Presiden dalam Pengaruh?, Kajian Politik Merah Putih: Dugaan Gendam Politik Jokowi Terhadap Prabowo Menguat

JAKARTASATU.COM Pernyataan tajam datang dari Koordinator Kajian Merah Putih, Sutoyo Abadi, yang menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto belum menunjukkan tanda-tanda telah “siuman” dari pengaruh kuat Presiden sebelumnya, Joko Widodo. Dalam analisisnya, Sutoyo menyebut Prabowo seperti belum sadar dari “pingsan” kesadaran politik, lupa jati dirinya sebagai sosok pejuang dan pemimpin bangsa.

“Indikasi kuat bahwa Prabowo terkena sihir gendam Jokowi sangat jelas terlihat. Bahkan, secara psikologis dan spiritual, beliau seperti dikendalikan, bukan dirinya yang asli,” ungkap Sutoyo dalam keterangan tertulisnya kepada media, Rabu (23/4/2024).

Sutoyo menilai, dalam banyak kesempatan publik, Prabowo terus memperlihatkan keterikatan emosional dan simbolik terhadap Jokowi. Dari pernyataan-pernyataan seperti “jangan sakiti Jokowi”, hingga seruan mendadak seperti “hidup Jokowi!”, Prabowo dinilai telah kehilangan independensi sebagai presiden.

Situasi ini pun mendorong keprihatinan mendalam dari para purnawirawan jenderal TNI yang tergabung dalam seruan moral bangsa. Tokoh-tokoh seperti mantan Wakil Presiden Jenderal TNI (Purn) Tri Soetrisno, mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, hingga mantan Kepala Staf TNI dari tiga matra, menyerukan dukungan terbatas kepada Kabinet Merah Putih, dengan syarat:

-Negara harus kembali ke UUD 1945 yang asli.

-Menghentikan proyek strategis nasional (PSN) seperti PIK-2 dan Rempang yang merampas tanah rakyat.

-Mengakhiri penggunaan tenaga kerja asing dari China secara masif.

-Menertibkan pengelolaan tambang yang selama ini jadi sumber konflik.

-Melakukan reshuffle terhadap menteri-menteri yang diduga korupsi atau masih menjadi alat kekuasaan Jokowi.

-Mengembalikan Polri pada fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat.

-Mengganti Wakil Presiden karena dinilai melanggar konstitusi dalam proses pemilihannya.

Menurut Sutoyo, bangsa ini sedang mengalami krisis kesadaran ketika pemimpin utamanya justru terlihat bingung, ambigu, dan berada dalam pengaruh kekuatan eksternal.

“Prabowo terlihat seperti objek dari sihir gendam—suatu bentuk penguasaan alam bawah sadar yang membuat korban menjadi penurut tanpa logika,” tegasnya.

Gendam, dalam perspektif tradisional, adalah metode mengendalikan pikiran dan kesadaran seseorang. Seseorang yang terkena akan melupakan logika, hanya tunduk pada sugesti yang ditanamkan dalam kondisi linglung, kagum, atau kekagetan.

“Yang kita lihat bukanlah Prabowo yang dulu. Yang muncul sekarang adalah pribadi yang seperti boneka oligarki, dikendalikan dari balik panggung oleh Jokowi dan kelompok spiritualnya yang dikenal dekat dengan dunia hitam,” kata Sutoyo.

Rumor pun kian kuat di kalangan masyarakat Solo yang menyebut Prabowo benar-benar tengah berada dalam pengaruh sihir dari lingkaran spiritual hitam yang selama ini diduga menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan Jokowi. Dugaan ini diperkuat oleh perubahan sikap dan gaya komunikasi Prabowo yang sangat berbeda dengan karakternya dahulu—keras, tegas, dan mandiri.

Para senior TNI berharap, sebagai sesama prajurit dan bagian dari keluarga besar pejuang bangsa, Prabowo bisa “dibangunkan” dari pengaruh gendam ini. Seruan agar Prabowo kembali pada jati dirinya bukan hanya sebagai simbol, tetapi panggilan untuk menyelamatkan bangsa dari jerat kekuasaan oligarki dan penderitaan rakyat yang tergusur karena proyek-proyek ambisius.

“Prabowo harus disadarkan. Ia harus dibantu agar bisa pulih dari pengaruh sihir politik dan spiritual ini. Kesadaran harus dipulihkan agar Indonesia bisa diselamatkan,” tutup Sutoyo. (Yoss)