Hizbullah Indonesia:

SAATNYA MELAWAN PRABOWO (1): Siapa Sesungguhnya Drakula Wowok dengan Armada Mumi Hidupnya…?! (3)

Sri-Bintang Pamungkas

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) didirikan Wowok bersama Hashim pada 2008. Wowok menyiapkan diri dalam Pemilihan Umum  dan Pemilihan Presiden 2009. Hashim membentuk Sayap Cina dengan harapan mendapatkan dukungan keuangan dari para Cina Perantauan yang kaya-raya. Juga ada Sayap Nasrani mengingat semua keluarga Wowok adalah Nasrani, selain Wowok.

Tahun 2014 Wowok bersama Hatta Rajasa mencalonkan diri sebagai pasangan dalam Pilpres, tapi gagal; dikalahkan pasangan Wiwik-Jusuf Kalla. Dengan mengikuti Pilpres yang berdasarkan UUD hasil Amandemen itu, Wowok pastilah dengan kesadarannya yang terganggu, telah mengkhianati Pancasila dan UUD 1945, serta AD-ART Gerindra sendiri.

Mencoba lagi pada 2019 bersama Sandiaga Uno tapi dikalahkan lagi oleh pasangan Wiwik-Ma’roef Amin, sekali lagi lewat segala kecurangan. Dalam situasi frustasi dan putus asa itu, serta ketidakwarasan jiwanya kambuh, Wowok menerima tawaran Wiwik sebagai Menteri Pertahanan. Tentu dengan segala macam janji dari Wiwik…. dan untuk menggantikannya  sebagai RI-1. Sebab, Wiwik pun membutuhkan bantuan Wowok sesudah periode ke duanya usai…

Sebagai Menhan, Wowok mau-tidak-mau menjalin hubungan mesra dengan Wiwik. Wiwik pun dengan pandainya membiarkan Wowok bebas menggunakan Keuangan Negara. Pembiaran oleh Wiwik sengaja dilakukan, karena dia sadar tidak mungkin melanjutkan kekuasaannya untuk tiga periode.

Wiwik khawatir janjinya kepada Xi Jinping untuk memindahkan ratusan juta Orang Cina ke Indonesia tidak selesai dalam dua periode. Sekalipun begitu, diupayakannya dengan berbagai cara agar bisa memperpanjang masa jabatannya pula, antara lain, dengan membuat Dekrit Presiden, tapi itu pun gagal.

Selain dengan harapan segala misinya bisa selesai (accomplished) di tangan Wowok, Wiwik pun berpikir hanya Wowok yang bisa melindungi Keluarga dan Dirinya seusai menjadi presiden. Karena itu dipaksakannya pula untuk menempatkan Gibran, anaknya, untuk menjadi Wapres pada Pilpres 2024. Dengan dukungan keuangannya dari para Oligarki Cina, dan tipu-muslihatnya, usaha menempatkan Gibran sebagai Cawapres berhasil…

Sementara itu banjir uang terus digelontorkan untuk membenamkan Wowok lebih dalam. Wowok sebenarnya sudah kaya raya dengan aset berupa tanah dan lain sebagainya sejak menjadi menantu Soeharto. Tetapi Wiwik masih memberinya 500 ribu hektar tanah untuk Proyek-proyek Wowok. Wowok pun dibiarkan dengan mimpi-mimpi megalomaniaknya mengelola Proyek Food Estate. Memang dia bukan ahlinya dalam pertanian, karenanya proyek puluhan trilyun Food Estate itu pun gagal.

Rupanya Wowok ingin menjadi seperti Soeharto bisa mencapai Swasembada Pangan. Tentulah dengan Singkong di Kalimantan Tengah itu tidak mungkin bisa tercapai kebutuhan pangan Rakyat… Proyek itu pun mangkrak, di samping 30 ribu hektar hutan tropis hilang begitu saja. Proyek Jagung di Sumatra dan Padi Papua, juga masih tidak jelas hasilnya. Maka dengan matagelap, di depan para Menteri, dicekiknya Wamen Pertanian karena dianggap tidak mau membantunya.

