Wahab Chasbullah Penggagas Halal Bi Halal Yang Melibatkan Bung Karno Untuk Persatuan
JAKARTASATU.COM– Gus Aam Wahib Wahab putra KH Wahib Wahab Mantan Menteri Agama RI yang juga merupakan Cucu Inisiator, Pendiri dan Penggerak NU KH Wahab Hasbullah mengungkapkan sejarah munculnya Halal Bi Halal.
“Halal bihalal adalah tradisi khas Indonesia yang dilakukan saat Hari Raya Idul Fitri, di mana masyarakat saling memaafkan dan menjalin silaturahmi. Biasanya, halal bihalal dilaksanakan setelah salat Id berjemaah atau dalam pertemuan keluarga dan komunitas,” kata Gus Aam Wahib Wahab, Kamis (17/4) 2025).
“Secara kebahasaan, istilah “halal bihalal” tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun hadis.
Kata Halal bi halal populer dan dimengerti umat Islam di Indonesia yang berkaitan dengan Idul Fitri,” imbuh Gus Aam
KH Aam Wahib Wahab menuturkan Konsep ini dicetuskan oleh KH Wahab Chasbullah, yakni kakeknya sendiri seorang ulama sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
“Gagasan Halal Bi Halal tujuannya ingin mengeratkan tali silaturahmi sesama umat Islam, kebersamaan bagi masyarakat Indonesia yang pada saat tahun 1940an ada suasana konflik politik, ” terang KH Aam Wahib atau Gus Aam.
KH Wahab Abdulullah yang mempopulerkan budaya ini sehingga di setiap hari raya idul fitri dilakukan anjang sana sesama saudara dan anak bangsa di seluruh lapisan masyarakat Indonesia melakukan Halal Bi Halal.
Gus Aam mengungkapkan konsep atau gagasan Hal bi Halal ini yang digagas KH Wahab Chasbullah melibatkan pejabat tertinggi pemerintahan RI yaitu : Presiden RI Ir Sokarno.
KH Aam Wahib menuturkan sebagaimana diungkapkan KH Fuad Hasyim, Buntet Cirebon yang menyatakan pada acara Halal Bi Halal di Ponpes Mambaul Ulum, Tanjung Muli Purbalingga, 12 Desember 2002 Masehi atau 9 Syawal 1423 Hijriyah, bahwa Penggagas atau Pencetus istilah :Halal Bi Halal / HBH adalah KH Wahab Hasbullah.
Gus Aam menegaskan sesungguhnya inilah cerita yang terjadi (fakta sejarah). Setelah Negara Republik Indonesia merdeka pada tahun 1945, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para Elite politik saling curiga dan bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana mana diantaranya DI/ TII / PKI ( Madiun Affair ).
“Lalu pada tahun 1948 di pertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno mengundang KH Wahab Hasbullah ke Istana Negara untuk dimintai pendapat dan saran dalam mengatasi situasi politik yang kurang sehat itu,” jelas Gus Aam.
Dikemukakan Gus Aam Wahib, pada waktu itu jabatan KH Wahab Hasbullah Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI, Kyai Wahab kemudian menyarankan kepada Bung Karno agar mengadakan acara Silaturahim dengan mengundang elite yang bertikai, apalagi sebentar lagi hari raya idul fitri, seluruh umat islam disunnahkan bersilaturahim, lalu Bung Karno berkomentar :
“Silaturahim itu kan biasa,”
“Saya ingin istilah yang lain”
“Itu sih gampang” kata Kyai Wahab yang memang sahabat karib Bung Karno sejak sama sama nyantri di Markas Haji Oema Said ( HOS ) Tjokroaminoto di Surabaya.
“Begini, para elite politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling curiga dan saling menyalahkan. Padahal saling curiga dan saling menyalahkan itu dosa Dan Dosa itu Haram,” Gus Aam mengutip kata-kata mendiang kakeknya KH Wahab Chasbullah.
“Supaya mereka tidak punya dosa ( Haram ) maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk satu meja untuk saling memaaf kan, saling menghalalkan, sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah :. HALAL BI HALAL/ HBH saran Kyai Wahab,” seperti ditirukan KH Fuad Hasyim yang semasa hidupnya sering bertemu dengan KH Wahab,” urai KH Aam Wahib.
Gus Aam merujuk dari saran Kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada hari raya idul fitri 1948 M mengundang semua tokoh nasional dan elite politik ke Istana Negara untuk ber Halal Bi Halal.
Tentu saja mereka datang semua, bukan saja karena yang mengundang Presiden, tetapi lebih dari itu ingin tahu apa itu Halal Bi Halal.
Akhirnya mereka duduk satu meja saling maaf memaafkan. Inilah babak baru untuk menggalang kekuatan dan persatuan bangsa.
“Kyai Wahab yang kala itu duduk sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI bersama dr Setia Budi ( Douwes Dekker ) dan Ki Hadjar Dewanttara, juga hadir dalam acara Halal Bi Halal.itu,” Gus Aam mengulang cerita kata KH Fuad Hasyim.
Sejak saat itulah kata Gus Aam, instansi- instansi pemerintah mulai dari pusat hingga desa serentak mengadakan Halal Bi Halal / HBH. Yang kemudian diikuti pula oleh masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama.
“Bung Karno bergerak lewat Instansi pemerintah, sedangkan Kyai Wahab menggerakkan warga masyarakat dari bawah,” Gus Aam menegaskan.
Ia menambahkan, “Apalagi waktu itu Kyai Wahab baru memimpin Rais Aam NU, menggantikan Rais Akbar Almaghfurlah KH Hasyim Asy’ari yang wafat pada tanggal 7 Ramadhan 1366 H atau 25 juli 1947.
“Maka jadilah Halal Bi Halal sebagai kegiatan rutin tahunan dan mentradisi sebagai budaya khas Indonesia sampai saat ini dan Insya Allah akan berlangsung terus hingga akhir zaman,” pungkas Gus Aam Wahib. (Yoss)