Hizbullah Indonesia:

SAATNYA MELAWAN PRABOWO (6): Otoriterisme dan Sentralisme Wowok Menuju Sistim Diktator Konglomerat: Model PKI Gaya Baru…

Sri-Bintang Pamungkas

Kita semua sebelumnya sudah tahu, bahwa ada kesepakatan di antara Wowok dan Wiwik: 1. Menjalankan Kesepakatan Wiwik dengan Jinping, kesepakatan mana terkait dengan pemindahan jutaan Orang-orang Cina Daratan ke Indonesia; 2. Tidak mengganggu Oligarki, terkait dengan PIK, PSN dan Pulo-pulo Reklamasi; dan 3. Melindungi dan tidak mengganggu Wiwik sekeluarga, khususnya terkait Gibran menjadi Calon Presiden.

Kita juga mendengar pengakuan dari mulut Wowok, bahwa Wiwik adalah Guru Politiknya, dan Gibran adalah pilihannya. Wowok juga mengundang Sembilan Naga Konglomerat Cina dalam pesta kecil di Istana. Lalu samasekali tidak berusaha mencegah pembangunan PIK/PSN dan Pulo-pulo Reklamasi di Pantai Utara Banten; bahkan Wowok mencegah Bareskrim, Kejagung dan Kemen ATR/BPN untuk tidak mengganggu pembangunan Pantai Utara Banten oleh Para Cina Bangsat; juga samasekali tidak berbuat apa pun atas masuknya jutaan Cina dari RRC.

Itu semua memperkuat pikiran, bahwa Wowok dan Wiwik adalah Setali Tiga Uang: dan bahwa Wowok sesungguhnya sedang melanjutkan periode Kepresidenan Wiwik. Padahal Rakyat sudah memvonis Wiwik sebagai Penjahat Negara Besar dengan Hukuman Mati…

Siapa sesungguhnya Wiwik…?! Dia lahir dari Sujiatmi di tengah Komunitas Komunis PKI Boyolali. Menurut seorang Sejarawan Cina, Tan Soe Djie, Bapaknya Wiwik adalah Babah Oey yang menggauli Sujiatmi pada usia sekitar 10-11 tahun, dan melahirkan Wiwik.

Babah Oey meninggalkan Sujiatmi bersama oroknya yang diberi nama Oey Hong Liong. Mereka dipelihara oleh Wijiatno, yang juga seorang Pentolan PKI. Wijiatno mengawini Sujiatmi dan melahirkan tiga anak perempuan yang menjadi adik-adik tiri Wiwik. Rupanya paham Komunis dan Anti Pribumi/Pro Cina sudah melekat pada jiwa Joko Widodo, yang awal kecilnya dipanggil dengan sebutan Joko Oey alias Jokowi. Wiwik pun menderita kelainan jiwa Schizophrenia Acute akibat kehidupan masakecilnya itu…

Dasar pikiran Komunis itu mendapat tempaan-tempaan hebat sewaktu Wiwik keluar-masuk RRC sebagai pedagang Mebel Kayu Jati. Sangat diduga Wiwik menjadi Agen Komunis RRC, seperti mantan Walikota Filipina yang ditangkap di Banten. Pikiran-pikiran Komunis itulah yang ditularkannya kepada Wowok sekarang, yang kebetulan juga mengalami sakit jiwa. Pikiran-pikiran Wowok yang memegang kekuasaan secara sentralistis dan otoriter, disertai dengan kebersamaannya dengan para Konglomerat Cina menghasilkan apa yang saya sebut sebagai Kediktatoran Konglomerat, agak berbeda dari Kediktatoran Proletariatnya Karl Marx.

Sistim Diktator Proletariat Karl Marx itu diadopsi oleh Lenin dan Stalin dalam Pemerintah Komunis Uni Soviet Rusia. Yaitu, pemerintahan yang bersemboyan membela kaum Proletar, para pekerja miskin yang tidak mempunyai aset produksi, selain menjadi Kuli-kuli Pabrik. Sistim Pemerintahan itu juga kemudian diadopsi oleh Mao Tse Tung dalam pemerintahan Komunis RRC yang bersemboyan membela para petani miskin yang menjadi Kuli-kuli Pertanian.

Kediktatoran Konglomerat Wowok itu terlihat dari perintahnya kepada para anggota Kabinet 100+ Mumi-Mumi Hidup untuk Ritrit (dari kata Retreat, yang artinya menyepi untuk bersemadi jauh dari keramaian) di Barak Akabri Magelang. Konon Wiwik juga suka menyepi di lereng-lereng gunung Merapi, Merbabu dan lain-lain… Ritrit ke dua diperintahkan Wowok kepada ratusan Kepala-kepala Daerah di seluruh Indonesia. Perintah-perintah Wowok seperti itu adalah wujud dari Kediktatoran Komunisnya.

