Presiden Prabowo Subianto menargetkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi ibu kota politik pada tahun 2028 mendatang. Apa bisa dan mungkin? Ada peryataan ini diungkap oleh Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Basuki Hadimuljono menyebut dana sebesar Rp4,8 triliun periode 2025-2029 dari APBN yang telah disetujui Presiden Prabowo Subianto untuk melanjutkan pembangunan IKN guna mewujudkan Kota Nusantara sebagai ibu kota politik.
Ibu Kota Nusantara (IKN) akan disebut ibu kota politik ketika kawasan itu sudah lengkap semua lembaga atau alat negara, bukan hanya eksekutif, tapi juga yudikatif hingga legislatif.
“Untuk pembangunan tahap dua 2025 – 2029 dibutuhkan dari APBN sebesarRp48,8 triliun dengan target menyelesaikan kompleks legislatif, yudikatif, ekosistem pendukung, dan membuka akses menuju IKN wilayah perencanaan (WP) 2,” ujar Basuki di Nusantara, Sabtu (25/1/25).
Sehari sebelumnya, saat menerima kunjungan kerja dari rombongan MPR RI dan DPD RI di IKN, Basuki juga mengatakan bahwa OIKN dan Kementerian PU dalam waktu dekat segera membentuk tim desain yang nantinya bisa diarahkan oleh presiden terkait penyesuaian desain tersebut.
Ia mengaku mendapat tugas dari presiden untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur ekosistem yudikatif dan legislatif baik untuk kantor dan huniannya dari anggaran sebesar itu.
Anggaran tersebut juga akan digunakan untuk memelihara dan mengelola prasarana maupun sarana di IKN yang sudah selesai, karena pemeliharaan juga penting untuk menjaga aset tetap kondisi baik.
Nah untuk itu jika melihat rencana besar pemerintah, Nusantara di Kalimantan Timur diproyeksikan menjadi ibu kota baru politik yang berfungsi penuh sebagai pusat pemerintahan dan politik pada 2028. Perpindahan ini bertujuan untuk mengurangi beban Jakarta, baik dari segi kepadatan penduduk maupun infrastruktur, serta menciptakan pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa.
Pada 2028, ada beberapa hal yang mungkin menjadi perhatian terkait Nusantara sebagai ibu kota politik:
1. Fungsi Pemerintahan: Semua kantor pemerintahan utama, seperti Istana Negara, DPR/MPR, dan kementerian, ditargetkan sudah beroperasi di Nusantara.
2. Pengaruh Geopolitik: Posisi strategis Nusantara di tengah Indonesia dapat memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara dan kawasan Pasifik.
3. Keberlanjutan dan Smart City: Nusantara dirancang sebagai kota berkelanjutan dengan infrastruktur berbasis teknologi modern dan konsep hijau yang mendukung perkembangan politik ramah lingkungan.
4. Dinamika Politik Lokal dan Nasional: Akan ada interaksi baru antara pusat pemerintahan di Kalimantan dan berbagai provinsi lain yang sebelumnya lebih dekat dengan Jakarta.
Apakah optimisme dengan IKNusantara sebagai ibu kota politik baru? Lantas Jakarta bagaimana?
Akan berubahnya dan Jakarta akan mengalami transformasi besar setelah kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara. Karena, pemerintah telah merencanakan peran baru untuk Jakarta sebagai pusat ekonomi, bisnis, dan budaya Indonesia.
Beberapa skenario terkait masa depan Jakarta: Peran Baru Jakarta Mungkin bisa:
1. Pusat Ekonomi dan Bisnis Internasional Jakarta tetap menjadi pusat keuangan dan perdagangan terbesar di Indonesia. Kehadiran kantor pusat perusahaan besar, bank, dan lembaga keuangan internasional memastikan kota ini terus menjadi pusat aktivitas ekonomi.
2. Kota Budaya dan Pariwisata Jakarta bisa mengembangkan dirinya sebagai destinasi budaya dengan museum, situs sejarah, dan acara internasional seperti festival seni atau olahraga.
3. Pusat Pendidikan dan Teknologi Dengan universitas ternama dan pusat inovasi, Jakarta dapat mengembangkan ekosistem startup teknologi, riset, dan pendidikan tinggi.
4. Desentralisasi Pemerintahan Meskipun pusat politik pindah ke Nusantara, Jakarta kemungkinan tetap menjadi rumah bagi beberapa institusi penting, seperti kantor regional atau lembaga internasional.
