TRAGEDI BLOK ROKAN DAN DILEMA 3 NYAWA MELAYANG
JAKARTASATU.COM– Di sebuah wilayah bernama Rokan, tanah subur ini tak hanya menumbuhkan sawit dan pohon kelapa, tetapi juga menyimpan ladang minyak yang terus disedot demi kepentingan energi nasional. Namun, di balik angka-angka produksi dan laporan lifting, ada cerita kelam yang tak tertulis dalam laporan kuartalan—cerita tentang nyawa manusia yang melayang, tentang tangis seorang ibu, dan tentang sistem yang terlalu nyaman dengan kata “prosedur.”
Tragedi Kolam Limbah: Dua Balita Tewas di Petani 55
Pada sebuah sore yang tampak biasa, dua anak kecil ditemukan tak bernyawa di dalam kolam limbah. Lokasi kejadian disebut sebagai area milik PHR di Petani 55, Rokan. Dugaan awal: kolam tersebut tidak memiliki sistem pengamanan memadai, tidak ditutup, tidak diberi pagar pengaman, dan bisa diakses oleh siapa pun. Termasuk oleh anak-anak yang tidak tahu bahwa di balik permukaan air itu tersembunyi kematian.
Sumber masyarakat menyebutkan bahwa lokasi itu sering kali dibiarkan terbuka. Padahal, tanggung jawab utama dalam pengelolaan limbah industri adalah menjamin keamanan publik. Ini bukan sekadar pelanggaran teknis. Ini adalah pengabaian terhadap prinsip dasar kemanusiaan: lindungi yang paling lemah.
Pertanyaan penting:
• Apakah kolam itu dikelola dengan SOP yang benar?
• Siapa yang bertanggung jawab untuk menutupnya?
• Di mana tim pengawas dari SKK Migas?
• Apakah CSR hanya sebatas laporan tahunan dan foto pembagian sembako?
Tragedi Listrik: Pekerja Kontraktor Tewas Tersengat
Tepat pada Kamis, 27 Maret 2025, seorang pekerja bernama Kiki Andriansyah (32 tahun), yang bekerja untuk kontraktor PT Radiant Utama Interinsco, tewas tersengat listrik saat melakukan pergantian pin insulator di jaringan distribusi listrik 13,8 kV.
Menurut Form Initial Incident Report IOC SKK Migas, yang kami terima dari sumber terpercaya, Kiki sedang bekerja di area Pungut saat peristiwa itu terjadi. Dia tersengat listrik saat melakukan pekerjaan perbaikan karena sistem yang seharusnya dalam kondisi “de-energized” (dimatikan) ternyata belum benar-benar aman.
Kiki adalah seorang PKDK Lineman, teknisi yang berhadapan langsung dengan bahaya setiap hari. Tetapi pertanyaannya kembali muncul:
• Apakah sistem pengamanan kelistrikan benar-benar dilakukan?
• Apakah ada audit terhadap prosedur kerja di lapangan?
• Siapa yang mengawasi kontraktor?
• Seberapa serius PHR dan SKK Migas memastikan keselamatan para pekerja non-permanen?
Dua Tragedi, Satu Wilayah, Satu Entitas
Dua nyawa balita. Satu nyawa pekerja. Tiga korban dari sistem yang sama. Rokan yang dikenal sebagai ladang minyak andalan negara justru mencatatkan dua tragedi kemanusiaan hanya dalam rentang waktu yang berdekatan.
Di mata publik, PHR adalah wajah baru dari pengelolaan Blok Rokan setelah diserahkan dari Chevron ke Pertamina. Harapan publik adalah efisiensi, keberlanjutan, dan keberpihakan pada keselamatan serta masyarakat sekitar. Namun, yang muncul kini adalah luka yang belum sembuh.
Masyarakat bertanya, dan mereka layak tahu:
• Apakah investasi besar hanya untuk produksi?
• Di mana letak nilai “tanggung jawab sosial”?
• Siapa yang mendengar suara orang-orang kecil di balik pagar kawasan industri?
Potret Lapangan dan Bukti Visual
Sebuah video pendek yang beredar dari kanal @mataxpost menunjukkan lokasi kolam yang terbuka. Terlihat kawasan lapang tanpa pengaman, dengan narasi “Ada dua orang…” dan tulisan besar bertajuk “Tragedi Pertamina Hulu Rokan.” Ini bukan konten sensasi. Ini adalah teriakan visual yang menggambarkan fakta: pengabaian yang mematikan.
Dilema Rokan
Rokan bukan sekadar ladang minyak. Ia adalah ladang nyawa. Ketika sistem mulai terlalu memuja produksi, dan lupa pada keselamatan serta nilai-nilai kemanusiaan, maka tragedi bukan sekadar kemungkinan—melainkan keniscayaan.
Sudah waktunya SKK Migas, PHR, dan semua pemangku kepentingan menjawab pertanyaan rakyat:
Apakah satu barel minyak lebih berharga daripada satu nyawa manusia?
Dan kepada mereka yang kehilangan, kepada para ibu yang meratap dan rekan kerja yang berkabung, tulisan ini kami hadirkan bukan hanya sebagai liputan, tetapi juga sebagai peringatan.
Nyawa bukan statistik ya…. Ia adalah harga mati. Ayo terbuka saja….(AM/JAKSAT)