Hari Desa, Momentum Pembangunan dari Bawah
JAKARTASATU.COM– HARI Desa yang sarat makna. Kabar gembira bagi warga desa. Pesan bertabur harapan masa depan perdesaan.
Komitmen “membangun desa, dari bawah untuk pemerataan pembangunan” dikumandangkan MendesPDT, Yandri Susanto di Subang, Jawa Barat. Perayaan Hari Desa Nasional 2025. Gerakan yang menandai tujuan peningkatan kesadaran pentingnya pembangunan desa.
Desa yang identik suasana perdesaan. Bertabur hijau pepohonan dan udara sejuk minus polusi. Senantiasa dirindukan. Tak jarang pula, desa kerap dimaknai sebagai ketertinggalan dalam berbagai aspek pembangunan. Di sisi inilah, kita dan utamanya masyarakat desa menaruh harapan.
Hari Desa Nasional yang tak sekadar perayaan. Tak berhenti pada seremonial semata. Ia hendaknya menjadi momentum langkah lanjutan pembangunan dan kepedulian ekosistem perdesaan. Spesifik sebagai motor pembangunan. Sejalan ungkapan nyaring sang menteri.
“Desa sebagai subyek pembangunan, ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi, wisata dan budaya,” tegas MendesPDT. Merangkum sederet potensi desa dan perdesaan. Membangun pemahaman yang butuh sinerjitas antarpihak dengan pemerintah sebagai konduktornya.
Bersamaan itu pula, dimaklumi kondisi faktual desa yang sebagian besar masih dalam kategori ketertinggalan. Meliputi infrastruktur desa, sosial, ekonomi dan lingkungan. Satu hal, potensi sebagai modal utama masyarakat desa adalah gotongroyong. Semangat tradisi yang tak pernah lekang oleh waktu, meski cenderung mulai luntur.
Di Jawa Barat, misalnya — tercatat 5.311 desa — namun baru separuhnya atau 2.448 masuk kategori “desa mandiri”. Dalam skala nasional, berdasarkan data Podes 2024 (potensi desa -pen) terkonfirmasi 75.753 desa.
Membicarakan hal-ikhwal desa, kiranya tak luput dari aspek kekurangan. Antara lain lapangan kerja, minum dan minus pendapatan, modal usaha, wawasan hingga pemasaran hasil pertanian. Bahkan hal mendasar akan pentingnya kesehatan dan pendidikan.
Betapa kompleks. Karuan, pada titik ini peran dan kebijakan KemendesPDT sangat dinantikan. Gerak langkah gradual yang mengayuh mutual.*
– imam wahyudi (iW)