Tantangan dan Peluang Jakarta mungkin :
1. Pengurangan Kepadatan Pemindahan ASN ke Nusantara diharapkan mengurangi beban populasi Jakarta, memberikan ruang untuk perbaikan infrastruktur dan layanan publik.
2. Peningkatan Infrastruktur Infrastruktur yang selama ini difokuskan untuk mendukung fungsi ibu kota dapat diubah untuk mendukung transportasi massal, hunian ramah lingkungan, dan ruang hijau.
3. Kerawanan Lingkungan Jakarta tetap menghadapi ancaman seperti banjir, penurunan tanah, dan polusi. Pemerintah harus fokus mengatasi masalah lingkungan ini agar kota tetap layak huni.
Apa yang Akan Terjadi pada 2028?
Pada 2028, Jakarta mungkin akan menjadi kota megapolitan yang lebih modern dan terdesentralisasi. Proyek MRT, LRT, dan revitalisasi kawasan kota tua diperkirakan sudah selesai, membantu meningkatkan daya tarik Jakarta sebagai kota global. Namun, masa depan Jakarta juga tergantung pada bagaimana pemerintah mengelola transisi ini. Jika dilakukan dengan baik, Jakarta tetap akan menjadi pusat kekuatan ekonomi Indonesia meskipun bukan lagi pusat politik.
Kesuksesan Indonesia Baru di Kalimantan Timur pada 2028 dengan ibu kota Nusantara sangat mungkin tercapai, tetapi membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi berbagai tantangan besar. Berikut adalah faktor-faktor yang akan menentukan keberhasilannya: Faktor Penentu Kesuksesan
1. Pembangunan Infrastruktur yang Tepat Waktu Pemerintah harus memastikan bahwa infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air, dan fasilitas publik selesai tepat waktu. Keberhasilan awal Nusantara sangat bergantung pada kesiapan fisik kota ini.
2. Komitmen Lintas Pemerintahan Nusantara adalah proyek jangka panjang. Jika setiap pemerintahan mendatang tetap berkomitmen pada rencana pembangunan dan visinya, keberlanjutan dapat terjamin.
3. Partisipasi Publik dan Swasta Menggandeng masyarakat lokal, pelaku bisnis, dan investor internasional dalam membangun Nusantara sebagai smart city dan kota berkelanjutan akan mempercepat perkembangannya.
4. Keberlanjutan Lingkungan Nusantara dirancang sebagai kota hijau dan berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan harus menjadi prioritas, termasuk perlindungan ekosistem hutan Kalimantan.
5. Adaptasi Sosial dan Kultural Memindahkan ASN, keluarga mereka, dan institusi pemerintahan membutuhkan adaptasi besar-besaran. Pemerintah harus memastikan transisi ini berjalan mulus tanpa konflik sosial.
6. Dukungan Ekonomi Nasional Jika ekonomi nasional tetap kuat pada 2028, Nusantara akan berkembang lebih cepat karena bergantung pada investasi dan dukungan fiskal yang stabil.
Mungkin ada Indikator Kesuksesan 2028 dimana ada fungsi Pemerintahan: Semua kementerian dan lembaga negara sudah beroperasi penuh di Nusantara.
Populasi Awal yang Nyaman: Kota ini sudah memiliki jumlah penduduk yang stabil (ASN, tenaga kerja, dan keluarga). Ada Kepercayaan Investor: Banyak proyek investasi swasta masuk ke Nusantara, menciptakan lapangan kerja dan ekonomi yang dinamis.
Kota yang Layak Huni: Fasilitas publik, transportasi, dan tata kota sudah berjalan baik sehingga menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali. Apakah Nusantara Akan Sukses? Peluang sukses besar, terutama jika rencana yang ada dilaksanakan sesuai jadwal, dan masalah seperti birokrasi, korupsi, serta konflik politik dapat diminimalkan. Nusantara juga memiliki posisi strategis untuk memperkuat peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Namun, keberhasilannya juga tergantung pada pengelolaan isu-isu utama, seperti:
Tidak adanya pengabaian terhadap Jakarta dan wilayah lain.
Penanganan dampak lingkungan dari pembangunan di Kalimantan. Pembangunan infrastruktur yang ramah penduduk lokal dan masyarakat adat.
Jadi keputusan untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur bukan tanpa alasan. Ada sejumlah pertimbangan mendalam yang melatarbelakangi kebijakan ini, meskipun banyak yang bertanya-tanya,
“Kenapa tidak Jakarta saja tetap menjadi ibu kota?”
