BERDO’A TAPI MERUGI
Mohammad Rosyad, M.Si
Ketua Majelis Kajian dan Pengembangan Dakwah Jakarta
Diantara kelompok ayat Al Qu’ran yang menerangkan tentang puasa terselip sebuah ayat yang berbunyi;
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 186)
Secara sederhana dari ayat ini dapat difahami:
1️⃣ Allah adalah dekat sehingga kita tidak memerlukan perantara untuk berdo’a kepadaNya.
Karena dekatnya ketika berdo’a seseorang tidak perlu berteriak cukup dengan suara lirih Allah pasti mendengar.
2️⃣ Jaminan Allah atas pengabulan do’a dengan syarat disampaikan dengan sungguh-sungguh dan tidak meminta sesuatu yang haram.
Ada frasa kalimat yang menarik “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”.
Dari anak kalimat ini dapat ditafsirkan ada indikasi bahwa ada orang yang berdo’a tetapi tidak bermohon.
Artinya mulut melafalkan doa tetapi hatinya melayang entah kemana.
Salah satu hadits Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menyebutkan;
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”
(HR. Tirmidzi)
3️⃣ Permohonan doa harus diiringi dengan iman dan ketaatan.
Maknanya adalah sebelum berdoa kita memantapkan keimanan dan ketaatan kita kepada Allah.
Setelah do’a terkabul kitapun harus tetap dalam keadaan iman dan taat kepada Allah.
Allah sangat murka kepada seseorang yang berdo’a kemudian dikabulkan oleh Allah, setelah itu dia mengenyampingkan keimanan dan menghilangkan ketaatan.
Allah menamakan orang yang demikian sebagai al musyrifin (orang-orang yang berdosa dan melampaui batas).
🍂 Apa yang sering kita minta saat berdo’a?
🔺 Ketika seseorang kekurangan rizki orang langsung berdo’a memohon tambahan rizki.
🔺 Ketika seseorang badannya sakit orangpun langsung berdo’a agar segera diberi kesembuhan.
🔺 Ketika seseorang merasa derajatnya rendah untuk urusan dunia, maka dia akan berdo’a agar diberikan kemuliaan.
Untuk hal-hal tersebut umumnya orang berdo’a dengan khusyu’. Bahkan kalau ada yang menganjurkan tambahan ibadah sunnah tertentu seperti puasa, sholat hajat, dzikir dengan jumlah yang sangat banyak, mereka dengan semangat akan melakukannya.
🍃 Marilah kita intropeksi..
🔷 Pernahkan kita merasa iman kita lemah, kemudian kita berdo’a dengan khusyu’ untuk meminta tambahan iman?
🔷 Pernahkah kita merasa bahwa amal sholeh kita masih terlalu sedikit, karena banyak amalan sunnah yang luput kita kerjakan, kemudian kita berdo’a dengan khusyu’ agar kita dimudahkan untuk melakukannya?
🔷 Pernahkan kita berdo’a mohon agar istiqomah dalam ketaatan sampai akhir hayat?
🔷 Apa yang PALING KITA KHAWATIRKAN terhadap anak-anak kita, apakah masa depan, mereka di dunia atau masa depan mereka di akhirat?
Bandingkaan kekhusyuan kita ketika kita berdo’a kepentingan dunia dan akhirat untuk anak-anak kita.
💦 Orang yang meminta hanya untuk dunia tidak akan memperoleh bagian di akhirat
Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 200;
…فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
“….. ada sebagaian manusia yang (hanya) berdoa : ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia’, maka *tiadalah baginya bagian di akhirat*”.
Secara syariat tidak dilarang berdoa kepada Allah untuk kepentingan dunia, karena kepada siapa kita meminta tolong untuk urusan dunia selain kepada Allah.
Yang terlarang adalah ketika ketika berdoa kepada Allah, kita hanya meminta untuk urusan dunia saja dan tidak mengangap penting kita memohon urusan akhirat.
Marilah kita perbanyak permohonan untuk akhirat kita, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk keluarga disamping meminta untuk kebahagiaan di dunia.
Pondok Kelapa, 13 Ramadhan 1446 H.
Wallahul muwaffiq
Mohammad Rosyad