PRABOWO MENYERANG DAN MENGHINA RAKYATNYA

Sutoyo Abadi

Sabtu, 15 Februari 2025, di Sentul Convention Center, Prabowo dengan garang “jelas terdengar” mengucapkan kata “ndasmu” hingga tiga kali dalam orasinya. Terkesan sedang menyerang dan menghinakan rakyatnya.

Cermin ekspresi kemarahan, ketidaksabaran, karena mendapat kritik karena kebijakan yang tidak pro rakyat. Ini bukan pertama kalinya. Dalam berbagai kesempatan Prabowo telah beberapa kali menggunakan kosakata  “ndasmu”. Nada penuh penghinaan nyasar pada rakyat yang telah mengkritiknya.

Ironisnya, ia sendiri pernah berjanji bahwa di bawah kepemimpinannya, kritik akan dihormati. Tetapi jika kritik dibalas dengan kata kasar,  melabeli lawan politik sebagai musuh.

Kata “ndasmu” bagi orang Jawa merupakan ungkapan yang kasar, sangat tidak layak di ucapkan seorang presiden.

Kata “ndasmu” masuk dalam kategori bahasa Jawa ngoko,  tingkatan paling rendah dalam unggah – ungguh   berkomunikasi. Biasanya digunakan untuk hewan dan serumpun dengan kalimat “matamu”. Lazimnya gunakan anak  liar yang tidak mengenal tata krama, adab dan sopan santun.

Kata-kata dari cara orang berkomunikasi mencerminkan kepribadian karakternya. Dalam politik, kata-kata bisa menenangkan, menjernihkan, membangun harapan, dan merangkul perbedaan. Sebaliknya di tangan pemimpin yang emosional, kata-kata bisa menjadi pisau tajam yang melukai rakyat.

Soekarno berpidato dengan gaya membakar semangat, Habibie berbicara dengan ketajaman intelektual, Gus Dur merangkul lawan politik dengan humor yang menggugah tawa, bukan umpatan.

Prabowo terbiasa dengan dunia militer yang hierarkis, di mana perintah adalah hukum dan kepatuhan adalah keharusan. Sebagai pemimpin sipil, ia seharusnya beradaptasi dengan sistem demokrasi yang menjunjung tinggi, etika, adab dan perbedaan pendapat.

Mahasiswa yang melakukan demo sangat paham, kalau di awal masa pemerintahannya  sudah ada indikasi intoleransi terhadap kritik, maka ini bisa menjadi alarm bahaya bagi kebebasan berekspresi di masa depan.

Mahasiswa sudah mengeluarkan tekadnya Lawan Prabowo karena berbekal arogansi kekuasaan, kalau dibiarkan, bisa berlanjut ke aksi pembungkaman, kriminalisasi, bahkan pembunuhan.

Bercak kalimat ndasmu berdekatan dengan kalimat yang di ulang – ulang “hidup Jokowi” menjadi penanda dan pembenaran bahwa Prabowo sama dengan Jokowi ada karakter menghina rakyat sekaligus akan menjadi musuh rakyat.

“Apakah pantas seorang presiden berkata kasar “ndasmu”. Jawabannya jelas dan pasti : tidak, sangat tidak layak, tidak patut, tidak punya adab dan tidak pantas. (*)

21/2/2025