Memet Hakim: Prabowo Antara Bicara Dan Tindakan Gak Nyambung
JAKARTASATU.COM– Presiden Prabowo Subianto sampaikan sambutan pada acara Pembukaan Kongres XVII Muslimat NU di Surabaya, pada Senin 10/2/2025. Dalam sambutannya Presiden Prabowo hubungannya dengan mantan Presiden Jokowi baik-baik saja. Presiden Prabowo menyebutkan ada upaya adudomba pihak-pihak tertentu untuk memisahkan dirinya dengan mantan Presiden Jokowi. Lantas ia pun meminta masyarakat untuk tidak terpengaruh.
Terkait pernyataan Presiden Prabowo dalam pidatonya di Pembukaan Kongres XVII Muslimat NU di Surabaya, antara lain merasa lucu karena ada upaya adu domba antara Prabowo dengan Jokowi, tentu saja banyak reaksi negatif atas penyataan ini.
” Pernyataan Prabowo merasa lucu karena ada upaya adu domba antara Prabowo dengan Jokowi, tentu saja banyak reaksi negatif atas penyataan ini,” kata pengamat sosial Memet Hakim kepada wartawan, Selasa 11/2/2025.
“Memang Prabowo bukan Soeharto, bukan pula Anies Baswedan yang tegas dan konsisten di dalam menentukan kebijakan. Prabowo lebih banyak bicara yang baik-baik, tetapi lemah di dalam eksekusinya, terlalu banyak pertimbangan dan perasaan, merasa dibantu jadi presiden oleh Jokowi jadi akhirnya menjadi mengambang,” sambung Dewan Penasihat APIB & APP TNI yang juga Ahli Pertanian ini.
“Jokowi juga pernah mengkhianati Prabowo pada pilpres sebelumnya dan bagaimana Prabowo dikunci supaya kesulitan mendapatkan dana, dan dicurangi terang-terangan di pilpres 2019, tapi Prabowo lupa atau entah strategi apalagi yang sedang dimainkannya,” tambah Memet Hakim.
Memet Hakim mengemukakan Prabowo katanya ingin memberantas korupsi, tapi tetap bersahabat dengan para taipan rakus penghianat Negeri dan ingin tetap bersahabat dengan Jokowi sang koruptor level dunia. Sikap mendua ini merupakan sikap ragu dan tidak konsistennya antara ucapan dan perbuatan. Rakyat ingin agar Jokowi diseret ke Pengadilan bahkan dihukum Mati, tetapi terkesan Prabowo melindunginya, dengan alasan diadu domba.
Memet Hakim menuturkan, katanya ingin membela dan mensejahterakan rakyat, tapi banyak terduga koruptor diangkat menjadi pembantunya di Kabinet. Katanya ingin memberantas korupsi, tapi bersahabat dengan Aguan dan Jokowi, dan tidak berani melakukan pembersihan internal. Katanya kekurangan uang, untuk program Makan Siang Gratis dan bayar utang, tapi tidak berani mencabut Omnibus law, yang merugikan kas negara dan kembali ke UUD 45 yang asli, tidak pula berani memaksa RUU Perampasan asset. Katanya mau swasembada pangan, tapi penghancuran sawah oleh para pengembang dibiarkan, tidak ada pembatalan PIK 2 misalnya, pada hal ribuan ha sawah dirusak dan dikuasai tetapi dibuat tidak produktif.
Memet Hakim menilai Prabowo berhasil untuk urusan Luar Negeri, tetapi belum terlihat terpuruk di Dalam Negeri. Prabowo belum berani menertibkan berbagai hal terkait korupsi yang menyangkut wapres Gibran dan para pembantunya, apalagi menyangkut para taipan rakus dan Jokowi yang sudah diproklamirkan menjadi koruptor terbesar kedua di dunia.
“Prabowo, baru berani melakukan mutasi besar-besaran di TNI, tapi tidak berani melakukan hal yang sama di Kepolisian yang citranya buruk dimata rakyat. Diganjal oleh Menteri KKP dan ESDM saja masih sebatas sindiran, Pelindung judol ada kesan dibiarkan, Kebakaran di ATR masih dianggap biasa, ah Prabowo sayang sifat baiknya tertutup oleh keraguan dan perasaan yang lebih menonjol, sehingga sulit mencapai apa yang pernah disampaikan kepada rakyatnya,” bebernya.
Diketahui, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan hubungannya dengan Mantan Presiden Joko Widodo tetap baik, meski ada pihak yang mencoba berupaya memisahkan keduanya.
Hal ini disampaikannya dalam Pembukaan Kongres XVII Muslimat NU di Surabaya, yang juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Presiden Prabowo mengatakan dirinya tidak dirinya tidak memiliki hubungan dekat sebelumnya dengan Khofifah. Namun, menjelang Pemilu Presiden 2024, ia diminta oleh Presiden Jokowi untuk bertemu dengan Khofifah.
“Saya sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Ibu Khofifah, saya baru bertemu menjelang Pilpres,” kata Prabowo.
“Yang menyuruh saya menghadap Ibu Khofifah itu Pak Jokowi. Bener?” Prabowo menegaskan.
Ia menyebutkan adanya upaya dari pihak tertentu yang ingin merusak hubungannya dengan Jokowi. Namun, ia menanggapinya dengan santai dan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lucu.
“Ada yang ingin memisahkan saya dengan Pak Jokowi, tapi itu lucu. Kalau untuk bahan ketawa, boleh. Jangan sampai kita terpecah belah,” tambahnya
Prabowo menekankan bahwa strategi politik adu domba atau “divide et impera” masih digunakan oleh pihak-pihak yang tidak ingin Indonesia bersatu. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan menghormati semua pihak. Ia minta jangan ikuti politik adudomba.
Lantas Prabowo bercerita bahwa banyak belajar dari Jokowi soal politik. Prabowo menilai pihak yang sudah tak berkuasa tak perlu diolok-olok.
“Jadi memang kalau politik ya saya belajar dari Pak Jokowi. Nggak usah malu-malu lah, kadang orang sudah nggak berkuasa mau dikuyu-kuyu, mau dijelek-jelekin, jangan. Kita hormati semua, hormati semua,” ujar Prabowo. (Yoss)