Mencermati Maraknya Aksi Demonstrasi

Oleh: Febby Lintang
(Eks Aktivis 98, Aktivis Pijar Indonesia, Aktivis Perempuan dan Perlindungan Anak, Pendidik)

Di Bulan Februari ini tepatnya di Minggu ke 3 marak terjadi aksi demonstrasi besar-besaran yang menuntut lebih dari 10 point tuntutan aksi.

Sebagai mantan aktivis tentu aksi massa yang dilakukan, saya apresiasi karena bagaimanapun kebebasan menyatakan pendapat saat ini sudah sangat lebar terbuka dan mengkritisi kebijakan juga sudah sangat tentu harus dilakukan sebagai penyeimbang kekuasaan.

Namun demikian ada beberapa point penting yang saya garis bawahi dari maraknya aksi yang terjadi.

Pertama terlalu banyak point yang ingin disampaikan sehingga menjadi tidak fokus pada siapakah aksi ini ditujukan. Semakin banyak tuntutan yang sebetulnya tidak pada intinya.

Kedua mari kita bahas beberapa issue yang saya garis bawahi,
1. Effisiensi Anggaran Pendidikan yang dikhawatirkan akan menjadikan naiknya biaya UKT, issue ini sudah dibantah oleh Kemendikti Ristek bahwa tidak ada Kenaikan UKT.
2. Mengenai Effisiensi Anggaran yang bisa mengancam ekonomi, pemutusan hubungan kerja, berkurangnya subsidi untuk rakyat dan lainnya. Harusnya kita pelajari dulu poin apa yang dieffisiensi penghematannya jika yang dihemat adalah biaya ATK dan Perjalanan dinas yang tidak diperlukan harusnya kita dukung karena akan banyak lagi biaya yang tidak penting dan bisa dialihkan untuk Kebutuhan Rakyat.
3. Menghentikan MBG. Mari kita sadari juga bersama-sama tidak semua rakyat Indonesia mampu untuk memberikan makan bergizi bagi tumbuh kembang anaknya. Jika dengan dalih lebih baik Pendidikan Gratis harus diingat bahwa Program Wajib Belajar 12 tahun, amanat UU juga Sekolah Sekolah Negeri dari SMP hingga SMA itu tidak ada pungutan Iuran. Namun lain dengan Makanan Bergizi banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk yang mengakibatkan stunting, juga kualitas SDM yang rendah. Memang program ini perlu dikaji ulang dan diawasi dengan tepat agar tidak menjadi bancakan dan salah sasaran.
4. Amburadulnya Demokrasi saat ini adalah akibat dari kesalahan rezim terdahulu namun sayang tidak ada tuntutan bagi penguasa lalu dan bahkan terkesan menyalahkan penguasa saat ini yang notabene baru bekerja kurang lebih 4 bulan. Sementara yang sudah 10 tahun berkuasa malah tidak tersentuh kalaupun ada terlihat hanya di Aksi Demonstrasi awal itupun di poin terakhir, aksi selanjutnya malah sasaran lebih diarahkan pada Penguasa saat ini. Yang menjadi pertanyaan Kenapa dan apa maksud dibalik ini semua?

Dari beberapa poin yang saya cermati rasanya pertanyaan terakhir menjadi tanda Tanya Besar, ada situasi yang diciptakankah untuk mempercepat turunnya Presiden saat ini? Jika itu terjadi apakah Wapres yang akan menggantikannya? Jika Jawabannya adalah Pemilu Ulang apakah bisa secepat itu dan tidak mungkin ada Kekosongan Kekuasaan, bagaimana akan mengatur pelaksanaan Pemilu?

Mengapa Arah sasaran Aksi Demonstrasi tidak langsung diarahkan pada perusak tatanan bernegara dan kepada mereka perusak Demokrasi?

Banyak pertanyaan yang sedikit mengusik hati akan aksi Demonstrasi saat ini dengan issue yang cukup banyak.

Apakah Aksi ini disokong oleh mereka yang takut gak dapat proyek karena anggaran APBN banyak dipotong?

Apakah aksi ini menyasar Presiden saat ini untuk mempercepat Wapres Berkuasa?

Mengapa Aksi saat ini sama sekali tidak menyentuh Presiden terdahulu, dimana kebijakan dan UU yg berlaku itu adalah hasil dari Penguasa sebelumnya?

Entahlah hanya Tuhan dan mereka yang tahu maksud dibalik semua ini. Sebagai mantan aktivis mengapresiasi Aksi Demonstras ini agar Rakyat terbiasa untuk berpikir kritis, namun jika kemurnian berpikir kritis ini diolah dan dimanfaatkan oleh kepentingan lain tentu sangat disayangkan.

Semoga Kita Semua bisa menjaga kewarasan dan menjaga pikiran kritis kita di setiap kesempatan.