Perintah Wowok lainnya adalah melaksanakan MBG (Makan Bergizi Gratis) bagi anak-anak sekolah, sebuah Program yang disebut membutuhkan biaya 400 trilyun Rupiah. Padahal itu Program yang salah besar. Yang seharusnya dilakukan adalah Program Pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja. Kalau para orangtua yang miskin dan pengangguran itu mendapatkan pekerjaan dengan upah UMR+, tentulah anak-anaknya bisa terbebas dari “kekurangan Gizi”. Sasaran Program MBG Itupun mestinya bukan anak-anak sekolah, melainkan Balita (lebih tepatnya Batuta, atau Bawah Tujuh Tahun). Sebab, anak-anak yang sudah bersekolah, sudah dipastikan lolos dari periode “kekurangan Gizi”.

Kalau dibuat perbandingan, bahwa Sritex membutuhkan 26 trilyun Rupiah untuk menyelamatkan 15 ribu karyawannya, maka 400 trilyun Rupiah MBG mestinya bisa menciptakan 330 ribu karyawan dalam lapangan kerja baru; yang berarti bisa untuk menyelamatkan pula 2×330=660 ribu (!) anak-anak Batuta. Ternyata banyak kebocoran terjadi dalam Program MBG, seperti makanan tidak menjangkau semua anak sekolah; makanan batal datang; makanan dibawa pulang untuk keluarga di rumah; makanan basi, mengandung racun dan berulat; dan lain-lain.

Program lain yang dipaksakan Top-Down adalah dibentuknya Badan Pengelola Investasi Danantara, yang didirikan dengan merampok semua aset BUMN senilai 14 ribu trilyun, dengan harapan ada uang tunai seberapa di dalamnya, karena ketiadaan modal. Kedua program tersebut, MBG dan BPI Danantara, tidak akan bermanfaat akibat kesalahan fatal dalam pembentukannya, dan tiadanya profesionalisme untuk mengelola; ditambah lagi dengan birokrasi dalam rezim Drakula dengan Mumi-Mumi Hidupnya. Dari dua program tersebut, terpaksalah dipangkas ribuan trilyun dari Belanja Negara Rutin dan Pembangunan 2025. Anggaran Belanja yang nilainya 3.800 trilyun itu, sudah dirancang untuk setiap Kementerian dan Provinsi-provinsi dalam UU APBN 2025. Tentulah ini akan berakibat hilangnya permintaan dan daya beli masyarakat dalam perekonomian nasional. Akibat selanjutnya adalah menghilangnya Nilai Tambah dan pertumbuhan ekonomi, yang diperkirakan hanya mencapai 3 sampai 4% saja… Dan disertai dengan stagflation atau melemahnya kegiatan perekonomian…

Masih perlu ditanyakan, ke mana larinya bantuan utang dari RRC sewaktu Wowok mengemis dana kepada Xi Jinping dengan alasan adanya 25% anak-anak Indonesia yang kelaparan… Bahkan Wowok masih sempat menyampaikan, bahwa dana untuk MBG itu keluar dari koceknya sendiri.

Masih ada satu lagi perintah Wowok yang gila-gilaan dalam mengadopsi Kediktatoran Konglomerat model Komunis, yaitu perintah untuk membentuk Koperasi Merah Putih yang bersifat Nasional menjadi sebuah Super Holding Koperasi. Sekalipun Koperasi-koperasi di Daerah-daerah sudah menolak pikiran Sentralisme Wowok tersebut, sangat mungkin Wowok akan tetap memaksakannya. Pelanggaran terhadap Amanat Konstitusi Pasal 18 tentang Otonomi Daerah ini tentu akan menimbulkan persoalan nasional baru.

Sesudah BUMN-BUMN dirampok menjadi Super Holding BUMN, lalu Koperasi-Koperasi juga diperkosa, maka tinggal BUMS-BUMS di seluruh Tanah Air… yang akan menjadi bancakan para Konglomerat Cina Oligarki bersama semua Cina Perantauan Indonesia… Nasib dan Masadepan Rakyat, Bangsa dan Negara memang benar-benar Gelap di bawah Rezim Drakula PKI Gaya Baru… Bisa saja Wowok membikin Negara Komunis Republik Indonesia dengan hanya satu Partai Komunis Super Terbuka gagasan Wiwik. Semoga seluruh Rakyat Indonesia sadar dan melawan!

Jakarta, 12 Maret 2025
@SBP