Kajian Politik Merah Putih: Tanda-tanda Angkatan Kelima Ancaman Nyata, Presiden Prabowo Harus Bertindak

JAKARTASATU.COM Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi mengingatkan bahaya besar yang kini mengancam kedaulatan Indonesia: kebangkitan Angkatan Kelima yang berpotensi membangkitkan ideologi komunis, dugaan kolaborasi antara Tentara Komunis Cina (TKC) dan oknum Brigade Mobil (Brimob) Polri.

Dalam pandangannya, gerakan ini berjalan secara senyap, namun jejaknya mulai tercium di permukaan.

“Oknum Brimob yang seharusnya menjadi garda pengaman negara kini mulai bergeser fungsinya setelah adanya kolaborasi dengan Tentara Rakyat Cina,” ungkap Sutoyo Abadi dalam keterangan kepada wartawan, Selasa (29/4/2025)

Menurut Sutoyo, sejak 1999, terjadi infiltrasi kader-kader dan keturunan eks-PKI ke dalam tubuh Brimob dan Densus 88, menjadikan institusi tersebut rawan disalahgunakan untuk kepentingan oligarki dan gerakan globalis. Ia bahkan mengungkap bahwa oknum Densus 88 kerap menjadi alat untuk menekan umat Islam dengan dalih isu terorisme global.

Sutoyo menyoroti latihan tempur Brimob dengan senjata berat antara tahun 2015-2019, termasuk penggunaan roket, senjata anti-pesawat, hingga anti-tank. Hal ini, menurutnya, memperlihatkan adanya perubahan orientasi kekuatan yang seharusnya menjadi perhatian serius negara.

“Bahkan Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI saat itu membongkar impor ratusan ribu senjata berat yang dikuasai Brimob. Fakta ini diungkapkan juga oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sebelum akhirnya dicopot oleh Presiden Jokowi saat itu,” tegas Sutoyo.

Ia mengingatkan masyarakat terhadap peristiwa penahanan 5.000 pucuk senjata milik Brimob di Bandara Soekarno-Hatta pada 2017 serta tewasnya seorang koordinator Tentara Merah di apartemen Jakarta tahun 2018, yang ditemukan bersama belasan senjata berat.

Lebih jauh, Sutoyo mengungkap dugaan adanya proposal dari The Hand James Riyadi untuk membentuk Satuan Pembantai Umat Islam, yang disebut berjalan mulus di era Presiden Jokowi dengan dukungan kekuatan global dan oligarki.

“Kemenangan oligarki dalam Pilpres telah membuka jalan menguasai pemerintahan dan aparat keamanan, termasuk Brimob. Ini bahaya nyata bagi umat Islam dan bangsa Indonesia,” tutur Sutoyo.

Sutoyo mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk mengambil langkah tegas mencegah lahirnya Angkatan Kelima. Ia memperingatkan bahwa diamnya TNI saat ini adalah hasil pelemahan sistematis oleh rezim sebelumnya.

“TNI saat ini dibuat lemah. Alutsistanya kalah dibandingkan Brimob. Saatnya Presiden Prabowo membersihkan pengaruh-pengaruh berbahaya dan menjauh dari warisan politik Jokowi yang sarat niat buruk terhadap negara,” seru Sutoyo.

Sebagai solusi, Sutoyo menyerukan pembentukan Laskar Bela Negara, menggerakkan rakyat untuk bersama-sama membangkitkan kembali kekuatan nasional yang selama ini dilemahkan.

“Bangsa ini tidak boleh menyerah. Bersama TNI sejati, kita harus menghancurkan Tentara Merah dan Brimob pro-komunis yang berpotensi membangkitkan komunisme di Indonesia,” pungkasnya. (Yoss)