Hizbullah Indonesia:

ERA TRANSISI JOKOWI (17): Wahai Bangsa Indonesia, Mari Rebut Kembali Tanah Air Dari Rezim Drakula dan Cina-cina Keparat…!!!

Sri-Bintang Pamungkas

Jenderal Soenarko, mantan Danjen Kopassus, kemarin itu marah besar sambil “menantang” Wowok, seniornya, untuk berani melawan Oligarki Cina. Soenarko pun memaki-maki Cina Keparat macam A Gwan dan A Liem sebagai perampok dan penjajah. Aku yang mendengar hanya bisa tersenyum, karena sekitar 15 tahun yang lalu, aku dan teman-teman Aktivis sudah tahu “ada negara dalam Negara”

Tidak jauh dari Kampus Univ Trisakti, di seberangnya, ada tertulis di tembok dengan huruf-huruf besar “Podomoro City”. Sudah lama kami curiga dan mencoba melihat kota apa itu… Kami dilarang petugas mereka yang berpakaian Polisi. Kami bersitegang dan mau nekat masuk jalanan umum di Komplex itu. Tapi kemudian datang Cina-cina dari dalam sambil membawa anjing-anjing besar untuk mengusir kami.

Kompleks Perumahan Podomoro City itu terlarang bagi Pribumi. Mereka punya polisi-polisi sendiri yang menjadi anjing-anjing Cina. Polisi-polisi kita, dari Polda Metro, Polres sampai Polsek dan Pos-pos Polisi di Jakarta Barat itu ternyata tunduk kepada Cina-cina Agung Podomoro pimpinan Trihatma Haliman, anak Anton Haliman, dari Keluarga Liem keparat itu.

Memang dari awal adalah kesalahan Soeharto, Presiden ke dua, yang kebijakannya melahirkan para Konglomerat Cina yg lalu menjadi Naga-naga Oligarki. Dimulai dari datangnya Liem Swi Liong dari Fujian ke Medan untuk ikut berdagang tembakau bersama pamannya. Si Liem yang menjadi Bapaknya Antony Salim atau Liem Hong Hsien ini pindah ke Semarang dan bisa berkenalan dengan Soeharto, komandan Divisi Diponegoro.

Mereka, bersama Bob Hasan, The Kian Seng, bertemu lagi di Jakarta di mana Pak Harto sudah menjadi Presiden. Cina-cina yang mengaku setia kepada Soeharto dan membantu keuangan Cendana itu mendapat banyak fasilitas dari Soeharto. Liem Swi Liong dan The Kian Seng itu kemudian menjadi Pengusaha-pengusaha besar dan kaya.

Bahkan si Bob, The Kian Seng, yang muslim itu pernah diangkat Pak Harto menjadi Menteri Perdagangan dan Industri serta kemudian Menteri Olah Raga.

Memang tidak semua Cina Keparat, tapi Pak Hartolah yang melahirkan Cina-cina Keparat macam si Liem, si Tan, si Oey, si The, si Tio dan lain-lain serta  A Gwan, A Hok, A Seng, A Liong serta lain-lain Cina Keparat Oligarki itu. Diawali dengan Akses Keuangan kepada mereka di jaman Mafia Berkeley.

Cina-cina itu memang pandai dan tekun dalam mengelola uang, tapi juga licin dan di dalam hatinya selalu ada penyakit. Yaitu penyakit rakus memperkaya diri, bersama sesama Cina Keparat lainnya, dengan bantuan Cina Singapur, dan cara apa pun, sekalipun haram dan melanggar hukum serta akhlak mulia. Yaitu demi menguasai Pribumi di mana pun berada. Kebetulan saja petinggi-petinggi Bank itu adalah kelompok mereka juga yang tidak setia kepada Republik.

Para Pribumi umumnya tidak bisa begitu. Mereka berpegang teguh pada akhlak mulia, dan tidak terlalu cinta kepada uang dan dunia. Mereka kalah bersaing melawan para Cina itu, terutama juga karena peraturan-peraturan yang diberlakukan Rezim samasekali tidak berpijak pada dasar Pancasila dan UUD 1945.

Di jaman Soeharto saja para Pribumi sudah tertinggal menjadi orang-orang miskin, bahkan tergusur dan tersingkir oleh Pembangunan.. Soeharto menutup mata  atas terjadinya penyelewengan terhadap Cita-cita Proklamasi 1945… Keadaan menjadi semakin rusak dengan dibuatnya Amandemen terhadap UUD 1945…

Indonesia menjadi liberal dan kapitalis… tidak ada lagi akhlak mulia…  Cina-cina keparat menjadi merajalela, dan menginjak kepala! NKRI menjadi terjajah oleh para Cina Keparat yang menguasai Tanah Air Indonesia seperti miliknya sendiri. Agung Podomoro dan Agung Sedayu dan lain-lain yang berkedok Pengembang adalah contohnya…

Kerusakan Indonesia semakin menjadi di bawah Rezim SBY yang menganggap Cina sebagai salahsatu Suku Indonesia Asli. Semakin banyak Cina Keparat dan Asing diberi hati dengan penguasaan lahan selama 99 tahun dan lain-lain sumberdaya alam. SBY yang Boneka Asing sungguh mengabaikan para Pribumi yang hanya mendapat lemparan krèsèk bantuan langsung tunai

Rakyat Indonesia semakin sengsara dan dihancurkan dengan munculnya Rezim Wiwik Drakula Penghisap Darah yang mengerahkan seluruh kekuatan Oligarki Cinanya. Tidak tanggung-tanggung Wiwik mendatangkan jutaan orang RRC untuk merampok, menggusur menyiksa dan menghabisi Pribumi, lalu mengambil alih Tanah Air ini di bawah kekuasaan Cina.

Prabowo Subianto meneruskan menggunakan Rezim Drakula peninggalan Wiwik dan segala Armada Mumi Hidup (the Walking Deads)-nya Kelihatannya benar, Wowok tidak berani melawan Wiwik dengan para Cina Keparat dan pendukungnya, melainkan malahan meminta dukungan mereka… Ada ketidakwarasan dalam jiwanya.

Kalau saja MPR UUD 1945 bisa dibangkitkan kembali, maka Wiwik dan Wowok sudah pasti bisa dijungkalkan. Dan kita pilih Pemimpim Baru. Maka Rakyat, Bangsa dan Negara akan bisa menikmati Masyarakat Adil dan Makmur, Merdeka dan Berdaulat, bebas dari para Cina Keparat, Rezim Drakula dan the Walking Deads. Mari kita berjuang bersama mengusir para Cina Keparat itu! Patung Naga itu pun harus diganti Patung Garuda!

Jakarta, 27 Januari 2025
SBP