Alasan utama di balik keputusan tersebut: Beban Jakarta Sudah Terlalu Berat Jakarta saat ini menghadapi berbagai tantangan besar sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya secara bersamaan, seperti: Kemacetan Lalu Lintas: Jakarta termasuk salah satu kota termacet di dunia, menyebabkan kerugian ekonomi besar setiap tahunnya. Polusi Udara: Tingkat polusi udara di Jakarta sangat tinggi dan berpengaruh buruk pada kesehatan masyarakat. Banjir dan Penurunan Tanah: Banjir tahunan dan penurunan tanah (land subsidence) membuat Jakarta rawan tenggelam, terutama di daerah pesisir. Adanya
Overpopulasi: Jakarta dan sekitarnya dihuni lebih dari 10 juta orang, belum termasuk wilayah Jabodetabek yang mencapai sekitar 30 juta jiwa. 2. Pemerataan Pembangunan Sebagai negara kepulauan, pembangunan Indonesia selama ini cenderung terpusat di Pulau Jawa, khususnya Jakarta. Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur bertujuan untuk:
Mendorong pembangunan di luar Jawa, sehingga ada keseimbangan antara wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia.
Menghidupkan potensi Kalimantan Timur, yang memiliki posisi strategis di tengah wilayah Indonesia serta sumber daya alam yang melimpah.
Jakarta Tetap Pusat Ekonomi Jakarta tidak ditinggalkan sepenuhnya. Pemerintah berencana menjadikan Jakarta sebagai: • Pusat bisnis dan keuangan: Jakarta akan tetap menjadi rumah bagi perusahaan besar, lembaga keuangan, dan kegiatan ekonomi global. • Kota budaya: Dengan revitalisasi tempat-tempat bersejarah dan pengembangan sektor pariwisata, Jakarta akan terus memegang peran penting dalam budaya nasional. 4. Konsep Ibu Kota Baru: Kota Hijau dan Modern Nusantara dirancang sebagai kota modern dan berkelanjutan dengan konsep: • Smart city berbasis teknologi. • Infrastruktur hijau dan energi terbarukan. • Tata kota yang dirancang untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan kualitas hidup.
Tapi Kenapa Tidak Tetap Jakarta?
Ada juga beberapa argumen kuat untuk mempertahankan Jakarta sebagai ibu kota, seperti: 1. Efisiensi Biaya: Memindahkan ibu kota membutuhkan dana besar (ratusan triliun rupiah), sementara memperbaiki Jakarta mungkin lebih hemat.
2. Sejarah dan Identitas: Jakarta sudah menjadi simbol sejarah dan pusat kekuasaan sejak lama.
3. Infrastruktur Sudah Ada: Jakarta memiliki infrastruktur yang jauh lebih matang dibandingkan Nusantara, yang masih harus dibangun dari nol. Namun, masalah-masalah seperti banjir, kemacetan, dan overpopulasi sangat sulit diselesaikan hanya dengan perbaikan, sehingga muncul kebutuhan untuk memulai dari awal di tempat baru. Bagaimana Menurut Anda?
Alasan pemindahan ibu kota ini cukup kuat, atau Jakarta seharusnya tetap dipertahankan sebagai pusat pemerintahan? (ame/red)
BEM SI Kembali ke Jalanan Besok, Adhie Massardi: Kerusakan Dilakukan Rezim Jokowi Tak Bisa Diatasi Seribu Hari Pertama Pemerintahan Prabowo
JAKARTASATU.COM-- Media Sosial ramaikan aksi...
Puncak AKSI BEM SI "Indonesia Gelap" 20 Februari di Jakarta
JAKARTASATU.COM-- Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akan kembali menggelar demo besar-besara bertajuk 'Indonesia...
Jangan Tertipu Penetapan Tersangka Arsin Kades Kohod, Kasus Pagar Laut Sampai Hari Ini Masih Misteri
Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat
Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus...
W0 : "HIDUP JOKOWI !"
WI : "MATI PRABOWO !"by M Rizal FadillahBanyak oposan Jokowi mencoba merapat kepada Prabowo dengan alasan Prabowo akan dapat bersama-sama...
CATATAN AENDRA MEDITA *)KINI ungkapan ramai “Indonesia gelap” hmmm berat sekali membacanya jika ini menjadi kenyataan karena bisa dimaknai dalam berbagai konteks—politik, ekonomi, hukum,...