Negara Omon – Omon, Tipuan Dan Kebohongan
Sutoyo Abadi
Ketiga kata omon – omon, tipuan dan kebohongan memiliki makna yang berbeda, bekerja sesuai porsi dan posisi kepentingan masing – masing, bersolek seolah – olah menjadi manusia bijak dan keluar sebagai pahlawan
Semua ingin menjadi pemenang menyihir banyak orang dengan berbagai cara yang mutahir via medsos dan media lainnya, membalikkan fakta, stigma dan persepsi dan menjadikan mereka folower fanatis apapun yang mereka katakan sebagai kebenaran, sekalipun sumbernya hanya omon – omon, tipuan dan kebohongan
Sebuah potret bagaimana bangsa ini penuh sesak dengan makhluk pemimpin penipu sejenis iblis yang sudah terlatih, menyihir rakyatnya yang dianggap bodoh, tolol dan dungu.
Negeri sedang dibuat porak poranda dalam banyak sisi dengan berbagai cara. Penguasa negara yang mestinya mengatur kehidupan, sudah fasih omon – omon sebagai penipu dan pembohong.
“Individu folower fanatis yang dipermainkan tidak bisa lagi membedakan antara omon – omon, tipuan dan kebohongan yang sedang dipermainkan. Masing – masing acting dan action seperti jagoan sewaan sesuai remote bandarnya.”
“Ketika seseorang melakukan tipuan dan berbohong untuk memanipulasi orang lain atau secara sengaja untuk menyesatkan orang lain, telah menjadi kebiasaan, hanya untuk memenuhi ambisi kekuasaan dan perutnya untuk kepentingan diri, kelompok dan dinastinya.”
Entah berapa tersisa dari pemimpin penguasa negeri ini yang masih jernih berfikir, jujur dalam ucapan dan tindakan dan punya keberanian melawan segala bentuk tirani walau untuk itu harus menanggung resiko perlawanan penguasa yang menguasai bedil.
“Sampai datangnya kiamat tidak akan ada ketenangan, kedamaian dan ketentraman bersama dalam bernegara selama negara belum kembali pada Pancasila dan UUD 45 ( asli ).”
5/3/2025