Prabowo Sudah “Diwongke”, Reza Indra Giri : Personifikasi Jokowi Tiga Periode Presiden pada Gibran

JAKARTASATU.COMGerakan ketidakpuasan massa yang terwakili lewat grafiti Adili Jokowi di sejumlah daerah menjadi suatu dinamika publik yang menghendaki pemerintahan Prabowo menyeret mantan Presiden Jokowi ke ranah hukum.

Seperti apa psikologi masyarakat terbangun menggerakkan aksi ini dan seperti apa psikologi penyelenggara negara menyikapinya, Madilog Forum mengundang Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri untuk membedahnya dipandu host Darmawan Sepriyosa. Disampaikan di akun YouTube Forum Keadilan TV (Madilog) pada 12/ 2/2025.

Dalam cuplikan narasumber Reza Indra Giri malah menanyakan kepada host Darmawan Sepriyosa “Yang memberikan jendral pangkat lengkap penuh kepada Prabowo siapa?. Lantas dijawab Darmawan: ” Pak Jokowi “.

Lanjut Indra Giri, setelah Prabowo tahun 1997-1998  berada dalam titik nadir karir politiknya, kemudian dia dimuliakan dikasih bintang lengkap. Segala pihak yang nyinyir terkait dengan HAM dan seterusnya….dan seterusnya. Itu kan berhenti.

“Nah bagi seorang prajurit, bintang itu kan segalanya. Simbol kemuliaan kan?,” kata Reza Indra Giri.

“Ok, jadi bagaimana mungkin orang yang sudah mengangkat ke kemuliaan itu nantinya akan diperlakukan, dibiarkan bahkan dimobilisasi otoritas penegakan hukum untuk membawa orang ini ke proses persidangan ?,” sambungnya.

“Kayaknya tidak mungkin. Karena tadi saya katakan secara personal sebagai insan, Prabowo ini merasa saya diwongke gitu. Dimuliakan,” tukas Reza Indra Giri.

Kemudian Darmawan Apakah dengan melakukan hal seperti itu tidak kemudian akan memunculkan semacam pendapat di publik bahwa Prabowo lebih mengutamakan persoalan pribadinya.

“Makanya saya katakan, Prabowo sebagai presiden akan melakukan sekian banyak pembenahan, tetapi jangan sekali-kali kita menaruh harapan. Jangan sekali-kali membayangkan Prabowo akan kalah oleh desakan publik untuk membawa Jokowi ke proses hukum,” jelas Reza Indra Giri.

“Untuk aspek yang satu itu, tampaknya Jokowi akan tetap dalam posisi “terlindungi”,” Reza menegaskan.

Lanjut Darmawan dengan cara apa itu (proses hukum) bisa dilakukan , sementara publik harapannya  tidak muluk-muluk, hanya mengadili dan hal itu pernah dilakukan pada mantan Presiden Soeharto.

“Ngga tahu saya,” Reza jawab singkat namun ia balik bertanya.

“Menurut Darmawan apakah merasa ada peluang untuk membasuh hati Pak Prabowo agar kemudian terbuka pikirannya membawa Jokowi ke proses hukum,” kilas tanya Reza.

“Iya Itu kan agak susah,” jawab Darmawan.

Lantas Darmawan melontarkan pengandaian kemungkinan.

“Jadi kita berandai-andai. Berandai-andai dalam arti bukan membayang-bayang tetapi dalam arti mencari peluang kemungkinan. Di satu sisi Pak Prabowo bisa menjaga marwah Pak Jokowi yang sudah diwongke , di sisi lain dia juga harus menjaga keinginan publik yang genuin terkait urusan 18 dosa yang dikatakan Tempo itu misalnya,” kata Darmawan.

“Yang realistis mungkin begini ya, mungkin begini, sekali lagi Pak Prabowo akan membangun,  negara ini akan dibangun. Jokowi akan dalam posisi terlindungi. Yang realistis harapan kita, kita jangan geser yaitu jangan sampai Gibran jadi Presiden. Mungkin itu ekspektasi anda,” ungkap Reza.

Lantas Darmawan menegaskan dengan mengeluarkan pertanyaan:  ” Kan ada urusan dengan Pak Jokowi”

“Itu kan urusan lain-lain, ini kan urusan personifikasi tiga periode Presiden  Jokowi. Saya bayangkannya begitu, Kang” Reza Indra Giri menegaskan.

“Ok Jokowi tidak jadi Presiden 3 periode tapi peesonifikasinya ada pada sosok Gibran itu, Kang,” Reza Indra Giri menandaskan.

Reza Indra Giri mengingatkan dialog sebelumnya terkait kedahsyatan peran pemuda.

“Jangan salah ya, mudah-nudahan kita masih ingat obrolan kita yaitu kita yakin kan kedahsyatan penuda. Itu kita yakin. Ini kan merupakan anomali terhadap kepemudaan itu,” kata Reza.

“Nah saya pada aspek itu tidak relanya. Jangan sampai produk anomali itu kemudian nantinya justru menjadi RI-1. Barangkali ekspetasi saya realistis,” lanjut dia.

Kemudian Reza mengatakan bagaimana membuat negara kita imun , tidak akan termakan bansos, tidak akan lagi untuk gentar berhadapan dengan intimidasi, tidak akan mudah takut diserbu oleh buzzer. Tapi demi kebaikan negara kita jangan biarkan personifikasi atau simbol nepotisme kata Syaifullah Fattah. Jangan sampai simbol nepotisme itu berlanjut.

“Apakah tidak akan jadi back fire bagi Prabowo,” Darmawan menyelam pertanyaan.

“Backfire atau tidak, tadinya ke Pak Jokowi sekarang ya jadi ke Pak Prabowo. Ya normatif nanti akan kita lihat pada tahun 2029. Seandainya Pak Prabowo maju tetap, maju lagi jadi calon presiden. Kita lihat apakah beliau direstui atau tidak. Tapi perkiraan saya,  bagi saya pribadi sepertinya saya sudah harus reakistis melihat situasi. Tidak mungkin bagi saya terus menerus menaruh harapan bahwa akan ada sebuah mekanisme sebuah pertanggungjawaban hukum terhadap mantan presiden Jokowi,” tutur Reza. (Yoss)