WAGU. Anaknya Kemarin Film Bisu, sekarang Kronologi Film Bapaknya Kacau Balau
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes.
Masih sangat segar di ingatan kita, saat jadi pemateri (?) Retret Para Kepala Daerah di Akmil Magelang Rabu 26/02/25 lalu, Video resmi keluaran Humas Kementerian Dalam Negeri -sebagaimana dimuat ulang oleh Group Kompas, Detik dan beberapa media lain- adalah Video yang (sengaja dibuat?) bisu alias tanpa suara. Video dengan subtitle “Dok Humas Kemendagri” berdurasi 1-menit 45-detik itu dihilangkan Audio-originating-atmosphere alias suara aslinya dan ditimpa dengan dubbing musik yang tidak jelas apa maksudnya.
Hal ini seperti ada yang disembunyikan untuk diketahui oleh maayarakat secara luas. Padahal seharusnya video dokumentasi yang menampilkan Pejabat Neara yang digaji dengan Uang keringat rakyat semacam itu adalah konsumsi publik, sesuai UU Keterbukaan Informasi No 14/2008. Jelasnya, dalam Video yang tampak hanya ada saat Fufufafa sedang membolak-balik kertas contekan naskah pidatonya di Podium dan saat dia didepan Layar Presentasi powerpoint tentang “e-Puchasing tertinggi” (entah faham atau tidak dia maksudnya karena sekalilagi video ini tidak ada suaranya).
Caption dari Humas Kemendagri-pun hanya gymmick menuliskan baju putih dan celana hitam yang dipakainya, jam berapa dan samasekali tidak rinci menuliskan detail materi apa yang disampaikannya selain hanya soal program Asta Cita Presiden Prabowo saja. Memang ada potongan video lainnya yang lengkap dengan audio, namun hanya saat dia membaca pantun yang sudah dibahas di tulisan sebelumnya, itupun sudah diedit sedemikan rupa dengan gaya alay, corat-coret norak alias kampungan, khas postingan tidak bermutu di instagramnya.
Saya sudah tuliskan tempo hari bahwa dengan hanya bisa disajikan Video tanpa suara asli alias film bisu, ini sebenarnya jelas-jelas merupakan pembodohan masyarakat dan mencerminkan ketidakterbukaan dari si Fufufafa. Memang hal tersebut sangat bisa disebabkan karena ketakutannya diketahui ketidakmampuan dia untuk mencerna apa yang harus dibacakannya tersebut. Karena selama ini terbukti pasti ada kekonyolan (atau kedunguan) yang dilakukannya, seperti soal kata “Asam sulfat, Para-para, Paralimpian” dan yang erakhir adalah saat dia mengunjugi Kampus kosong yang belum dibangun di Banten dan sok berlagak “Ceramah AI” di UPH, padahal faktanya cuman plonga-plongo belaka.
Sekali lagi bila dilihat sejarahnya, video tempo doeloe memang sempat tidak bersuara alias bisu, namun itu dulu terjadi karena teknologinya yang belum memungkinkan saat masih di jaman Cinematograph yang diciptakan oleh Auguste dan Louis Lumière (1895) yang menyempurnakan temuan Kinetoscope dari Thomas Alva Edison & William Kennedy Laurie Dickson di tahun 1890-an. Di Indonesia, film bisu pertama adalah “Loetoeng Kasaroeng” (1926) yang diproduksi oleh NV Java Film Company di Bandung, berdasarkan legenda Sunda disusul “Eulis Atjih” (1927) dan terus berkembang hingga sekarang.
Sudah saya tegaskan sebelumnya juga bahwa sangat ironis Indonesia harus didowngrade pengetahuan dan malah kecerdasan masyarakat (dipaksa) turun mengikuti kedunguan si Fufufafa ini. Dokumentasi video resmi saja dibuat bisu sebagaimana jaman film “Loetoeng Kasaroeng 1926” yang usianya nyaris sudah seabad yang lalu dari tahun 2025 sekarang. Disaat selain AI rakyat justru sudah fasih memanfaatkan I-o-T (Internet-of-Thing) dan Big Data di era Society 5.0, kok malah si Fufufafa melakukan Pembodohan teknologi secara Vulgar.
