Menyoal Swasembada Pangan, Eksponen 98 Lutfi Nasution: Restorasi Tanah Bekas Penambangan Menjadi Terobosan Baru

JAKARTASATU.COM Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dalam waktu empat hingga lima tahun ke depan, bahkan Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia di masa mendatang.

Namun, sektor pertanian Indonesia masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan besar yang akan terus berkembang di tahun 2025.

Tentu ini jadi refleksi penting bagi pemerintahan Prabowo yang sedang mengejar program swasembada pangan.

Lutfi Nasution Ketua Umum Indonesia Muda, yang merupakan salah satu Relawan Prabowo di pilpres 2019 ini menyoroti sejumlah faktor eksternal dan internal yang akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

“Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi sektor pertanian faktor eksternal adalah perubahan iklim yang semakin nyata dan geopolitik,” kata Lutfi Nasution, Jakarta, Rabu (12/2/2025).

Menurut mantan aktivis 98 ini, fenomena perubahan iklim ekstrim seperti El Nino dan Elnina. Faktor geopolitik global, ketegangan internasional berimbas pada bahan baku pupuk. Pupuk yang mahal dan distribusi yang terganggu akan jadi beban para petani

“Jadi iklim ekstrem dan geopolitik global akibatkan petani Indonesia mengalami gagal panen dan harga pupuk melambung tinggi,” jelas Lutfi.

Tantangan internal lain yang tak kalah signifikan adalah pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, di dunia maupun di Indonesia. Alih fungsi lahan,.permodalan dan lahan bekas pertambangan menjadi masalah serius.

“Selain masalah eksternal, masalah internal juga menjadi masalah serius, antara lain konsumsi beras meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan, lahan bekas penambangan, pupuk dan pakan, serta permodalan,” tukasnya.

Namun, kata Lutfi, permasalahan tersebut satu persatu telah terurai, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani sudah dikeluarkan, bahkan pemerintah Prabowo mengerahkan seluruh jajarannya untuk berkonsentrasi pada fokus capaian Asa Cita.

“Pemerintah kan sudah mengeluarkan berbagai kebijakan yang untungkan petani, termasuk hasil panen petani akan dibeli oleh pemerintah. Kemudian, alih tekhnologi dari tradisional ke pertanian modern , serta permodalan untuk peta i melalui skema KUR dan Asuransi Usaha Tani,” terang Lurfi.

Lebih lanjut, ia berharap agar pemerintahan Prabowo melakukan Restorasi Tanah, sebagai upaya untuk mengembalikan kondisi lahan yang rusak atau terdegradasi ke kondisi alami atau produktif.

“Saya berharap agar Pak Prabowo beserta jajaran kementerian terkait melakukan terobosan restorasi tanah. Proses ini melibatkan pemulihan tanah, tumbuhan, satwa liar, serta interaksi kompleks di antara mereka,” jelasnya.

Masih Lutfi, Restorasi Tanah ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologis lahan yang terdegradasi, sehingga ekosistemnya menjadi seimbang.

“Restorasi tanah tidak semata meningkatkan hasil pertanian, tapi juga dapat meningkatkan pasokan layanan ekosistem yang bermanfaat bagi masyarakat. Restorasi tanah bekas lahan penambangan terobosan baru sebagai upaya perluasan lahan pertanian yang komprehensif,” tuturnya.

Lutfi meyakini bahwa lahan bekas tambang yang biasanya telah mengalami kerusakan parah karena penggalian sumber daya energi di dalam tanah masih bisa dipulihkan. Restorasi cukup berbeda dengan rehabilitasi lahan tambang.

“Saya meyakini, banyak putra-putri terbaik bangsa yang memiliki formula lakukan restorasi tanah bekas lahan tambang. Bahkan, hasil penemuannya bisa memulihkan struktur, fungsi, dinamika populasi dan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya,” tutupnya. (Yoss)