Ilustrasi AI | WAW

Meningkatkan Kualitas Lulusan SMK: Dari Tantangan Menuju Solusi

Oleh: Alip Purnomo, Kritikus Pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sering dianggap sebagai solusi strategis untuk menjawab kebutuhan dunia kerja di Indonesia. Namun, ironisnya, data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran lulusan SMK tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan lulusan tingkat pendidikan lainnya. Pada tahun 2024, angka ini mencapai 9,01%, jauh lebih tinggi dibandingkan lulusan SMA (7,05%) atau perguruan tinggi (4,83%).

Mengapa Lulusan SMK Sulit Terserap Pasar Kerja?

Permasalahan utama yang dihadapi pendidikan vokasi, khususnya SMK, dapat dilihat dari tiga tingkatan:

Mikro. Di tingkat sekolah, SMK sering kali kekurangan fasilitas yang memadai, seperti laboratorium dan peralatan praktik standar industri. Kurikulum yang usang serta minimnya pelatihan untuk guru turut memperparah ketidaksiapan lulusan menghadapi tantangan dunia kerja. Belum lagi stigma sosial yang melekat pada lulusan SMK, yang kerap dianggap kurang kompetitif dibandingkan lulusan SMA.

Meso. Peran pemerintah daerah dalam mendukung SMK seringkali terhambat oleh anggaran terbatas dan kebijakan yang kurang tepat sasaran. Kurangnya kerja sama antara sekolah, industri, dan komunitas lokal menjadi hambatan besar dalam membangun sinergi untuk mencetak lulusan berkualitas.

Makro. Di tingkat nasional, kebijakan pendidikan vokasi terlalu terfokus pada memenuhi kebutuhan pasar kerja jangka pendek. Padahal, industri bersifat dinamis, sehingga lulusan sering kali tidak relevan dengan kebutuhan terkini. Kebijakan seperti Perpres No. 68 Tahun 2022 juga kurang menempatkan pengembangan potensi siswa sebagai prioritas utama.

Solusi: Fokus pada Pemetaan Bakat dan Kompetensi

Untuk memecahkan masalah ini, pemetaan bakat siswa menjadi kunci. Dengan mengidentifikasi potensi unik setiap siswa sejak awal, SMK dapat menyusun program pendidikan yang relevan dan sesuai. Pemetaan ini memungkinkan siswa mengembangkan kompetensi yang benar-benar dibutuhkan oleh industri, sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang kreatif dan adaptif.

Selain itu, kurikulum SMK harus terus diperbarui agar sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri. Kemitraan strategis antara sekolah dan dunia usaha juga perlu ditingkatkan untuk memberikan pengalaman kerja nyata kepada siswa.

Ilustrasi ai WAW

Dari Sertifikasi Menuju Kompetensi Nyata

Pendidikan vokasi harus kembali ke tujuan utamanya: membangun manusia yang kompeten, bukan sekadar mengejar angka sertifikasi. Dengan memprioritaskan pengembangan individu secara holistik, lulusan SMK tidak hanya mampu memenuhi tuntutan pasar kerja, tetapi juga siap menghadapi berbagai tantangan di dunia yang terus berubah.

Pada akhirnya, SMK yang berfokus pada kualitas dan relevansi pendidikan akan menciptakan generasi yang tidak hanya mampu bekerja, tetapi juga memimpin perubahan di masa depan. []