyambung tulisan; (1) tentang sosok Budak Angon tetap masih misteri – yang sudah muncul dan terjadi adalah Kerbau Bule dan Monyet Monyet, dikatakan oleh Prabu Siliwangi :
“Aya nu wani ngorehan terus terus, teu ngahiding ka panglarang, ngorehan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon, imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embe, lain meong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung rareang menta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.”
(“Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah anak gembala, rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan, bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah /kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah / kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”)
Dari bait di atas digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat.
Dalam hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kejadian ( asal-usul/sebab-musabab ) termasuk karya-karya warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Karena kemajuan jaman oleh generasi saat ini catatan sejarah masa lalu dianggap sudah usang /kuno tidak berguna dan bermanfaat.
Pada akhirnya hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini dianggap seperti berputarnya roda Cokro Manggilingan ( pengulangan perjalanan sejarah ).
Gambaran situasi jaman dalam naskah Wangsit Siliwangi diawali dengan lambang datangnya Kerbau Bule dan juga Monyet-monyet yang kemudian ganti menyerbu selepas Kerbau Bule pergi.
Ilustrasi ini melambangkan saat datangnya para penjajah yang berdatangan ke negeri ini, baik itu Portugis maupun Belanda. Dengan politik adu domba mereka maka terjadi peperangan antar saudara. Sejarah banyak yang hilang dan diputarbalikkan.
Sebagai perlambang dalam naskah Wangsit Siliwangi bahwa situasi carut marut yang terjadi akan ada yang menghentikan yaitu orang seberang, dengan peristiwa jatuhnya bom atom di Nagasaki dan Hiroshima
Tertulis : “Laju hawar-hawar, ti tungtung sagara kalér ngaguruh ngagulugur, galudra megarkeun endog. Génjlong saamparan jagat. Ari di urang, Ramé ku nu mangpring. Pangpring sabuluh-buluh gading. Monyét ngumpul ting rumpuyuk. Laju ngamuk turunan urang; ngamukna teu jeung aturan. loba nu paraéh teu boga dosa. Puguh musuh, dijieun batur; puguh batur disebut musuh. Ngadak-ngadak loba nu pangkat nu marentah cara nu edan, nu bingung tambah baringung, barudak satepak jaradi bapa. nu ngaramuk tambah rosa, ngamukna teu ngilik bulu. Nu barodas dibuburak, nu harideung disieuh-sieuh. Mani saheng buana urang, sabab nu ngaramuk, henteu beda tina tawon, dipalengpeng keuna sayangna. Sanusa dijieun jagal. Tapi, kaburu aya nu nyapih; nu nyapihna urang sabrang.”
(”Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi, sementara di sini. Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana sini. Lalu keturunan kita mengamuk, mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri, yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. Seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi, ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang seberang.” )
Selanjutnya terdapat suatu masa yang digambarkan dengan munculnya seorang pemimpin negeri ini dengan gambaran sbb :
”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja, raja anyar hésé apes ku rogahala”
( ”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja, penguasa baru susah dianiaya!”)
Siapakah sosok yang dimaksud dalam bait ini. Dia adalah Soekarno, Presiden RI pertama. Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo.
Wangsit Siliwangi diawali dengan lambang datangnya Kerbau Bule dan juga Monyet-monyet yang kemudian ganti menyerbu selepas Kerbau Bule pergi. Artinya Belanda pergi setelah Jepang datang.
Prabu Siliwangi memerintah Kerajaan Pajajaran pada 1482–1521 M. Prabu Siliwangi meninggal dunia , menghilangnya ( Moksa ) atau strategi politik, secara misterius pada tahun 1579. Namun dalam cerita rakyat Sunda, ada legenda yang menyebutkan bahwa ia menghilang atau berubah menjadi harimau putih
Jepang datang tahun 1942 jauh sekali masa waktunya, Prabu Siliwangi sudah memberikan wangsit diawali dengan lambang datangnya Kerbau Bule dan juga Monyet-monyet yang kemudian ganti menyerbu selepas Kerbau Bule pergi.
Budak Angon tetap masih menjadi misteri – kapan akan muncul, karena paska Sukarno, di ramalkan Prabu Siliwangi yang akan muncul Presiden yang tidak punya hati bahkan sikap dan prilakunya akan membawa kerusakan dan menyengsarakan rakyatnya. ( Bersambung..)