Pembentukan Danantara Bikin Investor Menjauh dari Indonesia

JAKARTASATU.COM Akumulasi kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lanskap korporasi Indonesia memicu kekhawatiran investor tentang pengaruh politik dan transparansi di pasar ekuitas terbesar di Asia Tenggara. Akibatnya, investor asing terus melepas saham Indonesia.

Danantara sebagai dana kekayaan negara yang baru diluncurkan memiliki jalur pelaporan langsung kepada Presiden RI Prabowo Subianto. Bulan lalu pihaknya mengumumkan rencana mengambil alih pengelolaan tujuh perusahaan milik negara.

Kepemilikannya mencakup tiga bank terbesar di Indonesia dengan total aset lebih dari US$ 340 miliar atau sekitar Rp 5.561 triliun. Kekhawatiran tentang kesepakatan itu membuat saham jatuh paling dalam dalam beberapa minggu terakhir, menekan pasar saham yang sudah menjadi salah satu yang berkinerja terburuk di dunia sejak awal 2025 menurut laporan Bloomberg, Senin (10/3/2025).

Meskipun dana kekayaan negara adalah hal yang biasa di seluruh Asia, konsolidasi aset yang cepat menawarkan investor pandangan awal tentang visi Presiden Prabowo untuk tata kelola ekonomi hanya beberapa bulan setelah ia menjabat.

Dana tersebut akan mengendalikan perusahaan-perusahaan yang menguasai lebih dari seperlima dari Indeks Harga Saham Gabungan Bursa (IHSG) Efek Jakarta. Rencana Danantara untuk akhirnya mengambil alih seluruh perusahaan milik negara berjumlah puluhan berarti kendali langsung atas aset yang setara dengan sekitar setengah dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Ketidakpastian atas kebijakan pemerintah yang baru, khususnya pembentukan Danantara, dapat membuat investor menjauh untuk saat ini,” tulis analis Morgan Stanley Selvie Jusman dalam catatan baru-baru ini.

Pergolakan itu terjadi pada saat yang kritis. Sejak mencapai rekor baru pada September 2024, pasar saham Indonesia yang bernilai US$ 700 miliar telah terpuruk karena dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat. Sementara itu, ketegangan perdagangan global membuat investor melarikan diri dari pasar-pasar berkembang.

IHSG turun 6% sejak awal tahun ini, berkinerja lebih buruk daripada sebagian besar rekan-rekan global. Bulan lalu, rupiah menyentuh level terendah dalam lima tahun karena ekonomi yang melemah menyeret mata uang ini.

Goldman Sachs Group Inc. menurunkan peringkat saham negara tersebut dari overweight menjadi market weight karena kekhawatiran tentang pendapatan yang lebih lemah, risiko kebijakan domestik termasuk profitabilitas bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan defisit fiskal yang lebih besar, kata mereka dalam sebuah catatan Jumat (7/3/2025) malam.

Danantara, atau Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara, akan memiliki modal awal sebesar US$ 20 miliar dan pada akhirnya memiliki aset lebih dari US$ 900 miliar yang dikelola, menurut Prabowo. Jumlah ini menjadikan Danantara sebagai salah satu dana kekayaan negara terbesar di dunia.

Presiden Prabowo telah mengindikasikan pendanaan akan berasal dari campuran pemotongan anggaran dan peningkatan dividen perusahaan negara.

Dana kekayaan tersebut dipandang sebagai alat utama untuk membantu Prabowo mencapai tujuan strategisnya dan mengembalikan Indonesia ke tingkat pertumbuhan ekonomi 8% yang terakhir kali dicapai pada pertengahan 1990-an.

Pihak berwenang juga berharap dana tersebut akan memainkan peran sekunder dalam meningkatkan investasi asing. Danantara belum berkomentar soal ini.

Selama bertahun-tahun, investor telah mengeluhkan saham yang bergejolak dan tidak likuid telah membuat investasi jangka panjang menjadi tantangan di Indonesia.

Hal ini memaksa pengelola dana global untuk memusatkan investasi mereka ke beberapa perusahaan keuangan yang cenderung lebih besar, memiliki lebih banyak saham beredar bebas, dan memiliki basis pemegang saham yang lebih luas. Masuknya Danantara tiba-tiba memperumit tesis tersebut. (Yoss)

Sumber: InvestorDaily