Jangan Ambil Sistem Jahiliyah, Ambil Islam Sebagai Solusi Total Dan Global

Oleh: Edy Mulyadi, Wartawan Senior

Sungguh tak mudah jadi rakyat di Indonesia. Negeri gemah ripah loh jinawi, tapi rakyat dibuat miskin. Padahal Allah telah anugrahi kita dengan sumber daya alam berlimpah.

Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Begitu kata Koes Plus dalam lagunya.

Dalam cengkeraman kemiskinan rakyat dipaksa membayar segala sesuatu lebih mahal daripada yang seharuanya. Beras dan gula mahal. BBM apalagi. . Sementara gaji rakyat stagnan. Bahkan banyak yang kehilangan pekerjaan.

Tapi penguasa malah sibuk berebut jabatan. Rekayasa hukum. Ubah konstitusi. Anak jadi wakil presiden. Bapak jadi king maker. Hukum ditukar demi nafsu.

Lalu mereka bilang ini demokrasi. Katanya suara rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Padahal sejatinya suara pemodal. Uang bisa beli nyaris segalanya.

“Demokrasi adalah sistem kufur. Bukan dari Islam dan tidak boleh mengambilnya atau menerapkannya, baik sebagian maupun seluruhnya.” (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhamul Hukm fil Islam).

Inilah wajah asli sistem batil. Hukum dibuat manusia. Bisa disesuaikan sesuai kepentingan.

Dan banyak umat Islam ikut-ikutan. Duduk manis dalam sistem rusak. Diam. Bahkan membela dengan gigjh sambil menebar tuduhan kepada para penegak syariat dengan berbagai stigma negatif. Fundamentalis, eksrimis, tak Pancasilais, intoleran, dan makar. Padahal Rasulullah SAW bersabda:

“من رضي عمل قوم كان منهم”

“Barang siapa yang ridha terhadap perbuatan suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Kalau kita diam pada kejahatan, apalagi ridha, berarti kita bagian dari kebusukan itu. Padahal Allah sudah peringatkan:

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَا كَمُوْۤا اِلَى الطَّا غُوْتِ وَقَدْ اُمِرُوْۤا اَنْ يَّكْفُرُوْا بِهٖ ۗ وَيُرِيْدُ الشَّيْـطٰنُ اَنْ يُّضِلَّهُمْ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا

“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 60).

Itulah yang terjadi sekarang. Ngaku  Muslim. Ngaku cinta Nabi. Tapi lebih percaya hukum buatan manusia. Demokrasi dijunjung tinggi. Di sisi lain hukum Allah ditinggalkan. Bahkan dimusuhi.

“”Syari’at yang datang dari Allah adalah keadilan seluruhnya, rahmat seluruhnya, maslahat seluruhnya, dan hikmah seluruhnya…” (Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqqi’in)

Lihat ke berbagai penjuru dunia: Amerika Serikat, misalnya. Rusak karena menerapkan demokrasi.  Utang rumah tangga: USD 17,5 triliun (Q4 2024). Orang dewasa minum obat antidepresan: ~13%. Bunuh diri: 48.000 orang/tahun.

Perancis, demonstrasi massal soal pensiun dan upah. Kepercayaan pada politisi: <30%. Di Inggris, 50% anak lahir di luar nikah. Krisis kesehatan mental remaja bermasalah naik tajam.

Komunisme lebih parah.
Uni Soviet runtuh 1991. 20 juta tewas represi (The Black Book of Communism). Korea Utara: indeks kebebasan 0/100. Kuba: 2 juta penduduknya eksodus dekade 90-an.

Semua sistem buatan manusi terbukti gagal. Gagal menyejahterakan. Gagal memanusiakan manusia.

Lalu bagaimana Islam? Islam bukan sekadar agama ritual. Islam bukan cuma soal ibadah seremonial. Islam adalah sistem hidup komprehensif. Mengatur individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dari urusan kasur sampai membuat negeri makmur.

هُوَ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkan di atas seluruh agama (sistem), walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (QS. Ash-Shaff: 9).

Dengan keunggulan seperti ini, wajar bila saat  diterapkan secara kaaffah, Islam tampil memberi manfaat pada dunia.  Selama 13 abad (ulangi; 13 abad alias 1.300 tahun), Islam memimpin dunia. Dari Madinah ke Andalusia. Dari Baghdad ke Kairo. Ilmu berkembang. Ekonomi adil.

Pemimpin takut pada Allah, bukan pada survei. Rakyat sejahtera lahir dan batin. Dan hebatnya lagi, seluruh rakyat. Bukan cuma yang muslim!

“Agama dan kekuasaan itu bagaikan dua saudara kembar… Sesuatu tanpa pondasi akan runtuh, dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang.” (Imam al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).

Saatnya kembali. Tinggalkan sistem batil. Tegakkan Islam secara kaffah, bukan setengah-setengah. Bukan tambal sulam.

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ… وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Ma’idah: 50)

Kalau bukan sekarang, kapan?
Kalau bukan kita, siapa? Yuuuk…

Jakarta, 19 April 2025