Wagu-nya, bukan Wagyu, karena kalau Wagyu itu jenis daging sapi enak dari Jepang yang biasanya digunakan sebagai bahan Steak (Wa=Jepang dan Gyu=Daging Sapi). Jadi arti Wagu bukan hanya sekedar lucunya lagi, Like father like son. Kemarin bapaknya malah ikut-ikutan kedunguan yang dilakukan oleh si Fufufafa diatas. Dalam tayangan berita yang sekarang kerap dikeluarkan di YouTube “Seputar Surakarta” yang tampak sangat kentara bergaya BuzzerRp dibandingkan media yang pernah belajar Etika Jurnalistik, karena judul-judulnya sangat bombastis alias lebay (padahal isinya biasa-biasa saja dan bahkan ketahuan cenderung direkayasa), tayangan-tayangannya sangat kacau darisisi urut-urutan atau kronologi waktunya.
Hal ini bisa dilihat pada link youtu.be/V_rjbw9Xa48 dimana Video yang diupload urut-urutannya amburadul dan malah bisa disebut ngawur karena dibolak-balik tanpa standar filmologis dan sinematografis samasekali sbb : 00.00.- 01.02 Turun dari Mobil mewah jenis Aphard Gen-4 (terbaru typeHEV CVT seharga 1.8 Milyar) warna Hitam NoPol B-1568-AZC dan dikawal Fortuner VRZ Hitam NoPol B-1185-ZZR, masuk Bandara Solo naik Batik ID-7040 (ETD 10.55-ETA 11.50 WIB) dan masuk Garbarata – 01.02-01.26 Diulang masuk dari Pintu Bandara ke Garbarata lagi – 01.26-01.40 mendadak sudah Foto-fotoan di Masjid Halim – 01.40-02.16 Kembali JkW & Iriana jalan di Bandara Solo – 02.16-02.42 Sudah duduk di seat Business Class Batik-air (tidak lagi sok Pencitraan di klas Ekonomi) – 02.42-02.46 Mendadak sudah duduk di Masjid Halim – 02.46-03.08 Kembali Jalan di Bandara Solo, lewat Galeri Lukisan – 03.08-03.44 Masuk Garbarata & Pesawat – 03.44-04.02 Kembali di Bandara Solo – 04.02-04.15 Turun tangga Batik Air – 04.15-05.00 Masuk Masjid Halim, Sholat Sunnah Masjid.
Tayangan YouTube lanjutannya dari “Seputar Surakarta”-pun sama ngaco dan amburadul sebagaimana sebelumnya youtu.be/ZDDaVb0Hd70 sbb : 00.00-00.58 Masuk Masjid Halim (Baitussal Amal Mathaar) – 00.58-01.34 Duduk di Seat Business Batik Air
1.34-2.01 Landing di Halim dijemput Mobil sangat mewah BMW Electric i7 xDrive60 Gran Lusso (seharga 3,4 Milyar) NoPol BK-1324 (blank, area Medan) – 02.01-02.35 Sudah Shalat Tahiyatul Akhir – 02.35-02.47 Salaman & Selfi keluar Masjid – 02.46-03.02 Sudah naik Sedan BMW mewah lagi – 03.02-03.12 Kembali duduk pakai sepatu di Masjid setelah sholat – 03.12-03.24 Jalan keluar dari Tangga Masjid – 03.24-04.29 Jalan Keluar dari dalam Masjid – 04.29-04.32 Masuk mobil mewah BMW lagi – 04.32-04.38 Kembali Duduk di Masjid – 04.38-04.58 Jalan keluar dari Masjid masuk Mobil mewah BMW lagi – 04.58-05.10 Setelah pakai Sepatu dari Masjid – 05.10-05.32 Turun tangga Masjid lagi – 05.32-05.36 Kembali Selfie habis pakai Sepatu.
Kesimpulannya, Tidak hanya dia yang bisa habis kesabarannya sebagaimana “Ancaman wagu”-nya kemarin, tetapi Rakyat Indonesia juga bisa sudah habis kesabarannya kalau terus-menerus dipertontonkan hal-hal yang membagongkan dan sekaligus membodohi masyarakat seperti diatas. Anaknya ditampilkan dalam Film Bisu yang tidak lucu, apalagi bapaknya malah ikut-ikutan dibuat Film yang Kronologi / urutan kejadiannya kacau-balau. Kejadian di Bandung sebelumnya dan Malang minggu malam kemarin hanyalah sebagian kecil dari sesuatu yang bisa lebih besar lagi kalau tidak mendapatkan perhatian serius dari banyaknya kasus yang terjadi, salahsatunya adalah #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa …
Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen – Minggu, 23 Maret 2025