Ikrar Nusa Bhakti : “Adili Jokowi” Awalnya Hanya Tulisan, Kini Jadi Gerakan Mahasiswa. What’s Next?

JAKARTASATU.COM Profesor Riset Pusat Penelitian Politik LIPI, yang juga merupakan mantan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Ikrar Nusa Bhakti memaparkan Gerakan Tulisan Adili Jokowi di akun youtubenya Ikrar Nusa Bakti pada Ahad, 9/2/2025.

“Gerakan-gerakan yang menyebut Adili Jokowi semakin hari semakin marak,” kata Ikrar Nusa Bhakti.

Ikrar menilai pada awalnya suatu gerakan yang bersifat vandalisme hanya merupakan tulisan-tulisan di beberapa sudut, baik itu di Kota Solo maupun di kota Jakarta atau di kota-kota lain.

Namun dalam beberapa hari terakhir termasuk hari ini yaitu hari Minggu 9 Februari 2025 direncanakan akan ada gerakan mahasiswa dan masyarakat di kota Solo yang juga topiknya adalah ‘Adili Jolowi” itu masih akan terus terjadi.

“Mengapa gerakan-gerakan ini muncul? Bisa saja ini merupakan awal dari gerakan sebuah Reformasi politik,” tanya Ikrar.

“Jangan lupa, pada awalnya yang namanya Reformasi 1998 itu diawali oleh gerakan-gerakan mahasiswa yang bersifat kecil-kecilan dan pada saat itu saya masih mengajar di Universitas swasta di kawasan Cempaka Putih Jakarta,” sambungnya.

“Dan pada saat itu tidak ada orang atau guru besar yang percaya bahwa gerakan mahasiswa bisa menumbangkan presiden Soeharto,” jelas dia.

Lantas kata ikrar, “Namun saya pada saat itu masih menjadi dosen juga di situ salah satu murid saya adalah Pak Kolonel Syarifuddin TP. Pada saat itu beliau masih kolonel ya. Yang kemudian menjadi komandan pasukan di Aceh. Dan kemudian menjadi komandan teritorial di Aceh. Lalu beliau terakhir menjadi Rektor di Universitas Pertahanan Indonesia. Sebelumnya pernah mejadi komandan Sesko di Bandung,”

“Nah apa yang ingin saya katakan di sini, ya yang namanya gerakan mahasiswa itu bisa saja terjadi kecil-kecilan tapi ketika itu membesar dan rakyat mendukung,  golongan ke atas juga mendukung,” ungkap Ikrar.

Sebagaimana anda ketahui kata Prof Ikrar, saat ini golongan menengah ke atas sedang terjadi pemiskinan , mereka turun menjadi orang – orang miskin. Bukan mustahil gerakan ini akan berkembang menjadi gerakan yang menyatu. Dan biasanya kalau sudah menyatu tidak ada pilihan lain seperti pada waktu itu akhirnya yang namanya ABRI khususnya TNI mendukung gerskan Reformasi.

“Nah coba lihat apa yang menjadi tanda-tanda publik makin murka terhadap Jokowi dan keluarganya ya. Mengapa demikian ? Anda tahu di mata mahasiswa sekarang mulai kemudian Jokowi bukan saja dipandang tokoh paling korup menurut OCRP tetapi juga rakyat Indonesia.

Ikrar menuturkan, selain itu dia juga benar-benar korup bukan saja dalam artian uang tetapi juga dalam artian kebijakan misalnya bagaimana menjadikan Gibran dengan mengobrak-abrik Konstitusi untuk menjadi calon wakil presiden resmi pada pilpres 2024. Hal ini termasuk dalam kategorin KKN yaitu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

“Kolusinya itu adalah kolusi bisa disebut kolusi politik dan ekonomi dan sekarang sudah makin terbuka termasuk dengan kasus Pagar Laut PSN PIK 2. Dan kasus-kasus lainnya,” jelas Ikrar.

Kemudian lanjut dia, nepotisme juga tampak bagaimana Jokowi menjadikan anaknya yaitu Gibran kemudian wakil Presiden Indonesia kemudian Kaesang yang tadinya ingin dijadikan jadi calon Gubernur pada Pilkada 2024. Kemudian menantunya bulan hanya didukung tetapi direkayasa politik untuk menjadi calon Gubernur Sumatra Utara dan terpilih. Selain itu mantunya Bobby masuk dalam kategori melakukan korupsi melalui yang disebut blok Medan. Hingga sekarang hal itu tidak tersentuh oleh KPK.

“Nah tadi saya katakan awalnya tindakan-tindakan vandalisme dengan gunakan cat tulisan Adili Jokowi, tulisan pakai semprotan berupa tulisan mural yang kemudoan dihapus oleh polisi pamong praja dan sebagainya. Tetapi kemudian kita tahu satu persatu gerakan itu misalnya menjadi gerakan mahasiswa misalnya terjadi di Jakarta,” urai Ikrar.

Ikrar menyebutkan gerakan Adili Jokowi di Jakarta , terjadi gerakan mahasiswa lagi-lagi banyak dilakukan di depan Polda. Kenapa terjadi di depan Polda? Karena sebagaimana anda tahu polisi suatu institusi yang seharusnya melakukan penangkapan yang diduga melakulan korupsi atau diduga menjadi tersangka korupsi?.  Sedangkan Polisi digunakan untuk kekuasaan Jokowi sampai detik ini  untuk menangkapi, menakut-nakuti terhadap rektor sebuah universitas di Jakarta terjadi baru-baru ini. Rektor ini ditekan untuk memecat seorang dosen kepala Departemen yang kebetulan melaporkan Jokowi ke KPK dalam kasus-kasus dirinya dan keluarganya.

“Gerakan Adili Jokowi juga terjadi di Bandung, ini buka hanya persoalan Adili Jokowi dalam artian tulisan tetapi gerakan ini masuk ke Jogjakarta di Bunderan yang namanya Bunderan Bulak Sumur di depan UGM,” terang Ikrar.

Menurut Ikrar gerakan tersebut kemudian menjadi gerakan bukan hanya vandalisme tetapi gerakan Mahasiswa yang di Bulak Sumur meneriakkan Adili Jokowi. Juga gerakan yang di Solo.

Ikrar menegaskan gerakan tersebut bukan hanya sekedar coretan Adili Jokowi tetapi gerakan mahasiswa dan rakyat menghendaki Adili Jokowi sebagaimana juga terjadi di Surabaya, Malang dan kota-kota lain.

“Gerakan itu awalnya hanya coretan atau tulisan mural dengan kata Adili Jokowi. Sekarang jumlah mahasiswa yang bergerak masih ratusan orang tapi jangan lupa gerakan tersebut akan membesar,” tandasnya. (Yoss)