Amit – Amit Jabang Bayi
( Sadis Dan Kejamnya Seperti Iblis )
Sutoyo Abadi
Ada beberapa tradisi masyarakat Jawa yang berkaitan dengan jabang bayi. Adat istiadat Jawa yang dilakukan untuk menjaga bayi yang baru lahir dari perkataan atau perilaku yang tidak baik
“Amit-amit jabang bayi”, mantra Jawa untuk tolak bala, harapan agar anaknya tidak berperilaku atau dalam kondisi yang sama dengan yang dilihat. Karena ketika lahir matanya terhalang ( tertutup ) yang dilihat dikira teman baik padahal itu iblis / syetan sebagai teman apalagi sebagai gurunya.
“Amit-amit” merupakan bentuk sopan santun untuk meminta izin atau penuh hormat, untuk suatu maksud, niat dan tujuan kebaikan mengingatkan agar tidak kebablasan, terjerumus dalam keburukan dan kejahatan.
Menurut syariat Islam sunnah adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri untuk bayi baru lahir tujuannya agar bayi mendengar kalimat tauhid pertama kali sebagai tameng dan terlindungi dari jin Ummu Sibyan. Gangguan dari jin ini bisa berujung komplikasi otak.
Efeknya gangguan jin ini bisa masuk lewat aliran darah dalam jangka panjang akan menggangu untuk selamanya. Celakalah kalau gangguan itu tetap menempel dan melekat ketika bayi itu sudah dewasa menjadi pemimpin.
“Amit amit jabang bayi, fatal dan celaka kalau kita mendengar atau bahkan menyaksikan jambang bayi hidupnya di kelilingi bahkan bersekutu dengan iblis dampak ikutannya tidak akan ada pada dirinya kebaikan selain kejahatan yang akan menjadi watak dan nafsu jahat menjadi kepribadiannya.”
“Amit amit jabang bayi, yang sejak kelahirannya sudah liar tanpa tameng ilahiah di pastikan akan membawa petaka dan kerusakan di kemudian hari, sulit menerima saran, nasehat, peringatan untuk kebaikan.”
“Amit – amit jabang bayi, kalaulah dia seorang pemimpin tidak akan bisa mendengarkan tangisan pilu, kesedihan yang menyayat, rintihan rasa sakit dari hati yang terluka dan penderitaan hidup dari kekejaman jabang bayi penguasa yang telah bersekutu dengan iblis.” (*).