CINTA AIR

Oleh : Girarda
Pemerhati sosial

Banjir melanda membuat sengsara.
Banjir berasal dari air, sebagai juga makluk ciptaan Tuhan.
Banjir adalah air yang merajuk.
Ingin disayang dan diperhatikan.
Bukan kasih yang diberi melainkan sumpah serapah waktu banjir datang.
Bukan dirawat sepenuh hati  seperti bayi, melainkan dilabur sampah menjijikkan.

Air terlahir dari kandungan suci ibu tanah dengan bapak awan.
Dalam pelaminan hujan. Berhiaskan aneka tanaman bak alam surgawi.
Sudahkah kita datang merayakan perkawinan alam ini. Ataukah merusak hiasan tanaman dan mengusik ibu tanah, menggaruknya dengan kasar tanpa adab kesopanan.
Salahkah bapak awan marah mengajak tentara hujan memberi peringatan.

Sisihkan perhatian dan harta kalian untuk merawat air sebagai bagian kehidupan.
Tidak perlu pamerkan kemewahan kalian di hadapan serdadu hujan. Kalau tidak ingin kemewahan lenyap dalam sekejap.

Air seperti kupu-kupu yang punya siklus kehidupan.
Beri kesempatan penuh kasih sayang air untuk menjalankan siklus kehidupannya.
Perkawinan bapak awan dan ibu bumi.
Lahir dari ibu bumi bertempat di pegunungan dalam lindungan lebat tanaman.
Berupa sumber air suci. Meresap dan mengalir sambil memberi manfaat buat kehidupan. Apakah kita tanggap dengan sebaik-baiknya menangkap manfaat. Ataukah kita labur dengan kotoran sampah tanpa rasa salah.
Air bersama-sama bergembira dalam sungai.
Mengalir menjalankan siklus kehidupan menuju samudera kegembiraan.
Pada puncak dewasa air menjelma sebagai bapak awan. Yang akan kawin mawin melalui hujan dengan ibu bumi.

Sudahkah kita ikut berpartisipasi dengan penuh kasih, agar air menjalankan siklus kehidupan dengan nyaman.
Sudahkah kita berdoa memohon agar Tuhan menjaganya.
Sudahkah kita berdoa memohon kepada Tuhan untuk  hidup berdampingan baik dengan makhuk Tuhan yang lain.