JAKARTASATU.COM– Menteri Kebudayaan Fadli Zon mendukung upaya pelestarian dan pemanfaatan prangko, serta kartu pos sebagai bagian dari diplomasi budaya.
“Melalui penerbitan prangko bertema budaya, tokoh nasional, cagar budaya, serta seni tradisional, kita memperkenalkan warisan dan sejarah bangsa kepada dunia dalam bentuk yang unik dan berharga,” kata Fadli di akun X-nya, Senin (28/4/2025).
“Demikian pula dengan kartu pos, yang tidak hanya menjadi koleksi bernilai sejarah, tetapi juga sarana mempererat hubungan antarbangsa melalui filateli,” ia menambahkan
Menurut Fadli, diplomasi budaya melalui prangko dan kartu pos dapat membangun narasi positif tentang Indonesia. “Setiap gambar dan desain yang tercetak di dalamnya menceritakan kisah keberagaman dan kekayaan budaya kita,” kata dia.
Fadli menyampaikan hal di atas ketika membuka pameran prangko 70 tahun Konferensi Asia Afrika (1955-2025) di Kantor Pos Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat. Ia mengapresiasi seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan pameran ini.
“Semoga inisiatif mulia ini terus berkembang, memperkaya khazanah budaya bangsa, serta menjadi inspirasi bagi pembentukan karakter generasi penerus Indonesia,” apresiasi.
Ia juga mengajak kita semua untuk menjadikan pameran ini bukan hanya sebagai ajang nostalgia, melainkan juga sebagai sumber inspirasi untuk memperkokoh kerja sama Asia Afrika di masa depan — demi dunia yang lebih adil, damai, dan berkeadaban.
Pameran Prangko memperingati 70 Tahun Konferensi Asia Afrika disebut sebuah momentum bersejarah yang tidak hanya penting bagi Indonesia tetapi juga bagi perjalanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika menuju kemerdekaan, perdamaian, dan solidaritas global.
Momentum peringatan KAA ke-70 tahun (2025) meluncurkan sampul peringatan 70 tahun Konferensi Asi Afrika dengan bertema “Satu Sejarah Beragam Budaya”.
“Melalui pameran ini, kita diajak untuk menelusuri perjalanan sejarah, mengenang semangat Bandung, sekaligus mengapresiasi peran prangko sebagai saksi bisu dinamika dunia. Prangko bukan sekadar alat pembayaran pos, melainkan juga cermin budaya, politik, dan identitas suatu bangsa,” imbuhnya.