IST
IST

Mimpi Besar dari Cakung: Ketika Rumah Sakit Bukan Sekadar Gedung, tapi Janji akan Kehidupan yang Lebih Layak

JAKARTASATU.COM – Di sudut timur ibu kota, di atas tanah yang dulunya hanya dikenal karena lalu lintas yang padat dan geliat kawasan industri, sebuah mimpi besar mulai ditulis ulang. RSUD Cakung—nama yang mungkin belum terlalu akrab di telinga sebagai rumah sakit unggulan—tengah bersiap menapaki jalan panjang menuju standar dunia.
Bukan ambisi kosong. Di balik wacana transformasi ini, berdiri semangat kolektif untuk menjadikan kesehatan sebagai hak yang bermartabat, bukan sekadar layanan administratif. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mencanangkan rumah sakit ini menjadi rumah sakit umum daerah bertaraf internasional. Tapi, seperti kata pepatah, mimpi tanpa strategi hanyalah bunga tidur. Di sinilah peran Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) menemukan panggungnya.
Agung Nugroho, Ketua Umum Rekan Indonesia, tidak sekadar menyambut rencana itu dengan tepuk tangan. Ia membawa serta peta jalan: “Kualitas internasional hanya bisa dicapai jika kita berbicara dengan bahasa yang sama dengan dunia—standar global dan akreditasi internasional,” ujarnya tegas, namun penuh harapan. Dan di balik usulan itu, terselip satu kata kunci: FISQUA.
Bagi yang awam, FISQUA mungkin hanya deretan huruf asing. Tapi bagi komunitas kesehatan global, gelar Fellow of the International Society for Quality in Health Care ini adalah bentuk pengakuan terhadap mereka yang mendedikasikan hidup untuk mutu pelayanan kesehatan. Dan ternyata, Jakarta memilikinya. Bukan di luar negeri, bukan di ruang seminar internasional, tetapi tepat di dalam struktur Pemprov sendiri—seorang SDM bergelar FISQUA yang kini juga menjadi konselor di Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (LARSI).
“SDM ini paham betul cara kerja akreditasi global, baik secara teknis maupun strategis. Akan sangat disayangkan bila keahliannya tidak dimanfaatkan maksimal,” tegas Agung.
Tapi Rekan Indonesia tidak berhenti pada saran. Mereka siap bersinergi, menjadi penggerak dari balik layar, membantu membangun bukan hanya infrastruktur, tetapi sistem yang menjunjung tinggi keselamatan pasien, tata kelola yang transparan, dan layanan yang tidak hanya cepat—tapi juga penuh empati.
Inilah cerita tentang harapan yang mulai ditanam di Cakung. Tentang bagaimana Jakarta berani bermimpi, dengan kaki tetap berpijak pada realita dan akal sehat. Dan tentang bagaimana, pada akhirnya, rumah sakit bukan hanya bangunan penuh alat medis—melainkan simbol dari keseriusan negara merawat warganya.
Karena kesehatan bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dirasakan. Untuk semua. Tanpa kecuali. |WAW-JAKSAT