Kang DM Bertekad Akses Listrik Seluruh Warga Jabar
Catatan: Imam Wahyudi (iW)
“Saya merasa malu, di era modern seperti sekarang — masih ada warga Jawa Barat yang hidup tanpa listrik,” kata Dedi Mulyadi.
Ungkapan spontan, tanpa tedeng aling-aling. Dia tidak lagi sedang berkampanye. Tentu, dalam kapasitas Gubernur Jawa Barat Terpilih. Ungkapan “merasa malu” yang dapat dimaknai sebagai perhatian dan merealisasikan.
Betapa tidak, Presiden Prabowo Subianto baru saja meresmikan PLTA Jatigede di Sumedang. Sementara masih banyak rumah warga belum tersentuh penerangan listrik. Sudah seharusnya Dedi Mulyadi mengungkapkan rasa malu itu. Kang DM, sapaannya bakal dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat pada 06 Februari (tentatif), dua pekan lagi.
Bendungan Jatigede dengan luas genangan 3.952 hektar dan volume tampung 981 juta meter3 berfungsi memproduksi listrik berkapasitas 2 kali 55 mW dari dua pembangkit.
Peresmian Waduk Jatigede mengingatkan 11.469 keluarga meliputi 32 desa yang terpaksa hengkang. Tergusur dari tempat kelahiran dan kehidupannya. Dipastikan menyentuh hati Kang DM, justru ketika menghadapi fakta masih banyak rumah tanpa listrik.
***
Ternyata, tak cuma masih ada warga Jawa Barat yang hidup tanpa listrik. Masih dalam jumlah besar. Mencapai 140.000 rumah. Merujuk data Inventarisasi Rumah Belum Berlistrik (IRBB) per 2023 berjumlah 137.697 rumah. Ironis!
Sejumlah itu, ternyata pula (masih) mencakup 20 kabupaten/kota dari 27 daerah di Jawa Barat. Padahal provinsi ini berpredikat penyangga ibukota Jakarta. Identik dengan kemajuan dan modernisasi.
Jawa Barat bukan cuma provinsi yang berperan sebagai pemasok listrik di Indonesia. Juga potensinya dalam memproduksi listrik dari berbagai sumber enerji. Meliputi panas bumi, air, dan mikro hidro.
Jawa Barat memiliki banyak pembangkit listrik. PLTP (panas bumi) berkapasitas 940 mega watt. Antara lain di Kamojang Darajat, Wayang Windu, Patuha, Cibuni, Cisolok – Cisukarame, Karaha Bodas, Salak, Tampomas, Tangkuban Parahu. Selanjutnya PLTMH (mikro hidro) kapasitas 212, 7 kW di tujuh lokasi Bandung Barat, Garut, Cianjur dan Bogor. Bahkan PLTA (air) di Saguling, Bengkok. Juga dua PLTU (uap).
Tak kecuali PLTA Bengkok di Dago, Bandung Utara yang operasional masih secara manual sejak 1923. Selebihnya, Bendungan Jatiluhur di Purwakarta yang multiguna. Termasuk pembangkit listrik berkapasitas 187,5 mW. Menyusul PLTS (tenaga Surya) Cirata sebagai pembangkit EBT (enerji baru dan terbarukan -pen). Sumber enerji dari alam dan dapat diperbaharui secara alami. Disebut pula enerji hijau.
Pembangkit EBT Cirata berkapasitas puncak 192 mW mencakup area 200 hektar. Juga terletak di Kabupaten Purwakarta, merupakan terbesar di Asia Tenggara. Bahkan urutan ke-3 PLTS dunia. Sungguh, potensi enerji terbarukan yang luar biasa di Jawa Barat.
Selain EBT, di Cirata ada PLTA berkapasitas 1.008 mW. PLTA terbesar di Asia Tenggara. Sebelumnya sudah ada PLTA Saguling di Bandung Barat dengan kapasitas 844,36 mW.
***
KIRANYA tak cukup menjajarkan keberadaan PLTA, PLTP, PLTS hingga PLTMH di Jawa Barat berbanding lurus dengan akses listrik seluruh warganya. Terdata 140.000 rumah tanpa listrik. Ironis lainnya, mencakup 20 kabupaten/kota.
Cakupan wilayah (coverage area) Jawa Barat, cukup luas mencapai 37.153 km2. Meliputi 18 kabupaten dan sembilan kota. Terdiri 627 kecamatan dengan 5.957 desa/kelurahan. Populasi 50.484.208 jiwa atau kepadatan penduduk 1.400 per km2.
Jawa Barat dengan APBD sekira Rp 37 triliun, mencakup PAD (pendapatan asli daerah) mencapai Rp 23, 426 triliun — rasanya tak sulit bagi sang gubernur anyar realisasikan akses listrik bagi seluruh warga. “Saya targetkan tahun ini Jawa Barat caang (terang),” kata Kang DM.
Apalagi cuma butuh anggaran Rp 420 milyar. Andai pun tidak melalui APBD, sejatinya ada kucuran lain dari APBN. Berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan Khusus (DAK) masing-masing senilai Rp 3,675 triliun dan Rp 5,139 triliun. Spesifik DAK untuk mendanai kegiatan khusus di daerah, yang sesuai prioritas nasional. Tentu, termasuk program akses listrik.
Secara umum, rumah warga yang belum tersentuh aliran listrik berada di daerah terpencil. Tidak melulu satu kawasan, melainkan tersebar. Belum terjangkau infrastruktur listrik, yang kerap dinilai tidak efisien. Pun warga yang tergolong tidak mampu secara ekonomi. Program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) belum menjangkau semua. Pilihan bijak, mengoptimalkan opsi “listrik mandiri” berbasis enerji terbarukan atau tenaga surya.
Kang DM telah komitmen, memastikan seluruh rumah di Jawa Barat mendapatkan akses listrik pada tahun ini. Bersandar pada tekad semangat kerakyatan lewat gelaran program yang populis. Program Jawa Barat Caang menjadi bagian utama kejaran Jawa Barat Istimewa.***
*) jurnalis senior di bandung