Dua sahabat, Lilie Wijayati alias Mamak Pendaki dan Elsa Laksono alias Mamak Gigi membuktikan persahabatan abadi hingga akhir hayat di Gunung Cartensz | IG@joshua_banjarnahor_
Dua sahabat, Lilie Wijayati alias Mamak Pendaki dan Elsa Laksono alias Mamak Gigi membuktikan persahabatan abadi hingga akhir hayat di Gunung Cartensz | IG@joshua_banjarnahor_

JAKARTASATU.COM – Mimika (1/3), Dalam sebuah insiden yang menyayat hati, dua pendaki WNI, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia akibat kondisi cuaca yang sangat buruk di Puncak Carstensz Pyramid. Sementara itu, tiga pendaki lainnya – Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni – berhasil bertahan meskipun mengalami gejala hipotermia dan harus bermalam di daerah dekat puncak menanti bantuan tim penyelamat. JAKARTASATU.COM mencoba menuliskan kronologi tragedi tersebut berdasarkan informasi yang beredar di Grup WA APGI.

Rangkaian Peristiwa yang Mematikan
Kisah ini bermula pada Rabu, 26 Februari 2025, ketika rombongan pendaki berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Base Camp Yellow Valley dengan menggunakan helikopter. Para pendaki yang terdiri dari WNI dan WNA, termasuk nama-nama seperti Lilie, Elsa, Saroni, Lody Hidayanto, Fiersa Besari, Furki Rahmi Syahroni, dan Indira, menjalani kegiatan aklimatisasi selama dua hari. Latihan teknis dan persiapan mendaki ke puncak pun berlangsung hingga Jumat, 28 Februari 2025, di mana 20 pendaki – dibantu oleh tim guide lokal dan internasional – memulai pendakian menuju puncak Carstensz.

Setelah melakukan penyeberangan di jembatan Tyrollean pada pukul 10.51 WIT dan mencapai Puncak Cartenz sekitar pukul 14.00 WIT, langit mulai memperlihatkan sisi gelap alam. Kondisi HT (High Tension) yang rendah mengakibatkan komunikasi terputus dan badai semakin mengamuk. Pada pukul 19.30 WIT, dilaporkan bahwa seluruh pendaki telah mencapai puncak, namun gejala hipotermia mulai menyerang salah satu anggota rombongan di area dekat puncak.

Upaya Penyelamatan di Tengah Badai
Situasi kian genting ketika pukul 20.29 WIT, Tim Base Camp (BC) segera mengadakan briefing untuk mengkoordinasikan pertolongan. Upaya penyelamatan pun digalakkan oleh guide lokal, Yustinus Sondegau, yang membawa peralatan emergency—sleeping bag, fly sheet, dan air panas—untuk menjangkau titik survivor di summit ridge. Namun, badai yang semakin memburuk menghentikan upaya tersebut di Teras Besar. Tak lama kemudian, guide Nepal Dawa Gyalje Sherpa mencoba naik untuk memberikan pertolongan di Teras 2, tempat kedua korban berada.

Pada Sabtu dini hari, tepatnya pukul 00.07 WIT, guide Poxy dan Damar kembali mendaki ke Teras 2. Namun, dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, mereka melaporkan bahwa Lilie dan Elsa telah dinyatakan meninggal dunia. Konfirmasi datang pada pukul 02.07 WIT melalui komunikasi guide Octries di Basecamp.

Sementara itu, upaya penyeberangan untuk menyelamatkan tiga pendaki yang selamat—Indira, Alvin, dan Saroni—berlangsung dengan penuh perjuangan. Tim guide dan medis, yang dipimpin oleh Huda, Tashi, Garret Madison, dan Ben Jones, melakukan perjalanan berbahaya di tengah cuaca ekstrem. Pukul 10.24 WIT, mereka akhirnya berhasil bertemu dengan ketiga pendaki tersebut, memberikan pertolongan pertama berupa penggantian pakaian, pemberian cairan isotonik, makanan, dan obat-obatan. Evakuasi pun dilanjutkan hingga mereka tiba kembali di Base Camp Yellow Valley pada pukul 11.20 WIT.

Evakuasi jenazah juga segera dilaksanakan; salah satu jenazah telah berhasil diangkut hingga Base Camp pada pukul 16.41 WIT, sedangkan jenazah kedua dijadwalkan akan dievakuasi pada dini hari tanggal 2 Maret 2025.

Kenangan dan Peringatan
Insiden tragis ini menggoreskan luka mendalam, tidak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi komunitas pendaki dan pecinta alam. Lilie Wijayanti Poegiono (lahir Malang, 02 Oktober 1965) dan Elsa Laksono (lahir Malang, 24 Juli 1965) dikenang sebagai sosok pemberani yang mengemban mimpi untuk menaklukkan puncak tertinggi di wilayah ini. Sementara tiga pendaki yang selamat harus berjuang melawan dingin yang mematikan, mengingatkan kita akan kekuatan alam yang tak terduga dan betapa berharganya keselamatan dalam setiap langkah menaklukkan gunung.

Turut berdukacita atas kehilangan ini, semoga peristiwa pahit tersebut menjadi pengingat bagi seluruh pendaki untuk selalu mengedepankan keselamatan dan persiapan matang sebelum menghadapi alam yang liar dan penuh tantangan. |WAW-JAKSAT