Rizal Ramli: Jangan Karena Pertamina Tidak Efisien, Rakyat Yang Harus Menanggung

JAKARTASATU.COM— Tokoh Nasional Almarhum Rizal Ramli yang juga pernah menjabat Menko Maritim mengkritisi kebijakan dan program pertamina diantara terkait proyek storage (tangki penyimpanan) bahan bakar minyak (BBM) dan pipa distribusi BBM,  Jika Pertamina Hemat 20%, BBM Tak Harus Naik.

“Pertamina itu manajemennya sangat tidak efisien. Kalau ditingkatkan  20% aja, itu negara, pertamina bisa menghemat 100 triliun, ga perlu naikkan harga BBM. Dan itu ga susah-susah amat lho ya. Karena apa? BUMN ini kan kalau ga monopoli, oligopoli,” kata Rizal Ramli dalam video yang diunggah akun X  @Yayasan Inisiatif Rizal Ramli pada 5/3/2025.

“Nah biasanya, pejabatnya selalu main pada saat pembelian, cost proyek atau apa di-mark up, terima setoran,” imbuhnya.

“Saya pernah jadi Prescom Semen Gresik Group. Waktu saya masuk, saya turunkan biaya menghasilkan semen 8 dollar per ton x 14 juta ton. Kemudian biasanya pabrik semen di seluruh dunia bekerja 300 hari. Semen Gresik hanya 200an hari,” tutur Rizal Ramli.

“Saya perbaiki spare part, komponen naik kapasitasnya 250 hari kerja sampai 300 hari. Itulah mengapa dalam dua tahun Semen Gresik Group untungnya dari sekitar 800 miliar naik 4 kalinya 3,2 triliun,” dia menambahkan.

Lanjutnya, Jadi jangan karena pertamina tidak efisien. Rakyat yang harus bayar biaya yang tidak efisien itu. Jadi jangan seenaknya maen naekin harga bikin susah rakyat doang.

“Tapi itu ngga dikerjain, apa yang kamu harus kerjain. Tingkatkan efisien, naikkan produksi, tambah kapasitas kilang,” jelasnya.

Diketahui, CNCB Indonesia 5/9/2015, Rizal Ramli: Jika Pertamina Hemat 20%, BBM Tak Harus Naik. Ekonom Senior, Rizal Ramli menyebutkan dampak kenaikan harga BBM subsidi sangat besar karena mengerek inflasi makanan bisa menembus 15% serta efek domino terhadap sektor lainnya.

Rizal Ramli mengatakan ada cara lain untuk menghindari kenaikan harga BBM subsidi yakni mendorong efisiensi 20% Pertamina hingga pengelolaan utang dan cicilan utang.

Sebelumnya, DetikFinance, Kamis, 10 Sep 2015, “Rizal Ramli ke Pertamina: Gue Kepret Lu!”

Menko bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli kembali mengeluarkan celotehannya, kali ini ke PT Pertamina (Persero). Ia akan mengeluarkan jurus ‘Rajawali Ngepret’, kalau BUMN ini masih berani Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di setiap proyek yang digarap.

Salah satu yang disoroti Rizal adalah rencana Pertamina membangun proyek storage (tangki penyimpanan) bahan bakar minyak (BBM) dan pipa distribusi BBM.

“Pertamina mau buang uang bangun storage BBM US$ 2,4 miliar buat apa? Kemudian mereka usul bangun pipa BBM se-Indonesia, buat apa? Sudah bagus kok, mending bangun jaringan pipa gas saja,” ungkap Rizal dalam sambutannya di acara Rapat Koordinasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Sudirman, Jakarta, Kamis (10/9/2015).

Ia dengan tegas menolak kedua rencana tersebut. Apalagi ia menduga ada permainan dalam proyek itu.

“Gue (saya) kepret lu (kamu) yang di dalam masih main KKN. Ini hanya orang mau main proyek-proyekan saja ini,” tegasnya.

Namun, terkait storage BBM ini, Menteri ESDM Sudirman Said kemarin ditemui di Gedung DPR, tetap akan meminta Pertamina membangun. Pasalnya, hal ini menyangkut ketahan energi Indonesia.

“Skemanya diperluas, tidak semata-mata Pertamina. Bukan berarti batal, Pertamina bangun, swastanya juga bangun. Bahkan mungkin di beberapa tempat dimungkinkan kerjasama Pertamina dengan swasta,” kata Sudirman.

Sudirman menambahkan, bila semua storage baru didorong ke pihak swasta semua, maka pemerintah maupun Pertamina tidak punya kendali. Ia ingin Pertamina memiliki paling tidak stok BBM yang cukup selama 30 hari, karena jumlahnya saat ini masih minim bahkan di bawah 20 hari.

“Kita akan dorong juga swasta bangun, tapi tetap harus ada stok BBM yang dikontrol sendiri. Jadi intinya dari sekarang 20-an hari menuju 30 hari itu harus dibangun Pertamina. Ke atasnya nanti apakah swasta, apakah negara, tapi skemanya yang tidak harus Pertamina semua,” tutup Sudirman. (Yoss)