Tagar Bertagar Oh!

Oleh Taufan S Chandranegara, praktisi seni, penulis.

Tagar sebagai penanda pada topik atau urutan judul artikel di menu folder penyimpanan data personal ataupun formal lembaga, telah berlaku umum. Tentu memudahkan pencarian sejumlah akses informasi formal, kelompok usaha atau organisasi, sebagaimana di kehendaki modern teknologi terkini tercanggih. Semoga tak ada lagi data acuan laiknya talang bocor. Gong!

Tagar cenderung menarik minat untuk diperhatikan dari sejumlah deret informasi di menu data pemiliknya. Lantas apa kan terjadi kalau tagar bertagar ini tak pernah ada. Tak pernah diciptakan untuk dihadirkan. Apakah daftar sebuah menu artikel tidak akan pernah ada di folder, tempat secara umum deret artikel bermukim sebagaimana komposisi sistem menu program komputernya.

Di kelompok menu sebuah folder beragam topik berderet masif menggoda untuk dibaca. Sebagaimana kebutuhan sang pemilik perangkat komputer tersebut. Tekno material masif wadah kebutuhan menyimpan sejumlah data sekaligus terintegerasi apik  sebagaimana kecanggihan tekno komputer bersangkutan.

Seringkali pula tagar diperlukan sebagai penanda keberadaan pentingnya data, tersimpan apik runtut memudahkan pencarian apabila diperlukan pemiliknya. Maka sampailah pada pola komunikasi antar data kepada publik pemirsa, sebagaimana artikel atau data telah tertulis dari pemiliknya, diperlukan oleh sistem teknologi adaptif di ranah komunikasi modern kini, digital sistem.

Itu sebabnya pula negara berkewajiban lebih lebar-lebih luas lagi, membuka akses sumber data pelaku korupsi seluasnya selengkapnya pula; secara umum dapat di akses publik NKRI dengan mudah, konsekuen; sebagai sarana interaksi edukasi informasi bermanfaat anti korupsi. Semoga pula akan lebih terjalin komunikasi publik dengan negeri tercintanya. Kan katanya negara demokrasi loh hai, berkewajiban mengedepankan keterbukaan di ranah disiplin informasi untuk warganya. Gong!

Kalaupun ada demo kaum muda pelajar mahasiswa mewakili “Yang Muda Yang Bersuara Demi Keadilan Sosial dan Kemanusiaan.” Sungguh toleransi berkebangsaan  amat menkjubkan. Gerakan muda menunjukan tinjauan nilai-nilai luhur Pancasila, sebagaimana seharusnya saling berbagi info di ranah cinta tanah air.; Di sini letak perbedaan manusia asli NKRI, dengan manusia bangsat koruptor pengkhianat negara.

Mungkin saja loh hai. Pengkhianat negara beranak-pinak lantas diam-diam merayap. Eng! Ing! Eng! Barangkali tetap bakal nakal, dikhawatirkan melahirkan demokrasi autokrasi-plutokrasi. Bisa gawat loh.

Justru pada kaum muda kreatif cerdas berbudi letak tata krama kebersamaan menjaga NKRI. Demi menutup kemungkinan munculnya versi demokrasi autokrasi-plutokrasi, berwajah adaptif. Ups! Serem lah hai.

Itu sebabnya pula, kalaupun kaum muda mencoba menyampaikan pendapat tentu dengan dasar hukum komunikasi jujur berbudi seutuhnya.; Cinta Tanah Air NKRI Pancasila.; Tak sekadar asal demo loh ya.

Itu sebabnya pula menghadapi demo kaum pelajar mahasiswa tak perlu-lah menggunakan perangkat keamananan negara; mahal kan biayanya. Lebih baik ongkosnya di sumbangkan kepada Panti Asuhan Yatim Piatu di NKRI Pancasila ini. Di sana ada generasi muda penerus bangsa memerlukan biaya pendidikan.

Kaum muda pelajar mahasiswa.; Hanya perlu bertanya. Sila menjawab. Mari Bung! Bersama menjaga Indonesia Unit. Merdeka!

***

Jakartasatu Indonesia, Februari 26, 2025.