Pesan Perjuangan Untuk Para Pejuang Keadilan
Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat
Alhamdulillah, disaat banyak orang tertipu dengan fatalisme hedonisme, terjebak dalam perangkap materi dan kamuflase dunia, tetap ada sekumpulan orang dari bangsa ini, yang merupakan bagian dari anak negeri, yang lahir dan dibesarkan dari tanah di bumi ini, begitu peduli dengan perjuangan. Begitu peduli, hingga ikhlas berbagi meskipun peran tak selalu nampak pada gemerlapnya etalase perjuangan.
Mereka, yang namanya tidak dikenal, wajahnya tak hilir mudik di FYP, suaranya jarang merambah ke kontak group WA di HP, tapi tetap setia membersamai dan mengambil peran dalam perjuangan. Para pejuang keadilan, yang inginkan keadilan merata dan membumi di negeri ini.
Jika kita membaca bait-bait konstitusi yang disusun oleh para pendahulu, rasanya rakyat mustahil mendapatkan ketidakadilan. Karena konstitusi dirancang untuk membagikan keadilan bagi segenap rakyat di negeri ini.
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Begitu elok dan indah penggalan ayat konstitusi diatas. Semestinya, negeri ini mampu membuat segenap rakyatnya kaya raya dan sejahtera.
Apa yang tidak dimiliki oleh negeri ini?
Jika Arab kaya karena minyak, kita juga punya. Jika China kaya karena industri mobil listrik, kita penyuplai nikelnya. Jika Amerika punya nuklir, uraniumnya dari kita.
Apalagi yang kurang? Emas, perak, baja, batubara, gas, sawit, hutan, laut? Dan masih banyak lagi kekayaan di negeri ini.
Tapi bagaimana dengan praktiknya?
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Oligarki dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Oligarki”.
Inilah, praktik bernegara yang dijalankan oleh penguasa. Baik saat era Jokowi, hingga saat ini dipimpin Prabowo.
Yang kaya raya karena SDA, tanah dan laut negeri ini adalah Anthony Salim, Prayogo Pangestu, Aguan, Tomy Winata, Boy Tohir, Low Tuck Kwong, Theodore Rachmat, Peter Sondakh, Edwin Soeryadjaya, Ghan Djoe Hiang, keluarga Jokowi, keluarga Prabowo, dll.
Rakyat hanya bisa mengeluh dan berujar:
“Tanah kami kaya emas, kaya akan minyak. Kami berada diatas bumi yang penuh minyak dan emas. Tapi kami hanya bisa hidup dengan berjualan buah pinang”
Jangan lelah berjuang. Jangan meninggalkan perjuangan. Jangan tinggalkan rakyat, setelah para penguasa membiarkan rakyatnya hidup dalam keadaan yatim.
Teruntuk para Pejuang Keadilan:
“Terimakasih atas segala atensi dan dukungan. Teruslah bersinergi. Cukuplah Allah SWT, sebagai tujuan dan harapan atas segala kebajikan yang kita lakukan”
Selamat berjuang, dan terus bersemangat….
Kampung Halaman, 26 Maret 2025. [].