Seminar PIEC Paramadina: Sektor Privat Menguasai SDA Kita dan Terus Merusak Lingkungan

JAKARTASATU.COM Model Pembangunan dimana aktor-aktor Swasta (privat) mendominasi dalam pengelolaan sumber daya alam- SDA, lebih mengutamakan Keuntungan Financial sektor Privat daripada Keberlanjutan Lingkungan.

Hal itu berjalan dalam Ekosistem Globalisasi dan Privatisasi yang dimulai tahun 1990-an dimana AS menghentikan North-South Dialog dan beralih membentuk World Trade Organization (WTO) serta mendorong korporasi MNC-MNC di negara maju untuk berinvestasi di Negara berkembang, dengan dampak sangat besar berupa  kerusakan ekologi dan kerusakan social yang parah.

Demikian pandangan Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, MS.DEA (Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB/Paramadina) dan Parid Ridwanuddin, MA (Manajer Program Green Faith Indonesia) dengan Moderator  Alfikalia, M.Si., Psikolog (Dosen Psikologi Universitas Paramadina, Peneliti PIEC dan kandidat Doktor Psikologi UI) di Hotel Ambhara Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.

Seminar ini diselenggarakan oleh Paramadina Institute of Ethics and Civilization (PIEC) Universitas bekerjasama dengan Yayasan Persada Hati dan Maha Indonesia  dalam Kajian Etika dan Peradaban (KEP) ke-35 dengan tema ‘’Krisis Lingkungan dalam Perspektif Ekonomi, Sosial, Ekologi dan Budaya’’.

‘’Exploitasi SDA berlebihan yng berdampak deforestasi dan Kerusakan hutan & Lahan sekitar 2 – 2,5 juta/tahun atau totalnya sekitar 60 juta Hektar, akibat industri tambang & sawit). Juga Penipisan SDAir akibat extraksi besar-besaran utk industri. Juga pencemaran Lingkungan (polusi udara, pencemaran air dan tanah,’’ terang Didin yang juga pengajar di Lemhanas.

‘’’’Kerusakan lingkungan makin parah,  Climate change akibat emisi karbon tinggi & efek gas rumah kaca dimana kalangan swasta tanpa control dlm penggunaan bahan bakar fosil dengan skala besar-besran,’’tambahnya.

Parid Ridwanuddin dan Didin melihat, pengabaian terhadap Keanekaragaman Hayati yang berdampak hilangnya flora dan fauna yang memicu kepunahan spesies, kerusakan ekosistem akibat rusaknya rantai makanan alami.

”Itu amat menyedihkan, memprihatinkan,”katanya. (Yoss)