Korupsi juga terjadi dalam pengadaan Alutsista senilai 500 trilyun Rupiah. Antara lain, dalam pembelian 110 pesawat Mirage Perancis bekas dari Qatar senilai 125 trilyun, dan 6 pesawat Rafale senilai 12 trilyun.
Sampai sekarang tak satu pun pesawat datang, bahkan katanya Mirage batal dibeli. Padahal, uang bonus sudah dikirim langsung ke kantong Wowok; lalu itu menjadi urusan KPK. Belum lagi batalnya kerjasama dengan Korea Selatan dalam pembuatan pesawat tempur jet Boramae Kf-21. Juga pembelian kapal-kapal laut tidak ada laporan pertanggungjawabannya.

Padahal Wiwik dalam periode ke duanya itu sudah dianggap sebagai Musuh Negara Nomor Satu, akibat dari segala kebijakannya yang merusak Rakyat Bangsa dan Negara. Terutama, karena misi Wiwik mendatangkan jutaan orang-orang Cina dari RRC. Wowok seakan-akan tunduk dan bertekuk lutut dalam segala hal kepada Wiwik dan mengabaikan keselamatan Rakyat, Bangsa dan Negara

Berbagai kecurangan Pemilu dan Pilpres yang didasarkan pada UUD 2002 yang dimulai sejak 2004 seakan-akan tidak menjadi perhatian Wowok dan sebagian besar Rakyat yang memilihnya. Demikianlah, akhirnya kecurangan-kecurangan itu berhasil dilaksanakan dengan licin dan cerdiknya oleh Rezim Wiwik untuk memenangkan Wowok sebagai Orang Nomor Satu RI.

Begitu besar penghargaan Wowok kepada Wiwik bisa mendudukkannya sebagai Presiden, sampai-sampai memuji Wiwik setinggi langit, sebagai Guru Politiknya, mencemooh mereka yang mau memisahkannya dari Wiwik, mengakui Gibran sebagai pilihannya sendiri, dan mengakui Wiwik sebagai Pemegang Kedaulatan di Republik ini.

Wowok menjadi tergantung pada Wiwik dan setia kepada Musuh Negara Nomor Satu itu; dan Wowok menjadi Pendukung dan Pengikut setianya. Tentu segala pernyataan Wowok itu tidak terlepas dari ketidakwarasan jiwanya: suatu putusan psikhis yang tidak pada tempatnya, yang dikenal dengan Sindroma Stockholm (1972), atau saya sebut dengan Sindroma California (1974). Dari Sindroma California itu, hanya ada satu cara untuk memisahkan Wiwik dan Wowok: membunuh Pelaku Kejahatan dan menghukum berat Pengikut atau Pendukungnya yang sekaligus adalah korban Kejahatannya.

Ada tiga hal yang sangat membahayakan Rakyat, Bangsa dan Negara ini, dan bisa menjadikan NKRI sebagai Negara Jajahan Cina. Tiga hal ini menjadi perjajian Wiwik dengan Wowok, yang akan dilaksanakan oleh Wowok sepenuh hati: (1) Menyelesaikan migrasi duaratusan juta Cina RRC ke Indonesia secepatnya; (2) Tidak mengganggu Oligarki Cina dengan Proyek-proyek Reklamasinya; dan (3) Melindungi Keluarga Wiwik hingga selamat dan sejahtera.

Atas ijin dan perintah Wiwik, seluruh Pantai Indonesia dari Sabang sampai Merauke telah direncanakan pembuatan ribuan Pulo-Pulo Reklamasi sebagai terminal pendaratan Cina-cina RRC, untuk pada saatnya serentak menginvasi Indonesia, dimulai dari menguasai Jakarta dan Pulau Jawa. Karena itu pula Ibukota Jakarta perlu dipindahkan dulu ke IKN di Kalimantan.

Karena itu, Wowok harus menerima semua orang yang disodorkan Wiwik untuk duduk dalam 100an anggota Kabinetnya. Bisa dihitung dengan jari tangan mereka yang bisa dianggap the Good. Sedang selebihnya adalah the Bad dan the Ugly, yaitu para pencuri, perampok, pencoleng, pembunuh, koruptor, penipu, penyuap, pemalsu, pembohong, dan lain sebagainya.

Mereka adalah Para Penjahat Sampah Masyarakat yang berdasi. Saya menyebutnya the Walking Dead atau Mumi Hidup; Wowok menyebut mereka kelompok Merah-Putih. Wiwik dan Wowok adalah Drakula-Drakula Penghisap Darah Rakyat yang memimpin mereka…. para Mumi Hidup. (Habis)

Jakarta, 17 Februari 2025
@SBP