Wamen “Asbun”, Menikam Diri

PERNYATAAN sangat jahat! Sependek itu komentar mantan Menko Polhukalah , Mahfud MD atas respons Immanuel Ebenezer terkait tagar #kaburAjaDulu, yang marak heboh.

Seolah lupa, dirinya kini sudah jadi pejabat negara. Atau masih peran ganda sebagai buzzer semasa rezim Jokowi?! Boleh-boleh saja, hingga menguatkan penilaian publik tentang Immanuel (Noel) yang sebenarnya.

Ia kadung menikam diri sendiri. Rasanya (sudah) tak pantas menyandang jabatan Wamen Ketenagakerjaan RI. Alih-alih posisi prestisius, malah cenderung misterius di Kabinet Merah Putih.

“Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik lagi, hi-hi-hi,” kata Noel. Gile tenan! Sebegitu rupa melecehkan suara mahasiswa.
“Jawaban yang sangat jahat!” kata Mahfud MD. Pernyataan yang tak cuma tidak santun dan patut. Tak cuma terkesan asbun, asal bunyi.

Sebaliknya, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli yang notabene “boss”nya merespons tagar itu secara beradab. “Tagar itu sebuah bentuk aspirasi masyarakat. Hal itu, menjadi tantangan bagi pemerintah,” katanya. Sangat kontradiksi. Praktis zero koordinasi, padahal satu atap.  Atau sudah “bawaan dari sono” serasa (masih) buzzer.  Pokoke barikade pertahanan. Cari sensasi hingga pujian. Padahal Presiden Prabowo tak menampik aspirasi mahasiswa.  Sangat mungkin, tidak butuh cara “pembelaan” murahan.

Gugur sudah hasil retret di kampus Akmil Magelang, tempo hari. Bahkan Noel melebar. “Jadi emang ini ada sinisme politik,” katanya. Makin tampak aslinya sebagai “menghamba” pada kekuasaan semata. Tak peduli, bahwa mahasiswa itu hakikatnya sebagai adik — bahkan anaknya. Menafikkan keberadaan mahasiswa sebagai pilar peradaban dan agen perubahan (agent of changes).

Mestinya dimaknai serupa peringatan dini menuju evaluasi. Bukan sinisme sebagai kegaduhan. Gerakan mahasiswa, hendaknya dimaknai sebagai agen perubahan. Kekuatan kritis kampus, tak seharusnya dalam pretensi “anak kemarin sore”. Gelombang mahasiswa sebagai generasi penerus kepemimpinan negara dan bangsa.

Ketika memasung kebebasan berkumpul, berserikat dan berpendapat di muka umum — berpotensi melahirkan generasi _mager_ bin loyo. Tak seindah harapan masa depan. Bahkan, ketika sudah diperjuangkan dengan dahaga panjang, cucuran keringat dan airmata.

Sebaik-baiknya klaim dan atau penjelasan pemerintah, tidak menyimpang jauh dari kondisi faktual yang tengah terjadi di masyarakat. Tagar #kaburAjaDulu yang seiring #IndonesiaGelap merupakan kelanjutan dari #DaruratIndonesia dengan puncaknya 22 Agustus 2024.

Tagar yang tengah bergulir adalah manifestasi rasa frustrasi atas berbagai permasalahan yang dihadapi. Parlemen sebagai representasi rakyat, seharus sigap bicara untuk dan atasnama rakyat.***

– imam wahyudi (iW)
– jurnalis senior di bandung