Lentera Ibu Pertiwi Akan Padam

Sutoyo Abadi
Indonesia adalah lentera Ibu Pertiwi, dengan pengorbanan jiwa, raga dan nyawa untuk menyalakan lentera kemerdekaan membebaskan diri dari penjajahan.

Di awal kemerdekaan negeri ini dipenuhi cahaya lentera. Setiap lentera melambangkan suara keberanian melawan penjajah ( ketidakadilan ). Membahana suara lantang “Merdeka – Merdeka – Merdeka atau Mati”.

Dalam perjalanan waktu Ibu Pertiwi yang dulu terang benderang akan menjadi gelap gulita, ketika penjajah datang kembali. Ini terjadi karena nakhoda negara, memilih kesenangan, kenyamanan dan kekuasaan duniawi, tidak peduli dengan darah dan nyawa para pendiri pahlawan Ibu Pertiwi.

Penguasa negeri ini benar – benar menjadi mata gelap, tuli dan membabi buta, sama sekali tidak mau mendengar jeritan rakyat yang di usir dari tempat tinggalnya oleh makhluk pendatang baru yang akan menguasai Nusantara, setelah  metamorfosa menjadi pengecut , bandit, boneka, badut, penjilat oligarki.

Aktifis pergerakan untuk keadilan mulai kelelahan, temaram dalam redup dan remang-remang. Tersisa sedikit pejuang tetap berdiri tegak melawan ketidakadilan, dengan keyakinan setiap langkah kecil menuju keadilan membela kedaulatan negara adalah langkah besar mempertahankan  kedaulatan NKRI.

Wajah penjilat  makin membesar menjadi herder Taipan Oligarki,  mengais remah – remah dari majikannya tanpa peduli temannya harus  mati sekarat di tangannya.

Kepala negara sebagai nahkoda kapal Nusantara terombang-ambing di tengah gempuran kekuatan kapitalis yang luar biasa dahsyat akan membawa bencana Indonesia dipaksa harus tenggelam.

Lentera Ibu Pertiwi akan padam, tragis sekali yang memadamkan adalah penguasa yang linglung, terombang – ambing tanpa keberanian melawan kebiadaban oligarki – bahkan dengan bangga mempertontonkan kebiadabannya seolah – olah sebagai pahlawan kompromi dengan penghianat negara untuk memadamkan lentera Indonesia.  (*).

10/3/2025