Seremoni peluncuran Chatbot AI SARI oleh Andy Rachmianto, Plt. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar Negeri dan Dwi Yuliawati, Head of Programmes, UN Women Indonesia | UN Women-Christina Phan.
Seremoni peluncuran Chatbot AI SARI oleh Andy Rachmianto, Plt. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar Negeri dan Dwi Yuliawati, Head of Programmes, UN Women Indonesia | UN Women-Christina Phan.
JAKARTASATU.COM – Di tengah percakapan dunia yang kian riuh tentang kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan, ada satu momen hening yang tak boleh dilupakan: suara perempuan pekerja migran yang sering tenggelam di balik bandara, pelabuhan, dan ruang-ruang kerja asing. Suara yang membawa harapan, tapi kerap tak punya tempat kembali saat dirundung kekerasan dan ketidakadilan. Hari ini, suara itu dijawab.
Tepat di Hari Kartini, 21 April 2025, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan UN Women memperkenalkan SARI—Sahabat Artifisial Migran Indonesia. Sebuah nama yang terdengar akrab, hangat, dan tidak menggurui. Tapi lebih dari sekadar chatbot AI, SARI adalah komitmen digital untuk hadir di titik paling sunyi dan rawan dalam hidup perempuan pekerja migran: saat mereka tak tahu harus bicara pada siapa.
SARI lahir dari kebutuhan nyata, bukan dari ruang rapat ber-AC belaka. Ia dibentuk lewat pendekatan human-centered design dan proses partisipatif yang melibatkan para perempuan pekerja migran itu sendiri, para penyedia layanan, organisasi masyarakat sipil, hingga anak-anak muda yang percaya bahwa teknologi bisa memihak yang lemah. Hasilnya bukan sekadar aplikasi di layar ponsel, tapi sebuah teman bicara yang bisa dipercaya, tanpa stigma, tanpa prasangka.
Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri dan UN Women di peluncuran Chatbot AI SARI - inisiatif bersama dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan akses informasi dan layanan pelindungan bagi pekerja migran Indonesia, khususnya perempuan | UN Women-Christina Phan.
Perwakilan dari Kementerian Luar Negeri dan UN Women di peluncuran Chatbot AI SARI – inisiatif bersama dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan akses informasi dan layanan pelindungan bagi pekerja migran Indonesia, khususnya perempuan | UN Women-Christina Phan.
“SARI bukan menggantikan layanan tatap muka, tapi melengkapinya,” tegas Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu, Andy Rachmianto, saat peluncuran berlangsung. “Ini tentang bagaimana negara hadir dalam genggaman, dalam bentuk yang cepat, empatik, dan berbasis data kredibel.” Sebuah langkah nyata menuju digitalisasi perlindungan yang tak kehilangan sisi manusianya.
Bukan rahasia bahwa perempuan pekerja migran kerap menjadi sasaran kekerasan di berbagai tahap migrasi—dari sebelum berangkat hingga saat mereka bekerja dan bahkan saat pulang kembali ke tanah air. Komnas Perempuan mencatat ada 321 kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja migran yang dilaporkan sepanjang 2023. Namun di balik angka itu, masih banyak kisah yang tak pernah terdengar, tertutup oleh stigma dan hambatan struktural.
Di sinilah SARI menjadi relevan. Ia menjawab dengan cepat, dengan bahasa yang ramah, tanpa menghakimi. Ia bukan polisi virtual, tapi pelindung yang bisa dipercaya. Tak ada bias gender dalam algoritmanya, karena sejak awal ia dilatih untuk memahami bukan hanya kata, tapi luka dan harapan.
“AI yang dikembangkan secara etis, dengan kesadaran akan bias, justru bisa menjadi alat transformasi sosial,” ujar Dwi Yuliawati, Kepala Program UN Women Indonesia. “Kami percaya kerja sama ini bukan hanya soal teknologi, tapi tentang harapan dan keberlanjutan hidup perempuan yang selama ini terlupakan.”
Dialog publik yang menyertai peluncuran SARI tak hanya jadi panggung perayaan, tapi juga ruang refleksi. Hadir para pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, dan aktivis—mereka yang selama ini berada di garis depan perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Di antara mereka, satu suara menjadi gema bersama: teknologi harus berpihak. Dan SARI adalah satu langkah kecil tapi pasti menuju masa depan itu.
Di tengah dunia yang sering menyamakan kemajuan dengan kecepatan, hari ini Indonesia memilih kemajuan yang berpihak. Sebuah chatbot mungkin tak bisa memeluk, tapi SARI bisa memberi rasa aman. Karena bagi perempuan yang bekerja jauh dari rumah, kadang yang paling dibutuhkan bukan lagi uang, tapi jaminan bahwa saat sesuatu terjadi, ada yang mendengar. Dan kini, SARI menjawab: “Saya di sini. Kamu tidak sendiri.” |WAW-JAKSAT