MENUNGGU TERKABULNYA DO’A

By: Mohammad Rosyad, M.Si
Ketua Majelis Kajian dan Pengembangan Dakwah Jakarta

Semua orang yang beriman yakin bahwa Allâh pasti mengabulkan do’a yang dipanjatkan. Namun setelah sekian lama berdo’a belum ada tanda do’a akan dikabulkan bisa saja menjadi tidak bersemangat lagi untuk berdo’a.

Dalam kaitan ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan dalam sabda beliau :

: (( لاَ يَزالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ )) قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الاِسْتِعْجَالُ ؟ قَالَ : (( يَقُوْلُ : قَدْ دَعوْتُ ، وَقَدْ دَعَوْتُ ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِبُ لِي ، فَيَسْتحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa seorang muslim senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan hubungan keluarga, asalkan ia tidak tergesa-gesa.”

Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang berkata, ‘Sungguh aku telah berdoa dan sungguh aku telah berdoa, namun aku belum melihat dikabulkannya doaku.”  Maka ia pun merasa rugi (putus asa) ketika itu sehingga meninggalkan doa.”
(HR Muslim)

Untuk memahami hadits tersebut perlu kita renungkan perkataan Ibnu Athoillah Assukandari dalam Kitab Al Hikam :

لاَ يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ الَّذِي تُرِ يدُ

“Janganlah keterlambatan datangnya pemberian Tuhan dalam memberikan apa yang kau minta, sementara engkau sudah berdoa begitu lama, membuatmu putus asa. Sebab, Tuhan pasti mengabulkan permintaanmu dengan cara yang Dia pilih, bukan dengan cara yang engkau pilih. Dia akan mengabulkan permintaan itu pada waktu yang Dia kehendaki, bukan menurut waktu yang engkau kehendaki.”

Perkataan Ibnu Athoillah Assukandari ini sesuai dengan hadits :

الله إذا أحب الله عبدا صب عليه البلاء صبا وسحه عليه سحا فإذا دعا قالت الملائكة صوت معروف وقال جبريل يا رب عبدك فلان اقض حاجته فيقول الله “دعوا عبدي فإني أحب أن أسمع صوته” فإذا قال يا رب قال الله تعالى لبيك عبدى وسعديك لاتدعونى بشئ الا استجبت لك ولا تسألنى شيئا الا أعطيتك إما أن إعجل لك ما سألت وإما أن أدخر لك عندى أفضل منه وإما أن أدفع عنك من البلاء ما هو أعظم من ذلك.

“Anas bin Malik RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila Allah jatuh cinta kepada salah seorang hamba-Nya, maka Allah mengucurkan dan mengalirkan ujian kepadanya. Kalau ia lantas bermunajat, malaikat bergumam, ‘suara orang ini tak asing.’ Lalu Jibril memberanikan diri, ‘Ya Allah, itu suara si fulan, hamba-Mu. Penuhilah permintaannya.’ Allah6 menjawab, ‘Para malaikat, biarkanlah ia. Aku senang mendengar suara munajatnya.’ Kalau ia menyeru, ‘Tuhanku.’ Allah menjawab, ‘Labbaik wa sa‘daik (aku sambut panggilanmu) wahai kekasih-Ku. Tiada satupun yang kau doakan, melainkan pasti Kukabulkan. Tiada satupun permintaanmu, melainkan pasti Kuberikan. Bisa jadi Kukabulkan segera doamu. Bisa jadi Kutangguhkan permintaanmu dan Kuganti dengan yang lebih baik. Bisa jadi juga Kuhindarkan dirimu dari bala yang lebih berat ketimbang bencana itu,’’”

Di dalam Syarah Al Hikam Syaikh Syarkowi juga menukil hadits yang mirip.

اللسان من غير قصد فان الاجابة بعين المطلوب لا تكاد تتخلف

“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa saja yang dikaruniakan ibadah doa, maka ia takkan luput dari ijabah,’ baik ijabah atas hajat yang disebutkannya di dalam doa maupun ijabah atas hajat yang tidak disebutkan (substitusi) entah dalam waktu seketika atau ditangguhkan. Sebagian ulama memahami bahwa itu berlaku pada doa yang didasarkan pada saat orang memiliki pilihan dan disengaja. Untuk doa yang terlompat begitu saja dari mulut tanpa sengaja dan terencana, ijabah atas hajat yang terucap hampir-hampir tidak meleset dan tidak tertunda,” (Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam)

Ketika kita mempunyai hajat atau masalah yang harus diselesaikan, kemudian kita berdo’a memohon kepada Allâh, tandanya kita masih punya iman dan memperoleh hidayah. Kita harus bersyukur karena berarti kita sudah memperoleh karunia yang besar.

Walaupun iman kita belum sampai kepada iman Amirul Mu’minin Umar bin Khattab, namun perkataan beliau bisa jadi bahan renungan, beliau berkata :

“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdo’a”

Mari kita terus berdo’a kepada Allâh

اللهم لك الحمد و اليك المستكى و انت
الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

_allâhumma lakal hamdu wailaikal musytaka, wa antal musta’ân, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil adzîm._

“Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, hanya kepada-Mu aku mengadu dan Engkaulah Tuhan yang dimintai pertolongan (dan pasti menolong).Tidak ada kekuatan untuk menjalankan sebuah ketaatan dan menghindari kemaksiatan kecuali pertolongan Allah yang maha Agung”.

Wallahul muwaffiq..