GUNCANGAN EKONOMI MEMANG AKAN TERJADI

Sutoyo Abadi
Tiga point penting yang pada pertemuan Prabowo Subianto dengan Jokowi pada tanggal 13 Oktober 2024 di di kediaman Jokowi di Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo menjelajah pembentukan kabinet Merah Putih :

Pertama: Jokowi menitipkan nama orangnya untuk masuk kabinet Merah Putih.

Kedua: Jokowi meminta Prabowo untuk tidak mengubah atau mengganggu program oligarki yang telah mendapatkan persetujuan bersama dengan Xi Jinping ( RRC ).

Ketiga: Bernada mengancam apabila point 1 dan 2 diganggu, maka oligarki akan menggangu dan atau akan merusak  ekonomi negara…

Kalau sekarang terjadi gangguan, guncangan dan penghancuran ekonomi negara – mungkin bermakna Prabowo kurang takdzim sebagai boneka Oligarki atau blm sama dengan Jokowi sebagai budak oligarki

Puja puji “Hidup Jokowi” belum cukup sebelum benar-benar total sebagai badut oligarki.

Oligarki telah menguasai kekuatan politik ( partai politik ), lembaga negara, ekonomi, media massa,  hukum di Indonesia dan etnis China di Indonesia hanya sebesar 1,2% bisa menguasai 90% ekonomi Indonesia.

Oligarki memiliki saham terbesar dalam kelola produk Pilpres, bukan hanya dalam dukungan finansial juga mengendalikan dan penentukan angka kemenangan bagi kandidat calon presiden yang menjadi piaraannya.

Maka wajarlah pesan dari presiden bonekanya memberikan ultimatum kalau presiden Prabowo berani mengusik Oligarki yang secara riil telah menguasai Nusantara, akan ada resiko ekonomi negara akan di guncang ekonomi.

Sangat tidak lazim seorang Presiden Prabowo harus tunduk dengan mantan Presiden Jokowi, hakekatnya bukan tunduk kepada Jokowi tetapi harus tunduk pada Oligarki dan Xi Jinping ( RRC ).

Lebih tragis timbul kesan bahwa “de facto” presiden Indonesia adalah James Riady dan “de yure” adalah Prabowo Subianto. (*)

23/3/2025